TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

Kesiapan Petani Kopi Terhadap Serangan Hama Penggerek Buah (Hypothenemus hampei) pada Musim Kopi 2016

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

HAMA PENYAKIT UTAMA TANAMAN KOPI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Hama penyakit utama tanaman kopi

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Bubuk Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Pracaya (2007), kumbang penggerek buah kopi dapat

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

FLUKTUATIF SERANGAN Hypothenemus hampei WILAYAH KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA PADA TRIWULAN II 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

HAMA GUDANG ANCAM EKSPOR KOPI INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (PBKo) SECARA PHT UPTD-BPTP DINAS PERKEBUNAN ACEH 2016

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun morfologi tanaman tembakau adalah: Tanaman tembakau mempunyai akar tunggang terdapat pula akar-akar serabut

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia kopi merupakan salah satu komiditi ekspor yang mempunyai arti

Jurnal Online Agroekoteaknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi (Gambar 1) termasuk dalam Kingdom Plantae, Sub kingdom. divisi Spermatophyta, Divisi Magnoliophyta, Class

setelah peletakan dan menetas pada umur hari. Dalam penelitian yang telah

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara produsen kopi ke-empat terbesar di dunia. Data

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

PENGGUNAAN BROCAP TRAP UNTUK PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KOPI Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae) PADA TANAMAN KOPI SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Hama Aggrek. Hama Anggrek

Waspadai Kemunculan Pengorok Daun (Liriomyza sp) pada Tanaman Kopi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Gudang Lasioderma serricorne (Coleoptera: Anobiidae)

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

TINGKAT SERANGAN HAMA UTAMA DAN PRODUKSI KOPI LIBERIKA TUNGKAL KOMPOSIT (Coffea sp.) DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga hama utama pada tanaman kopi yang menyebabkan kerugian secara nyata terhadap produksi kopi di Indonesia (Gambar 1). Gambar 1 : H. hampei Ferr. Biologi dasar dan ekologi PBKo telah ekstensif ditinjau. Kumbang betina (Panjang 1,4 1,6 mm) menyerang buah kopi yang berumur sekitar delapan minggu setelah berbunga sampai dengan waktu panen ( > 32 minggu). Hama ini membuat lubang/menggerek buah pada bagian dalam endosperm buah kopi, menyebabkan dua jenis kerusakan, yaitu jatuhnya buah muda lebih awal, dan kerugian kualitatif dan kuantitatif dalam kopi dimana buah kopi secara berkelompok. Dinamika populasi, dan pola infestasi oleh PBKo yang erat kaitannya dengan faktor iklim seperti curah hujan dan kelembaban relatif, serta fisiologi tanaman kopi. Isi bahan kering dari buah kopi adalah faktor yang paling penting menentukan serangan oleh PBKo dan kecepatan penetrasi ke dalam buah kopi (Jaramilo et al., 2006).

Biologi Hypothenemus hampei Ferr. Hama ini dikenal sebagai hama Bubuk Buah Kopi (BBK) terrmasuk kedalam famili Scolytdae, ordo Coleoptera. Hama ini hanya menyerang dan berkembangbiak pada berbagai jenis kopi. Serangga masuk dari ujung buah baik biji yang masih di pohon maupun yang telah jatuh ke tanah. Pengendalian harus dilakukan bila intensitas serangan >10% (Prastowo et al, 2010). Serangga hama PBKo mengalami 4 tahap perkembangan, yaitu telur, ulat (larva), kepompong (pupa) dan dewasa (imago) yang memerlukan waktu selama 25 35 hari. Saat ini pengendalian hama PBKo yang telah diterapkan oleh pekebun, yaitu dengan cara sanitasi (petik bubuk, rampasan, lelesan), penggunaan agens hayati dengan jamur Beauveria bassiana dan menggunakan pestisida nabati. Cara pengendalian dengan sanitasi terutama dilakukan di perkebunan besar karena cara tersebut memerlukan disiplin tinggi dan serentak. Penerapan pada perkebunan rakyat menuntut kedisplinan yang tinggi dan hanya bisa dilakukan pada pertanaman kopi yang masa panennya pendek. Pertanaman kopi dengan masa panen pendek umumnya hanya terjadi di areal pertanaman kopi yang memiliki tipe iklim kering tegas, seperti di Jawa Timur, Bali, NTB, NTT dan Sulawesi Selatan. Untuk areal yang terletak di daerah dengan iklim basah umumnya sulit dilakukan cara pengendalian sanitasi, karena tanaman kopi berbuah sepanjang tahun sehingga panen hampir terus-menerus sepanjang tahun (Wiryadiputra, 2006) PBKo perkembangannya dengan metamorfosa sempurna dengan tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa. Kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan. Panjang kumbang betina lebih kurang 1,7 mm dan lebar 0,7

mm, sedangkan panjang kumbang jantan 1,2 mm dan lebar 0,6 0,7 mm. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada bagian ujung. Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya. Telur menetas 5 9 hari. Stadium larva 10 26 hari dan stadium pupa 4 9 hari. Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 hari untuk perkembangannya. Pada ketinggian 1.200 m dpl, untuk perkembangan serangga diperlukan waktu 33 hari. Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari, sedangkan serangga jantan maksimal 103 hari (PCW, 2002 & Susniahti et al, 2005). Telur berbentuk lonjong, kristal dan kekuningan agak tua. panjangnya bervariasi mulai dari 0.52-0.69 mm. Seekor betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 37 butir. Stadia telur selama 5-9 hari (Gambar 2). Telur H. hampei Gambar 2 : Telur H. hampei Ferr. Telur diletakkan di dalam biji kopi, menetas dan berkembang di dalamnya sampai buah kopi matang, baik yang masih di pohon maupun yang gugur di tanah. Serangga betina dewasa yang siap bertelur, aktif pada sore hari antara pukul 16.00-18.00 dan dapat terbang sejauh 350 m. Serangga jantan tinggal dalam biji kopi karena tidak dapat terbang (Barrera, 2008).

Larva berwarna putih kekuningan, tanpa kaki, dengan tubuh berbentuk huruf C dan lebih lebar di dada (Gambar 3). Larva H. hampei Gambar 3 : Larva H. hampei Ferr. Kepala coklat muda, dengan terlihat dan rahang ke depan meluas. Rambut terlihat tersebar di kepala dan tubuh. Panjang larva pada instar terakhir adalah 1,88-2,30 mm, dengan stadia larva selama 10-21 hari (Barrera, 2008). Pupa. Ketika larva mengalami fase istirahat (pre pupa) selama 2 hari sebelum berpupa. Pra-pupa mirip dengan larva, tapi warnanya putih susu, tubuhnya kurang melengkung, dan belum dapat makan (Gambar 4). Pupa H. hampei Gambar 4 : Pupa H. hampei Ferr. Pupa berwarna putih susu dan kekuningan. Banyak karakteristik serangga dewasa dapat terlihat pada tahap pupa. Pupa memiliki ukuran yang bervariasi dari

1,84-2,00 mm. Stadia pupa berlangsung selama 4-6 hari tetapi ada kalanya sampai 8 hari (Najiyati dan Danarti, 1999). Imago, menurut Barrera bentuk serangga dewasa memanjang dengan tubuh silinder sedikit melengkung ke arah akhir perut, ukuranya kurang lebih 1,50-1,78 mm dan lebar nya 0,6-0,7 mm. tubuhnya berwarna cerah hitam, meskipun berwarna kekuningan ketika muncul dari pupa. Serangga dewasa betina dapat hidup selama 156-282 hari, sedangkan serangga jantan selama 103 hari. Serangga betina selanjutnya membuat lubang pada ujung buah (discus) untuk meletakkan telurnya di dalam biji kopi (Gambar 5). Gambar 5 : Imago H. hampei Ferr. Kepala coklat muda, dengan terlihat dan rahang maju memanjang. Bulu yang terlihat tersebar di seluruh kepala dan tubuh. Kumbang betina berukuran dua kali lebih besar dari ukuran jantan. Kumbang betina mudah dibedakan dari jantan karena ukurannya lebih besar. Serangga dewasa mencari perlindungan di dalam buah hitam, yang sudah kering. Serangga dewasa betina muncul secara besar besaran dari buah kopi tua pada waktu curah hujan yang pertama, dan mulai menyerang buah kopi mulai dari awal panen (Vega, 2008). Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir di dalam biji kopi. Setelah menetas menjadi larva, larva menjadi kepompong

di dalam biji. Setelah dewasa kumbang keluar dari kepompong. Kumbang jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebangian kumbang betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi (Gambar 6). Kumbang jantan tidak bisa terbang sehingga menetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidupnya (Hindayana et al, 2002). Larva Pupa Telur Imago Gambar 6 : H. hampei Ferr. Gejala Serangan Hama PBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeraspun yang telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Buah-buah yang bijinya masih lunak umunya tidak digunakan sebagai tempat berkembang biak, tetapi hanya digerek untuk mendapatkan makanan sementara dan selanjutnya ditinggalkan lagi. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan demikian kadang justru lebih berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur. Serangan pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil (Wiryadiputra, 1994 dalam Ramlan et al, 2010).

Gejala serangan hama PBKo dapat terjadi pada buah kopi yang masih muda maupun yang sudah tua (masak), buah gugur mencapai 7-14% atau perkembangan buah menjadi tidak normal dan busuk (Ernawati et al, 2008). Kopi yang terserang kelihatan ada satu atau dua lobang, tang terdapat dekat dasar buah. Pada biji kopi yang masih hijau terdapat bubuk-bubuk yang berwarna coklat dan hiatam. Sedang pada biji kopi yang telah masak terdapat larva-larva yang berwarna putih yang jumlahnya mencapai 20 ekor (AAK, 1991). PBKo menyerang buah berwarna hijau, buah matang dan kering atau buah yang biasanya terdapat lubang pada bagian apikalnya. Lubang terletak di pusat atau pusat lingkaran buah dan daya gerekan dapat diamati melalui lubang ini. Serangan hama ini mengurangi hasil hasil dan mempengaruhi mutu biji. Semua varietas kopi komersial dan spesies tanaman kopi diserang oleh serangga ini (Barrera, 2012). Kerusakan yang disebabkan oleh PBKo adalah buah yang belum matang dan buah kopi yang sudah matang, tidak menyebabkan kerusakan pada daun, cabang atau batang. Hama PBKo betina yang sudah dewasa masuk ke dalam endosperm biji kopi. Serangan hama PBKo ini menyebabkan tiga jenis kerugian ekonomi yaitu : (i) memakan isi endosperm kopi dan menyebabkan penurunan hasil dan kualitas produk akhir; (ii) karena kerusakan buah yang sudah matang, sehingga buah menjadi rentan terhadap infeksi (penyakit) dan serangan hama lainnya; dan (iii) ketika buah matang yang tersedia tidak mencukupi, yaitu pada awal musim atau pada saat pemanenan dilakukan, buah yang masih hijau pun akan diserang, kumbang betina sering membuat buah yang sudah matang jatuh ke tanah sebelum akhirnya dipanen (Damon, 2000).

Pengendalian Sebuah strategi manajemen hama terpadu digunakan terhadap penggerek buah kopi. Taktik utama adalah budidaya yang baik, pengendalian hayati, penggunaan perangkap dengan berumpan atraktan, dan kontrol kimia dengan insektisida sintetis (Barrera, 2012). Komponen teknologi yang berkaitan dengan budi daya tanaman sehat telah diterapkan oleh petani. Komponen teknologi tersebut meliputi: (a) pembuatan rorak agar lingkungan kebun makin terjaga; (b) pembangunan saluran pengairan, terutama pada kebun yang lokasinya berdekatan dengan sumber air, sehingga pada musim kemarau tanaman terhindar dari kekeringan; (c) pendangiran sesuai dengan kondisi tanaman; (d) penggunaan pupuk organik seperti kotoran kambing dan pupuk bokasi sebagai sumber hara sekaligus untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah; dan (e) pemetikan (panen) sesuai anjuran, yaitu petik lesehan, petik merah/tua, dan petik racutan (Agustian, 2008). Pelestarian musuh alami pada tanaman kopi telah dilakukan untuk mengendalikan populasi hama dan penyakit di kebun. Dalam pengendalian hama dan penyakit, petani menggunakan cara melalui pengamatan ekosistem dan membuat kondisi lingkungan agar tidak sesuai bagi perkembangbiakan hama dan penyakit, misalnya dengan membersihkan areal pertanaman kopi dari gulma yang mengganggu, memetik buah secara teratur. Pengendalian hama penyakit lebih mengutamakan cara mekanik, biologi, dan penggunaan pestisida nabati. Apabila populasi hama tetap tinggi, petani dapat menggunakan pestisida kimiawi sesuai dengan dosis yang dianjurkan (Agustian, 2008).

Cephalonomia stephanoderis Betrem (Hymenoptera, Bethylidae) adalah parasitoid Afrika yang telah diperkenalkan di beberapa Negara Amerika dan negara-negara Karibia selama 20 tahun terakhir untuk mengontrol biologis H. hampei, C. stephanoderis adalah ectoparasitoid soliter yang menyerang telur, larva, dan pupa H. hampei. Parasitoid betina masuk ke dalam buah yang terinfestasi oleh PBKo masuk lubang dan jika ada cukup inang, parasitoid ini akan menetapkan di dalam secara permanen, parasitoid betina dapat hidup pada semua tahap pengembangan penggerek kopi dari mulai kepompong sampai setelah dikembangkan telur matang menjadi menetas kembali. Setelah terjadinya periode oviposisi. Serangga betina yang sudah dewasa tetap berada dalam buah sampai selesai siklus perkembangan keturunan. Serangga betina C. Stephanoderis yang masih muda langsung pergi setelah kawin dan mencari inang baru untuk mengulangi siklus. Dibutuhkan 16-20 hari di 27 C selama parasitoid masih mengembangkan dari telur hingga dewasa. Parasitoid betina hidup lebih lama dibandingkan jantan, dan oviposit rata-rata 66 telur seumur hidup 80 hari (Gomez et al, 2012). Bioekologi H. hampei betina menelur 2 hari setelah kolonisasi. Periode perkembangan berlangsung 30, 42, dan 49 hari pada suhu masing masing 26, 23.4, dan 28. o C. Rasio jenis kelamin (atau proporsi jantan dan betina) ditemukan13 betina dan satu jantan. Dilaporkan bahwa rata-rata 10 betina banding 1 jantan. Jantan tidak mampu untuk terbang dan tetap dalam buah kopi sepanjang hidupnya. Namun, betina bukanlah partenogenesis dan memerlukan pembuahan untuk menghasilkan telur (Rojas et al, 1999).

Sesuai penelitian tentang proyek dampak potensi pemanasan global dengan ambang batas bawah dan ambang batas atas untuk perkembangan hama PBKo yang telah dilakukan, suhunya diperkirakan mencapai 14,9 dan 32 o C. Penelitian juga berfokus pada bagaimana menggunakan warna untuk mengurangi tingginya intensitas serangan penggerek buah kopi sebagai akibat dari suhu musiman yang lebih tinggi diprediksi di daerah produksi kopi (Vega et al, 2009). Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap perkembangan hama PBKo. Pada ketinggian antara 400 1.000 m dpl dapat terserang berat sedangkan pada ketinggian 1.500 m dpl tidak mengalami serangan yang berarti (Riyatno, 1990). Ternyata serangan hama PBKo ini juga cukup tinggi hingga pada daerah dengan ketinggian 1.300 m dpl. Berarti serangan hama PBKo cukup tinggi pada daerah dengan ketinggian <1.500 m dpl sedangkan pada daerah dengan ketinggian >1.500 serangan PBKo rendah, meskipun secara statistik tidak ada pengaruh ketinggian tempat terhadap serangan hama PBKo (Syahnen et al, 2010). Secara umum, buah diisi oleh suatu serangga betina. Jika polong kopi berair, serangga cenderung untuk meninggalkan dan biji biasanya membusuk. Tetapi jika konsistensi biji adalah cukup keras, serangga betina menggerek sebuah lubang di mana ia meletakkan telur. Telur diletakkan satu persatu, membentuk kelompok kecil dalam biji kopi. Serangga betina meletakkan dari satu sampai tiga butir per hari selama pertama 15-20 hari, setelah itu peletakan telur berkurang secara bertahap. Serangga betina generassi kedua dan larva membuat gerekaan di dalam biji, di mana mereka juga makan,. Sebagai keturunan dewasa pertama muncul, populasi dalam sebuah biji biasanya terdiri dari 25-30 ekor di semua tahap perkembangan, yang ada sekitar sepuluh ekor betina untuk satu jantan.

Setelah panen kopi, penggerek tersebut terus menggerek kopi di gudang di lokasi dengan curah hujan yang rendah, di mana ada jelas periode antara panen, serangga dewasa mencari perlindungan dalam buah hitam, buah kering (Barrera, 2012). Preferensi Mengenai preferensi warna, studi laboratorium telah menggunakan warna hijau, kuning, merah, dan kopi hitam serta kopi yang diberi perlakuan yang terbuat dari bola polystyrene untuk menetukan yang satu lebih disukai oleh serangga. Hasil menunjukkan preferensi untuk kopi merah dan hitam, baik dalam buah nyata dan produksi kopi di lapangan, di mana serangga mulai menyerang buah kopi hijau dan faktor yang menentukan bagi tingkat keberhasilan dalam menggerek adalah kandungan bahan kering, yang harus lebih dari 20%. Dari hasil di laboratorium menunjukkan preferensi untuk kopi yang berwarna merah atau hitam, sehingga tidak mungkin untuk memiliki produksi yang signifikan di lapangan, karena pada saat kopi mencapai warna merah atau hitam, kopi telah diserang oleh serangga. Dalam penggunaan perangkap, menunjukkan bahwa perangkap berwarna merah menghasilkan penangkapan serangga yang lebih tinggi (Vega et al, 2009).