BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit darah (juta/ mm 3 ) ulangan ke

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bersifat nontosik, sehingga dapat juga digunakan sebagai obat anti kanker dan anti

PENGARUH PEMBERIAN POLISAKARIDA KRESTIN DARI EKSTRAK Coriolus versicolor TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA MENCIT YANG TERPAPAR TIMBAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat yaitu pencemaran lingkungan.

BAB II TINJAUAAN PUSTAKA. Berdasarkan Arjun dan Ramesh (1982), klasifikasi dari jamur Coriolus. Divisio : Basidiomycota. Class : Basidiomycetes

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

berusia 21 tahun mengalami ikterus dan untuk dirawat. Ikterus ini ia alami sudah 1 menunjukkan banyak kelainan kecuali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah lebih rendah dari nilai normal sebagai akibat dari defisiensi dari salah

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Kadar Besi (Fe) pada Darah Puyuh yang Terpapar Pb

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan ternak yang termasuk kelas : Mammalia ordo : Artiodactyla, sub-ordo ruminansia, dan familia : Bovidiae.

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tikus putih (Rattus norvegicus, L.) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Katabolisme Heme Katablisme Heme Menghasilkan Bilirubin Metabolisme Bilirubin di Hati Pengambilan Bilirubin oleh Hati Konjugasi Bilirubin

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Penyebab anemia bisa

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. (Wasser, 2002). Polisakarida mempunyai kemampuan untuk meningkatkan sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

BAB II LANDASAN TEORI. kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh C dan didih C, dan asam sulfat pekat (Palar,2004).

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

PENGARUH AIR KELAPA MUDA (Cocos nucifera L.) VARIETAS MACROCORPU TERHADAP KONDISI HEMATOLOGI MENCIT (Mus musculus) GALUR BALB C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ulangan pada tiap perlakuan. Pada penelitian ini dilakuan sebanyak 6 kali ulangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

VIII. Metabolisme Heme ( metabolisme porfirin = porphyrin ).

dr.ika Setyawati, M.Sc. Blok 6 1

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Haemoglobin adalah senyawa protein dengan besi (Fe) yang dinamakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

Ilmu Pengetahuan Alam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Definisi Timah Hitam/Plumbum (Pb) dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata plumbum dan logam ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan otot dan sistem kardiorespiratori dalam

BAB 2BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan bagian padat. Bagian cair disebut plasma sedangkan bagian yang padat

[ BIOKIMIA ] Urobilirubin

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)


I. PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM IMUN SPESIFIK. Lisa Andina, S.Farm, Apt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Karbon Monoksida (CO) perbandingan berat terhadap udara (1 Atm 0 C) sebesar 0,967. Bila

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak air akar kucing yang didapat mempunyai spesifikasi sebagai

SISTEM PEREDARAN DARAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil analisis jumlah eritrosit darah. Berdasarkan analisis stastik jumlah eritrosit hasil perlakuan adalah sebagai berikut Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan jumlah eritrosit. Kelompok perlakuan Kontrol normal Kontrol negatif Dosis PSK (mg/kg/bb) Jumlah eritrosit darah (juta/ mm 3 ) ulangan ke- 1 2 3 4 0 mg 1,16 1,15 1,20 1,20 0 mg 0,61 0,53 0,55 0,49 Rerata ±SD 1,178 b ± 0,026 0,533 a ± 0,053 Perlakuan 1 1,5 mg 1,30 1,28 1,26 1,28 Perlakuan 2 3 mg 1,53 1,46 1,48 1,52 Perlakuan 3 6 mg 1,58 1,57 1,55 1,59 1,280 c ± 0,016 1,498 d ±0,033 1,573 e ±0,017 Keterangan: angka yang di ikuti dengan huruf kecil yang berbeda menunjukan beda nyata berdasarkan uji Duncan. 30

31 Gambar 4.1 Grafik rata-rata jumlah eritrosit. K= kontrol, P= perlakuan Data eritrosit di uji normalitas. Uji normalitas menggunakan Kolmogorof- Smirnov hasilnya normal, kemudian di lanjutkan uji homogenitas dengan P>0.05. Berdasarkan kedua uji homogenitas menunjukan bahwa data normal dan homogen selanjutnya uji anova menunjukan nilai signifikasi P<0.05 sehingga asumsi pemberian berbagai dosis PSK Coriolus versicolor tidak terpengaruh terhadap pemberian timbal nitrat (H0 1 ) ditolak. Analisis data selanjutnya di lanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui data signifikasi tiap kelompok. Hasil uji menunjukan beda signifikan pada setiap kelompok. Polisakarida krestin (PSK) dengan bermacam-macam dosis yang menyebabkan terjadinya perbedaan yang signifikan terhadap jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit, pada kelompok kontrol normal yaitu 1,178/mm 3 juta, sedangkan kelompok kontrol negatif yang diberi timbal yang hanya 0,533 juta/mm 3. Sedangkan pada pemberian PSK dosis 1,5 mg mengalami kenaikan jumlah eritrosit dengan rata-rata 1,280 juta/ mm 3. Dosis 3 mg mengalami kenaikan dengan rata-rata yang melebihi dosis 1,5 mg sekitar

32 1.498 juta/ mm 3. Paling menonjol adalah dosis 6 mg dengan rata-rata jumlah eritrosit 1,573 juta/ mm 3. Dalam dosis 6 mg dan 9 mg terjadi beda signifikan. Hasil uji statistik Duncan, bahwa kelompok kontrol normal berbeda signigfikan dengan kelompok negatif, kelompok perlakuan 1, perlakuan 2 dan kelompok normal berbeda signigfikan juga dengan perlakuan 3. Kelompok negatif berbeda signigfikan dengan perlakuan 1, kelompok negatif berbeda signigfikan dengan perlakuan 2 dan kelompok perlakuan 3. Perlakuan 1 berbeda signigfikan dengan perlakuan 2 dan perlakuan 3. Perlakuan 2 berbeda signigfikan dengan perlakuan 3 4.1.2 Hasil analisis kadar hemoglobin pada darah. Berdasarkan analisa stastik kadar hemoglobin pada darah sebagai berikut. Tabel 4.2 Rata-rata peningkatan kadar hemoglobin Kelompok perlakuan Dosis PSK (mg/kg/bb) Kadar hemoglobin pada darah (g/dl) pada ulangan ke- 1 2 3 4 Rerata ±SD Kontrol positif 0 mg 10,6 10,4 11,0 11,5 10,75 b ±0,300 Kontrol negatif 0 mg 8,0 8,0 6,4 6,0 7,10 a ±1,051 Perlakuan 1 1,5 mg 12,0 11,8 11,0 12,8 11,90 bc ±0,739 Perlakuan 2 3 mg 13,5 13,0 13,8 13,4 13,43 c ±0,330 Perlakuan 3 6 mg 14,0 15,0 14,4 14.6 14,50 d ±0,416 Keterangan: angka yang di ikuti dengan huruf kecil yang berbeda menunjuka nyata berdasarkan uji gomes howell.

33 Gambar 4.2 Grafik rata-rata kadar hemoglobin. K= kontrol, P= perlakuan Uji yang digunakan untuk analisis pertambahan kadar hemoglobin berbeda dengan analisis jumlah eritrosit dalam darah karena tidak homogenya data. Dalam uji normalitas menggunakan Kolmogorof-Smirnov hasilnya normal, kemudian di lanjutkan uji homogenitas P<0.05, tetapi data tidak normal sehingga menggunakan uji Brown Forsyted dan dilanjutkan uji Gomes Howel, Karena pada uji Brown Forsyted P<0,05 maka dianggap signifikan sehingga asumsi pemberian berbagai dosis PSK Coriolus versicolor tidak berpengaruh terhadap pemberian timbal nitrat (H0 1 ) ditolak, selanjutnya menggunakan uji Gomes Howel. Pada kelompok normal kadar hemoglobin rata-ratanya berkisar 10,75 mg/dl. Sedangkan pada kelompok yang diberi timbal rata-ratanya berkisar 7,10 mg/dl. Pada kelompok perlakuan terjadi kenaikan secara bertahap yang dimulai dari dosis 1,5 mg dengan rata-rata 11,90 mg/dl, dosis 3 mg dengan rata-rata 13,43 mg/dl, 6 mg dengan rata-rata 14,50 mg/dl.

34 Hasil uji statistik Gomes Howel, bahwa kelompok kontrol normal berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif, kelompok perlakuan 2 dan kelompok perlakuan 3. Kelompok normal tidak berbeda signigfikan dengan kelompok perlakuan 1, kelompok perlakuan 2 dan kelompok perlakuan 3. Perlakuan 1 tidak berbeda signigfikan dengan perlakuan 2 tetapi berbeda signifikan perlakuan 3. Perlakuan 2 berbeda signigfikan dengan perlakuan 3. 4.2 Pembahasan Coriolus versicolor adalah sebuah jamur yang digunakan sebagai obat. Pada penelitian ini menggunakan polisakarida krestin (PSK) untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dalam darah. Dalam penelitian sebelumnya Winarti, (2007) menyebutkan bahwa jamur Coriolus versicolor dapat meningkatkan sistem imun karena adanya kandungan β- glucan yang mengikat reseptor pada sistem imun. Pada penelitian tersebut, di temukan juga bahwa kandungan ekstrak C.versicolor dapat menginduksi hemopoesis yang dapat menyebabkan eritropoesis sehingga dapat meningkatkan jumlah eritrosit dalam darah karena mengandung polisakarida krestin (PSK). Ekstraksi polisakarida krestin (PSK) menggunakan amonium sulfat (Wahyuningsih dkk, 2009). PSK mengandung β-glucan, pada penelitian ini yang digunakan adalah polisakarida krestin (PSK). Penelitian ini menguji pengaruh PSK dari ekstrak jamur Coriolus versicolor terhadap jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin dalam darah pada mencit, yang dipapar timbal. Berdasarkan penelitian diketahui adanya peningkatan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin yang signifikan.

35 Jumlah eritrosit pada kontrol negatif mengalami penurunan karena timbal dapat menghambat δ-amino-levolinat dehidrase, sehingga δ-amino-levolinat dehidrase pada serum dan plasma pada darah akan meningkat. Pada kelompok perlakuan P1, P2, P3 mengalami peningkatan lebih besar dari kontrol normal dan kontrol negatif karena kandungan β-glucan menyebabkan peningkatan eritropoesis sehingga dapat menambah jumlah eritrosit pada darah. Macam-macam dosis yang diberikan meliputi; 1,5 mg, 3 mg, 6 mg. menghasilkan efek yang berbeda-beda pada perlakuan tersebut. Pengertian dari dosis ialah pemberian zat dari dari luar tubuh ke dalam tubuh secara bertahap melalui proses-proses aklimitasi (Mutschler, 1991). Dosis sebagai acuan untuk meningkatkan kenaikan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin akibat pemberian polisakarida krestin (PSK) dari ekstrak jamur Coriolus versicolor. Dalam penelitian ini juga menggunakan waktu pemberian PSK yang dilaksanakan selama 1 bulan. Dosis 1,5 mg, rerata eritrosit 1,280/ mm 3, 3 mg rerata eritrosit 1,498 juta/ mm 3, 6 mg rerata eritrosit 1,573 juta/mm 3. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dosis PSK berpengaruh pada respon tubuh. Proses metabolisme yang terganggu karena timbal tersebut maka dapat menyebabkan terganggunya hemopoesis sehingga jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin akan turun, dan dapat menimbulkan penyakit yang salah satunya adalah anemia. Eritrosit atau sel darah merah sangat penting bagi kehidupan salah satunya sebagai pengedar sari-sari makanan, darah merah pada pada sel darah merah kelihatan mencolok bewarna merah karena banyak mengandung oksigen.

36 Dalam mengatasi penurunan jumlah eritrosit maka di berikan berbagai dosis polisakarida (PSK) untuk meningkatkan jumlah eritrosit macam-macam dari dosis tersebut adalah 1,5 mg, 3 mg, 6 mg. Data diatas menunjukkan bahwa dosis pemberian polisakarida krestin dari ekstrak Coriolus versicolor sebanding dengan jumlah eritosit dalam darah karena adanya β-glucan yang dapat meningkatkan jumlah eritrosit saat terjadinya proses hemopoesis di sumsung tulang belakang. Semakin besar dosis yang di berikan semakin besar pula kenaikan jumlah eritrosit yang ada dalam darah. Senyawa β-glucan yang terkandung di dalam polisakarida krestin ( PSK), yang di masukkan melalui oral strukturnya dan tidak akan berubah karena resisten terhadap asam lambung. Pada saat di usus β-glucan, melakukan kontak dengan makrofag yang di bantu dengan sel M (microfold) dan hanya terdapat pada ilium. β-glucan di bawa dengan cara pinositosis dan di bantu oleh beberapa sel imun lain yaitu; makrofag, sel T, sel B. Kemudian oleh makrofag β-glucan di fagositosis menjadi fragmen-fragmen yang di kirim ke sumsum tulang belakang (Winarti. 2007). Fragmen-fragmen tersebut mengaktifkan sistem complemen yang berikatan dengan icb 3 yang mengaktifkan juga complement receptor 3 (CR3) dengan demikian hemopoietic stem cell yang menyebabkan peningkatan proses ploriferasi dan diferensiasi. Reseptor icb 3 juga terdapat pada makrofag, dengan aktifnya makrofag dapat menyebabkan aktifnya cytokine diantaranya adalah interleukin-1 dan interleukin-6 yang diketahui dapat menstimulasi hemopoietic stem cell ( Ross et al., 2004). Pemberian timbal dapat juga merusak eritrosit di sebabkan

37 terganggunya δ-amino-levolinat dehidrase yang menyebabkan serum dan plasma pada darah akan meningkat ( Mutschler, 1991). Pada proses sintesis eritrosit juga melibatkan enzim-enzim yang terdapat pada sintesis hemoglobin. Karena di dalam eritrosit terdapat protein yang membawa oksigen berupa hemoglobin. Pada sirkulasi terjadi pembentukan maupun perombakan eritrosit. Timbal dapat menyebabkan meningkatkan serum dan plasma darah karena adanya blokade pada membran sel (Ganong, 2007). Penghambatan δ-amino-levolinat dehidrase dapat memblokade koproporfirinogen III. Hemoglobin terkandung dalam eritrosit dan berfungsi sebagai protein globular membawa oksigen. Hemoglobin yang sudah matur terdiri 5% yang berisikan besi dan pigmen, dan 95 % globin adalah sebuah polypeptide, bentuknya berupa ferum atau besi yang berguna untuk mengikat oksigen ( Carola, R, et al., 1990). Pada uji Brown Forsyted P<0,05 maka didapatkan signifikan, dan di lanjutkan menggunakan uji Gomes Howel, sehingga asumsi pemberian berbagai dosis PSK Coriolus versicolor tidak terpengaruh terhadap pemberian timbal nitrat (H0 1 ) ditolak. Asumsi dalam penelitian benar, dan dapat di analisis sebagai berikut. Hasil penelitian terlihat kenaikan secara bertahap yang dimulai dari dosis PSK 1,5 mg dengan rata-rata 11,90 mg/dl, dosis PSK 3 mg dengan rata-rata 13,43 mg/dl, dosis PSK 6 mg dengan rata-rata 14,50 mg/dl. Pada pembahasan sebelumnya telah di bahas bawa PSK dari ekstrak jamur Coriolus versicolor dapat meningkatkan kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit, karena mengandung

38 senyawa β-glucan yang dapat meningkatkan proses hemopoesis maupun mencegah masuknya timbal di protoporfirin IX. Kadar hemoglobin pada kontrol negatif karena adanya pencegahan masuknya besi (Fe) kedalam protoporfirin IX. P1, P2, P3 lebih besar dari kontrol negatif karena kandungan β-glucan yang dapat mengurangi dampak yang disebabkan oleh timbal yaitu; meningkatkan masuknya besi (Fe) kedalam protoporfirin IX. Sedangkan P1 tidak berbeda signifikan dengan kontrol normal dan P1 tidak berbeda signifikan dengan P2, karena saat mencit diberi perlakuan negatif dan diberi PSK dengan berbagi dosis kadar hemoglobin akan meningkat disebabkan kandungan β-glucan, sedangkan tidak berbeda signifikan diduga adanya sistem imun yang berperan. Polisakarida krestin (PSK) mengandung senyawa β-glucan yang dapat mengikat reseptor sistem imun. Ada korelasi antara jumlah rata-rata eritrosit dan kadar hemoglobin. Kandungan β-glucan yang ada pada polisakarida krestin selain untuk mengikat reseptor sistem imun juga dapat mengurangi dampak dari timbal, yaitu meningkatkan masuknya besi (Fe) kedalam protoporfirin IX (Mutschler, 1991). Ditunjukkan dengan skema; Garam timbal mencegah Fe masuk protoporfirin IX Proses pembentukan hemoglobin sama dengan pembentukan eritrosit, yang terjadi di sumsum tulang. Pada skema di atas di tunjukkan bahwa garam timbal atau timbal dapat mencegah Fe masuk, struktur dari hemoglobin adalah porfirin sebelum porfirin terbentuk. Dimulai dengan bergabungnya suksinil ko-a, glisin dan pirikdosilat yang dikatalisis oleh asam δ-alas (asam amino levolinat

39 sintesa) membentuk δ-ala dengan bantuan enzim δ-alad (amino levolinat dehidratase. Dua molekul δ-ala bergabung membentuk porfobilinogen. Porfobilinogen akan diubah menjadi polipiril metan melalui enzim porfobilinogen, melalui oksidase melalui katalis enzim uropofirinogen kosintase. Pada akhirnya akan berubah menjadi uropofirinogen yang akan membentuk koproporfirin. Koproporfirin yang di bantu dengan enzim protoporfirinogen oksidase, yang di lanjutkan dengan enzim heme sintase yang membawa Fe ke cincin porfirin yang di katalis oleh enzim ferokelatase. Proses ini merubah protoporfirin menjadi heme (Sugiharto, 2007), dengan terhalangnya Fe maka sintesis dari hemoglobin terganggu.