BAB IV ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN DANA TALANGAN QORD WAL IJAROH UNTUK BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI PADA BMT NU SEJAHTERA KANTOR OPRASIONAL MANGKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA. Mangkang Kota Semarang merupakan hasil pemikiran kalangan nahdliyin

Produk Talangan Haji Perbankan Syariah

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. A. Aplikasi akad ijarah di BSM KCP Pemalang. Contoh kasus yang terjadi di Bank Syariah Mandiri yaitu sebagai berikut:

BAB III. PELAKSANAAN PINJAMAN TALANGAN HAJI ib BRI SYARIAH

BAB V PEMBAHASAN. A. Aplikasi Dana Talangan Haji di Bank Syariah di Indonesia. prinsip yaitu dengan prinsip al-ijarah dan prinsip al-qardh.

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB III GAMBARAN BMT NU SEJAHTERA. yang sedang lesu pada saat itu, maka kaum Nahdliyin (NU) sebagai organisasi

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

BAB VI KESIMPULAN. 1. Aplikasi Dana Talangan Haji di Bank Syariah di Indonesia. dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapatdiambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SYARI AH CABANG SEMARANG. A. Profil Bank BNI Syari ah Cabang Semarang. 1. Sejarah Singkat BNI Syari ah Cabang Semarang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya bank yang menerapkan dual banking system dimana bank-bank. perbankan syariah ini melengkapi keberadaan sistem perbankan

BAB IV ANALISIS AKUNTANSI PEMBIAYAAN MUSYARAKAH WAL IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK DI BMI CABANG PEKALONGAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Penerapan Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Muamalat Indonesia,

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PRODUK SYARIAH DI INDONESIA

PELAKSANAAN TABUNGAN HAJI PADA BANK JATIM CABANG PEMBANTU PUSPA AGRO SIDOARJO RANGKUMAN TUGAS AKHIR. Oleh : AISYAH YUNITA SARI NIM :

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pemberian Pembiayaan Oleh Account Officer Kepada Nasabah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III GAMBARAN UMUM BTM WIRADESA. A. Latar belakang berdirinya BTM Wiradesa. Muhammadiyah Wiradesa untuk memiliki sumber-sumber pendanaan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : masyarakat dalam pemenuhan biaya menunaikan ibadah haji.

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ada beberapa tahapan dalam pembiayaan mudharabah yang harus dilalui. sebelum dana itu diserahkan kepada nasabah :

BAB II STANDAR OPERASIONAL DAN PROSEDUR BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH. Wattamwil yaitu simpanan (funding) dan pembiayaan (financing).

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK BNI KONVENSIONAL

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Persyaratan dalam Mengadakan Akad Murabahah di BMT-UMY

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PROSEDUR PELAKSANAAN TABUNGAN HAJI PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI MENURUT FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji;

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III MANAJEMEN RISIKO PADA PRODUK PEMBIAYAAN PRODUKTIF DI BMT NU SEJAHTERA. dengan Akta Notaris Badan Hukum sebagai Koperasi No.180.

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Penerapan Akad Pembiayaan Musyarakah pada BMT Surya Asa Artha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti terdahulu terkait pembiayaan pengurusan haji antara lain:

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB III CABANG SURABAYA. 1. Sejarah Berdirinya KJKS BMT-UGT Sidogiri

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Bai Bitsaman Ajil Pada Pembiayaan Multiguna Di KSPPS BMT Walisongo Semarang

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional yang terbagi menjadi dua macam yaitu perbankan

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS RISIKO PEMBIAYAAN DANA TALANGAN QORD WAL IJAROH UNTUK BIAYA PERJALANAN IBADAH HAJI PADA BMT NU SEJAHTERA KANTOR OPRASIONAL MANGKANG A. Aplikasi Pelaksanaan Dana Talangan Qord WalIjaroh Biaya Perjalanan Ibadah Haji Salah satu keniscayaan dalam dunia perbankan maupun dalam lembaga keuangan syariah atau BMT adalah melakukan kegiatan untuk Brosur BMT NU Sejahtera. Mengelola dana nasabah guna memperoleh keuntungan. Dari keuntungan tersebut, maka akan membagikannya kepada nasabah bagi hasil pada perbankan syariah. Dan masyarakat pun membutuhkan bank untuk memenuhi kebutuhan akan dana. Karena pada dasarnya, bank merupakan lembaga penghubung antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Transaksi pembiayaan talangan haji yang menggunakan akad qord wal ijaroh yang dilakukan di BMT NU Sejahtera, lebih sering digunakan untuk pembiayaan talangan haji yang ditujukan kepada nasabah untuk mendapatkan dan membantu agar nasabah bisa berangkat ibadah haji. Seperti untuk biaya pelunasan ibadah haji. Di dalam akad sewa qord wal ijaroh di BMT NU SEJAHTERA berdasarkan pada asas pinjaman sewa, dengan BMT NU SEJAHTERA bertindak sebagai peminjam dan sewa sebagai pembeli atau nasabah. Harga pinjaman ditentukan berdasarkan harga sewa dasar ditambah mark-up sesuai dengan kesepakatan antara BMT NU 51

52 SEJAHTERA dengan anggota. Hal ini merupakan pengertian talangan qord wal ijaroh yang merupakan jasa penyaluran dana yang dilakukan oleh BMT NU SEJAHTERA. Dalam praktek pengelolaan dana talangan qord wal ijaroh di BMT NU SEJAHTERA Mangkang Semarang setelah pengajuan dana di ajukan kepada BMT agar anggota bisa mendapatkan porsi haji maka anggota juga harus memenuhi syarat yang telah di tentukan oleh BMT kepada anggotanya, maka sudah sepenuhnya menjadi urusan anggotanya. Uang itu digunakan untuk tambahan ibadah hajinya, seperti perluasan talangan ibadah haji, Semua itu bukan menjadi urusan dari pihak BMT NU SEJAHTERA Mangkang Semarang. Pihak BMT NUSEJAHTERA Mangkang Semarang hanya berhak menerima angsuran pelunasan pembiayaan qord wal ijaroh ditambah dengan margin yang telah ditentukan dan disepakati oleh anggota. Dalam penggunaan dana tersebut oleh anggota, dilakukan setelah akad pembiayaan qord wal ijaroh dilakukan. Dan dalam hal ini pula, hanya pengucapan secara lisan dari pihak BMT NU SEJAHTERA Mangkang, Semarang kepada anggota untuk menggunakan dana tersebut sesuai apa yang diajukan di awal permohonan pembiayaan dana talangan haji dengan menggunakan akad qord wal ijaroh. Penentuan margin atau keuntungan di BMT NU SEJAHTERA ditentukan dalam bentuk persentase, dimana ujroh yang ditentukan sampai batas minimal 1,25% per bulan untuk jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 tahun. Jika ditelaah lebih lanjut, pengertian qord wal ijaroh dalam aplikasi di perbankan syariah atau pun lembaga keuangan syariah adalah meminjamkan tanpa mengharap imbalan dengan menegaskan

53 harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang telah di tetapkan kepada pihak BMT sebagai ujrohnya. BMT maupun lembaga keuangan syariah harus memberitahukan secara jujur harga pokok barang tersebut dan tambahan atas besar biaya yang dikeluarkan. Kalaupun memang BMT atau Lembaga keuangan syariah, dalam hal pemberian talangan biaya itu dilakukan sendiri oleh nasabah, maka BMT atau Lembaga Keuangan Syariah menggunakan media akad qord wal ijaroh untuk memberikan kuasa kepada anggota untuk mendapatkan sewa untuk memperoleh porsi haji atas nama BMT kepada anggota. Akan tetapi, yang menjadi catatan penting bahwa dalam menggunakan media akad qord wal ijaroh, akad pemberian sewa harus dilakukan jika barang tersebut secara prinsip telah menjadi milik BMT atau lembaga keuangan syariah. Hal ini bertujuan agar jangan sampai BMT atau lembaga keuangan syariah memberikan sewa apa yang ada padanya. Dari praktek pembiayaan talangan haji di BMT NU SEJAHTERA. Terlihat sedikit ada perbedaan, terutama dalam hal pengajuan pemberian sewa untuk biaya talangan ibadah haji. Setelah akad dilakukan antara pihak BMT dan anggota, maka sudah bukan menjadi urusan BMT lagi, bahwa dana yang ditransfer ke rekening anggota sudah menjadi tanggungan anggota untuk memberikan sewa guna memperlancar proses ibadah hajinya misalnya. Jadi pada saat akad qord wal ijaroh dilakukan dengan anggotanya secara prinsip sewa yang belum menjadi milik lembaga keuangan syariah. Hal ini jelas menyalahi aturan hukum Islam, karena menyewakan jasa sesuatu yang tidak dimiliki. Praktek akad qord wal ijaroh di BMT NU SEJAHTERA, adalah

54 dalam metode penentuan harga sewa di BMT NU SEJAHTERA yang menggunakan metode membayar ujrohnya dimana perhitungan ujrohnya atau margin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode keperiode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok. Penentuan harga sewa qord wal ijaroh pada BMT NU Sejahtera Mangkang paradigma yang dimiliki masih menggunakan prinsip-prinsip sama dengan paradigma yang ada pada bank konvensional. Dari data yang di peroleh biaya untuk memperoleh kursi haji di BMT yaitu Rp 25.500.000 sedangkan di BMT NU Sejahtera hanya menangani biaya talangan haji 25.000.000 dengan ujroh 1,25% per bulan atau 15 % per tahunnya adapun munculnya dana talangan haji Di BMT NU Sejahtera pada tahun 2014. Setelah melengkapi semua persyaratan termasuk mengisi formulir permohonan talangan haji selanjutnya akan di analisa apakah anggota layak untuk mendapatkan dana talangan haji tersebut dan struktur fasilitas yang akan di peroleh dan tahap selanjutnya anggota melakukan pelunasan biaya talangan haji yang telah di ajukan kepada BMT dengan jangka waktu yang telah di tentukan oleh BMT selama 5 tahun lamanya. 1. Syarat agar anggota bisa mendapatkan dana talangan haji 2. Menjadi anggota BMT NU Sejahtera 3. Foto kopi KTP suami dan istri 4. Foto kopi KK

55 5. Foto kopi surat nikah 1 BMT memiliki sebuah produk untuk mempermudah anggotanya yang akan berangkat segera ke tanah suci. Produk ini bisa bermacam-macam namanya seperti bank Indonesia lainnya atau LKS yang menamakannya tabungan haji. Jika pendaftaran haji sudah di buka BMT akan mendaftarkan anggotanya sebagai calon jamaah haji hingga sampai mendapatkan kepastian untuk berangkat pada musim haji berikutnya. Kelebihan dari adanya produk talangan haji ini adalah BMT juga dapat memberikan dana talangan haji pada anggotanya yang ingin naik haji pada tahun itu juga akan tetapi memiliki kendala pada arus kas. BMT bisa menyediakan biaya pelunasan ibadah haji sebelum tanggal akhir pelunasan, tentu saja jika bisa di pastikan anggota itu mampu untuk mengembalikan dana talangan tersebut sebelum keberangkatannya. Adapun persyaratan yang harus di penuhi untuk calon jamaah yang akan berangkat haji di antaranya sebagai berikut : 1. KTP asli dan Foto kopi 10 lembar 2. Foto kopi kartu keluarga 3. Foto kopi surat nikah 4. Surat keterangan kesehatan 5. Foto 3 x 4 = 10 lembar (wajah kelihatan 80%) 6. Bagi suami / istri yang cerai atau hidup / mati menggunakan surat keterangan akta cerai, akta hidup atau mati 1 Brosur BMT NU Sejahtera Talangan Haji

56 1. Rincian Dana Talangan Haji BMT NU Sejahtera BIAYA PROSES TAHUN KE-1 Simpanan pokok anggota 100.000 Biaya materai 11 x 6000 66.000 Biaya administrasi 500.000 Saldo buku bank BPS BPIH 500.000 Biayaakadqordwalijaroh 250.000 Ujroh 1,25% / bulan (15% / tahun) 3.750.000 Catatan : Total 5.166.000 a. Tahun ke 2 sampai tahun ke 5 anggota cukup membayar ujrohnya setiap tahunnya 3.750.000 b. BMT memberikan talangan kepada anggota dengan batas waktu maksimal 5 tahun 2 Adapun faktor- faktor yang menjadi daya tarik para anggota untuk mendaftarkan dirinya sebagai calon jamaah haji di antaranya : Dapat membantu dengan cepat memperoleh porsi haji di saat anggotanya belum memiliki dana yang cukup untuk mendaftarkannya. Kursi porsi haji cepat di dapatkan oleh anggota karena di urus oleh BMT NU SEJAHTERA Tidak terlalu besar ujrohnya dan biaya administrasi yang di kenakan kepada anggotanya khususnya apa BMT NU SEJAHTERA Bisa mengetahui nomor seat haji dengan cepat 3 2 Brosur BMT NU SEJAHTERA Talangan Haji

57 2. Prosedur dan Proses Pembatalan BPIH Calon jamaah haji mengajukan permohonan kepada kantor Departemen Agama kabupaten atau kota disertai dokumen yang dipersyaratkan: a. Pengajuan pembatalan dan penarikan BPIH dari yang bersangkutan dengan disertai materai 6000,- dan untuk jamaah yang wafat dari ahli waris. b. Bukti BPIH 1 lembar asli c. Foto kopi KTP d. Surat keterangan dari ahli warisdari kelurahan di ketahui oleh camat. e. Surat kuasa atas pengembalian dana BPIH dengan disertai materai 6000,- f. Surat keterangan kematian. Berkas permohonan pembatalan kantor Departemen agama setempat melalui kanwil Departemen agama setempat kemudian di teruskan kepada Departemen agama pusat untuk di proses data dan pembayaran. Departemen agama pusat dan bendahara BPIH memerintahkan kepada cabang BPS BPIH Yang mengelola setoran awal untuk mentransfer dana pembayaran pembatalan kepada calon haji. Pengembalian setoran awal BPIH kepada calon haji yang batal di lakukan oleh BPS- BPIH tempat setor di kenakan potongan 1%. 3 Hasil wawancara dengan pimpinan KBIH Bpk Turmudzi pada tanggal 2 Oktober jam 9.00 di kantor KBIH Semarang

58 B. Implementasi Akad Qardh Wal Ijarah Dalam pembiayaan Dana Talangan Haji Di BMT NU SEJAHTERA Kantor Operasional di Mangkang Semarang Di BMT NU SEJAHTERA terdapat produk pembiayaan yang diperuntukkan untuk mempermudah menunaikan ibadah haji yaitu produk dana talangan haji. Produk dana talangan haji adalah pembiayaan dengan menggunakan akad Qardh wal ijarah yang diberikan kepada nasabah calon haji dalam rangka Untuk memperoleh nomor porsi haji. Opini dari Dewan Pengurus Syariah (DPS) mengenai dana talangan haji yaitu : Pada prinsipnya kewajiban ibadah haji hanya dibebankan kepada orang yang mampu, sehingga tidak diperkenankan berhaji dengan cara berhutang apabila tidak sanggup membayar, tetapi apabila ia mampu untuk melunasi hutangnya maka diperkenankan berhaji dengan cara berhutang. 4 Jadi dalam produk dana talangan haji di BMT NU Sejahtera menggunakan perpaduan akad qardh dengan ijarah, yaitu pinjaman atau talangan dana dari pihak BMT untuk bisa mendaftar haji dengan biaya ujrah/sewa yang dibebankan kepada anggota berupa upah sewa yang dimiliki BMT NU Sejahtera. Mengacu dari pernyataan diatas, aplikasi akad ijarah juga cocok diterapkan pada produk pembiayaan/pinjaman. Akad ijarah yang diterapkan pada produk dana talangan haji di BMT yaitu berupa upah sewa sistem sewa yang ada di BMT NU SEJAHTERA yang tersambung (on line) dengan 4 Brosur produk dana talangan haji di BMT NU Sejahtera

59 SISKOHAT yang digunakan untuk melakukan transaksi pendaftaran nasabah calon haji. Pendaftaran melalui SISKOHAT dilakukan setelah saldo nasabah mencapai Rp 25.000.000,00 dan biaya sewa tersebut dibebankan kepada nasabah. Jadi dalam produk dana talangan haji di BMT menggunakan perpaduan akad qardh dengan ijarah, yaitu pinjaman atau talangan dana dari pihak BMT untuk bisa mendaftar haji dengan biaya ujrah/sewa yang dibebankan kepada nasabah berupa upah sewa yang dimiliki BMT 5 Dalam pelaksanaannya, pelunasan pembiayaan talangan haji bukan menggunakan angsuran melainkan dengan cara menabung. Untuk menabung nasabah bisa menggunakan tabungan BPS BPIH atau tabungan mabrur dengan mendebet dari saldo rekening tabungan mabrur. Hal ini yang membedakan produk dana talangan haji dengan produk pembiayaan lainnya. Pada produk pembiayaan lain, nasabah diharuskan mengembalikan pinjaman beserta tambahan margin yang telah ditentukan oleh BMT. Sedangkan pada produk dana talangan haji, nasabah hanya mengembalikan dana sebesar pinjamannya tanpa ada tambahan margin melainkan hanya dibebankan biaya ujrah saja. Untuk jangka waktu pelunasan dana talangan haji, BMT NU SEJAHTERA memberikan kelonggaran waktu maksimal sampai 5 tahun. Apabila tahun pertama nasabah belum bisa melunasi, maka anggota akan mengajukan permohonan perpanjangan waktu untuk tahun kedua dan seterusnya sampai tahun kelima. Dalam perpanjangan waktu pelunasan tersebut, nasabah dibebani biaya ujrah. 5 Hasil wawancara dengan HRD BMT NU Sejahtera 02 Oktober 2014 jam 9.00

60 Mengenai besarnya ujrah yang ditentukan oleh BMT, menurut penulis tidak boleh didasarkan dengan jumlahnya nominal talangan yang telah diberikan oleh BMT.Karena jelas, bahwa dalam akad pembiayaan talangan haji, keuntungan tersebut bukan merupakan biaya administrasi akad qardh melainkan merupakan ujrah dari jasa pengurusan pendaftaran SISKOHAT dan pelayanan haji yang diberikan oleh BMT. C. Permasalahan dan Risiko Operasional BMT dalam Pembiayaan Dana Talangan Qord Wal Ijaroh Tidak dapat dipungkiri bahwa hingga saat ini BMT NU Sejahtera masih menghadapi beberapa permasalahan dan risiko dalam menangani pemberian pembiayaan kepada pengusaha kecil dan menengah. Permasalahan yang terjadi yaitu pada umumnya pembiayaan dana talangan haji memiliki tingkat kelayakan yang masih rendah akibat adanya keterbatasan pada aspek pemasaran, teknis produksi, manajemen dan organisasi. Umumnya mereka juga belum mampu memenuhi persyaratan teknis bank, antara lain berkaitan dengan penyediaan perizinan dan jaminan. Akibat dari Permasalahan yang terjadi pada pembiayaan dana talangan haji tersebut yaitu BMT mengalami kesulitan dalam memperoleh usaha dalam kecilnya risiko yang terjadi. Kondisi umum pembiayaan dana talangan haji yang seperti ini menjadikan BMT NU SEJAHTERA lebih selektif dalam memberikan pembiayaan kepada para nasabah yang akan berangkat haji. Hal ini sangat beralasan di samping manajemen usaha para nasabah yang meminjam untuk

61 biaya ibadah hajinya belum kredibel atau belum memenuhi syarat Pemberian pembiayaan, juga karena tingginya biaya transaksi. Dalam menganalisis pembiayaan, BMT melihat dari perolehan hasil, yaitu pembiayaan yang memberikan perolehan hasil tetap dan pembiayaan yang memberikan hasil tidak tetap. Pembiayaan yang memberikan hasil tetap didapatkan dari pembiayaan yang berakad jual-beli (murabahah) dan sewamenyewa (ijarah). Sedangkan pembiayaan yang memberikan hasil tidak tetap didapatkan dari pembiayaan yang berakad bagi hasil (mudharabah dan musyarakah). Berdasarkan kedua hal tersebut, maka produk pembiayaan di BMT akan memberikan risiko yang berbeda pula antara satu akad dengan akad yang lainnya. Investasi/bisnis yang dijalankan melalui aktivitas pembiayaan adalah aktivitas yang selalu berkaitan dengan risiko. Persoalannya adalah bagaimana mengelola agar investasi/bisnis dalam pembiayaan tersebut mengandung risiko seminimal mungkin. Risiko pembiayaan tersebut dapat diminimalisir dengan melakukan manajemen risiko secara baik. Manajemen risiko ini dapat diawali dengan melakukan penyaringan (screening) terhadap calon nasabah dan proyek yang akan dibiayai. Jika pembiayaan telah direalisasikan maka pengendalian risikonya dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) yang sesuai dengan karakter nasabah maupun proyeknya. Secara umum terdapat 2 (dua) faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah:

62 1. Faktor Intern a. Analisa pembiayaan/kredit yang tidak akurat. b. Lemahnya pengawasan dan monitoring. c. Pengikatan perjanjian pembiayaan/kredit dan jaminan tidak sempurna. d. Pembiayaan diberikan secara terkonsentrasi baik jumlah maupun penerimanya. e. Lemahnya SDM. 2. Faktor Ekstern a. Anggota/mitra menyalahgunakan kredit yang diperolehnya. b. Anggota/mitra kurang mampu mengelola usahanya. c. Anggota/mitra beritikad tidak baik d. Kondisi ekonomi yang tidak kondusif yang menyebabkan turunnya pendapatan usaha sehingga mempengaruhi kemampuan anggota/mitra untuk membayar kewajibannya kepada BMT e. Deregulasi peraturan pemerintah pada bidang tertentu yang berpengaruh secara signifikan terhadap usaha anggota/mitra hiringrisk (Risiko Berkurangnya Nilai Pembiayaan) BMT tentu akan menghadapi risiko ini karena sistem yang digunakan pada pembiayaan qord wal ijaroh ini adalah profit and loss sharing. Jadi apabila ada kerugian dari nasabah maka akan berpengaruh terhadap pendapatan BMT, sehingga hal itu berakibat terindikasinya risiko pada pembiayaan yang dibiayai. Biasanya risiko ini dipengaruhi oleh;

63 1) Unusual business risk Yaitu risiko yang biasa terjadi pada pembiayaan yang diakibatkan adanya penurunan drastis tingkat penjualan yang dibiayai atau harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai. 2) Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau revenue sharing. Untuk jenis profit and losssharing, shirking risk (risiko berkurangnya nilai pembiayaan) muncul bila terjadi losssharing kerugian usaha nasabah yang harus ditanggung BMT. Untuk jenis revenue sharing, shirking risiko terjadi bila nasabah tidak mampu menanggung biaya yang seharusnya ditanggung nasabah dikaren akan nasabah tidak mampu melanjutkan usahanya. Secara umum risiko pembiayaan ini sama dengan risiko kredit, dimana BMT NU SEJAHTERA tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok maupun bagi hasil dari pembiayaan yang diberikannya. Selain itu risiko ini akan semakin tampak ketika perekonomian dilanda krisisatau resesi. Secara spesifik risiko pembiayaan terletak pada proyek atau usaha yang dibiayai tidak menghasilkan keuntungan, yang pada akhirnya menyebabkan nasabah tidak dapat berbagi-hasil (keuntungan) dengan BMT. Kurang lancarnya usaha nasabah juga dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional yang kurang stabil dan adanya force majeure seperti musim hujan yang berkepanjangan (terkait dengan karakteristik usaha seperti pertanian, perikanan, dan

64 semacamnya) atau bencana alam (seperti kebakaran, gempa bumi, dll) yang menyebabkan musnahnya usaha nasabah. 3) Character Risk (Risiko Karakter Buruk Nasabah) seperti halnya pada usaha perbankan, di BMT juga terkadang terdapat nasabah yang melakukan wanprestasi (ingkar janji). Tentunya ini merupakan masalah serius yang harus segera diselesaikan. Risiko ini biasanya dipengaruhi oleh; a) Kelalaian nasabah pembiayaan dalam menjalankan bisnis yang dibiayai. b) Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah tidak lagi menjalankan kesepakatan yang telah dibuat. c) Pengelolaan internal perusahaan (seperti manajemen organisasi, pemasaran, teknis produksi dan keuangan) yang tidak dilakukan secara profesional sesuai standar pengelolaan yang disepakati antara pihak BMT dengan nasabah. Kontrak mudharabah dan musyarakah yang dijalankan BMT merupakan suatu kontrak peluang investasi yang mengandung risiko tinggi. Sebab model kontrak tersebut sarat dengan asymmetric information, yaitu kecenderungan salah satu pihak yang menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Begitu pula yang terjadi di BMT NU SEJAHTERA. Selain itu juga ditemukan adanya side streaming, yaitu

65 penggunaan dana yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati dalam akad, karena biasanya ada nasabah yang mengalokasikan dananya untuk hal lain. Selain itu masalah atau risiko pada pembiayaan ini adalah ketika adanya penunggakan pelunasan cicilan pembayaran. Hal ini memungkinkan pihak BMT mengeksekusi atau mengambil kembali barang yang sudah dibeli dan digunakan oleh nasabah, lalu BMT menjual kembali dengan harga jual yang lebih kecil dari harga beli, sehingga BMT akan mengalami kerugian dari pembiayaan (khususnya qord wal ijaroh ) ini. Hal-hal tersebut mengindikasikan bahwa pada pembiayaan qord wal ijaroh untuk biaya perjalanan ibadah haji, maka sarat dengan risiko. Kemungkinan BMT akan mengalami kondisi dimana pendapatan keuntungan atau bagi hasil dari sebuah pembiayaan akan berkurang atau terjadi kerugian bagi pihak BMT. Oleh karena itu diperlukan sebuah solusi bagi pengelolaan risiko pembiayaan yang merupakan implementasi strategi yang dijalankanoleh BMT Al Munawwarah & BMT Berkah Madani dalam mengelola pembiayaannya. D. Solusi Pembiayaan Bermasalah BMT NU SEJAHTERA Setiap pembiayaan yang bermasalah tentunya harus segera dilakukan tindakan agar tidak mengakibatkan risiko yang lebih besar lagi bagi BMT. Tindakan-tindakan ini merupakan respon BMT dalam

66 menyelamatkan pembiayaan tersebut agar default risiko tidak terjadi maupun agar usaha nasabah tetap dapat berjalan dengan baik. Pada dasarnya setiap pembiayaan menjadi bermasalah terjadi tidak secaratiba-tiba, umumnya diawali dengan adanya serangkaian indikasi. Beberapa indikasi tersebut adalah: 1. Indikasi Keuangan a. Memburuknya likuiditas b. Perputaran piutang dagang yang semakin panjang c. Menurunnya jumlah penjualan d. Peningkatan tajam pada persediaan e. Usaha tidak lagi profitable 2. Indikasi Manajemen a. Key Person meninggal dunia b. Perubahan struktur manajemen yang terlalu cepat/sering c. Tidak mampu melakukan rencana bisnis Dalam menyelenggarakan pengelolaan pembiayaan untuk menyalurkan dana bagi sektor pembiayaan dana talangan haji di perlukan beberapa strategi. Tidak ada jalan lain bagi BMT NU SEJAHTERA selain membuat strategi khusus agar porsi pembiayaan meningkat, serta adanya upaya-upaya untuk meminimalisir risiko yang dihadapi. Upaya untuk memperbesar porsi pembiayaan difokuskan pada sektor talangan haji, karena BMT merupakan lembaga difungsikan untuk menyokong sektor talangan haji.

67 Adapun nasabah yang akan mendapatkan fasilitas pembiayaan dari BMT adalah: 1. Anggota maupun calon anggota/mitra yang bertempat tinggal di wilayah lingkungan BMT khususnya dan sekitarnya, serta anggota diluar daerah wilayah yang memenuhi kriteria. 2. Mempunyai usaha/penghasilan. 3. Lulus dari wawancara dan kelayakan kuantitatif tim BMT. 4. Anggota/mitra yang masih mempunyai hutang pembiayaan tidak diperkenankan untuk mengambil pembiayaan, sebelum melunasi hutangnya atau dengan persetujuan dari BMT.