BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tentang pemerintahan provinsi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis data diatas. ialah:

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Keterangan Pers POKOK-POKOK PENGATURAN UNDANG-UNDANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL Hubungan Pusat dan Daerah

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran pajak dikenakan tarif pajak dalam proporsi yang sama dari

DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI ROKAN HULU TAHUN 2011 NO NOMOR PERBUP TENTANG HAL 1 1 TAHUN 2011 PENGELUARAN KAS MENDAHULUI

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan diri dalam hal pelaksanaan, pengelolaan dan pengoptimalan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 11 TAHUN 2008 SERI : E NOMOR : 6

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang memiliki wilayah yang besar

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

ANALISIS PAJAK REKLAME DI KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BAB IV. Pembahasan. IV.1. Analisa Tingkat Efektifitas Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap. Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

SEKILAS PAJAK DAERAH DI INDONESIA

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 telah mengatur tentang pemerintahan provinsi, kabupaten/kota untuk mengatur sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pasal 9 bahwa urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahah absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut sepenuhya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang di bagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota, sedangkan urusan pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang menjadi urusan Presiden sebagai Kepala Pemerintahan. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan kepada daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terdiri atas urusan 1

pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan yang berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan pemukiman, ketenteraman, tertiban umum, perlindungan masyarakat, dan sosial. Urusan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi tenaga kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan, pertanahan, lingkungan hidup, administrasi kependudukan dan pencatatan sipil, pemberdayaan masyarakat desa, pengendalian penduduk dan keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informatika, koperasi, usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kepemudaan dan olah raga, statistik, persandian, kebudayaan, perpustakaan dan kerasipan. Urusan pemerintahan pilihan meliputi kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah menyebutkan bahwa: (1) perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah dan pemerintah daerah; (2) pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal; (3) perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka 2

pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Berlakunya undang-undang tersebut maka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya, disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakaan otonomi daerah dalam sistem penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi daerah diberikan kepada daerah kabupaten/kota mendorong pemerintahan daerah untuk berupaya menggali dan memaksimalkan potensi pajak serta retribusi yang ada di daerah untuk peningkatan pendapatan asli daerah dalam rangka membiayai pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah memberi kewenangan besar kepada provinsi untuk mengelola dan memungut 5 (lima) jenis pajak yaitu pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, pajak rokok. Kabupaten/kota mengelola dan memungut 11 (sebelas) jenis pajak yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak reklame, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan pedesaan perkotaan, serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Jenis retribusi daerah provinsi ataupun kabupaten/kota diberi kewenangan untuk mengolah dan memungut retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. 3

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD), pasal 47 ayat (1) menyebutkan bahwa objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Ayat (2), objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya; b. reklame kain; c. reklame melekat, stiker; d. reklame selebaran; e. reklame berjalan, termasuk pada kendaraan; f. reklame udara; f. reklame apung; g. reklame suara; h. reklame film/slide; dan i. reklame peragaan. Selanjutnya dalam pasal 50 menyebutkan bahwa dasar pengenaan pajak reklame adalah nilai sewa reklame, tarif pajak reklame ditetapkan paling tinggi 25 persen, yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai salah satu daerah otonom yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta harus mampu untuk memiliki kemandirian dalam menggali potensi pendapatan daerah secara maksimal untuk mendukung pembiayaan program pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial adalah mengenakan pajak reklame pada papan reklame (billboard) yang menjamur di sepanjang jalan raya Kabupaten Sleman. Depok merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Depok terdiri dari 3 desa dan 58 dusun dengan ibu kota kecamatan berada pada 7.75715 lintang selatan (BT) dan 110.39625 bujur timur (BT). Wilayah Kecamatan Depok merupakan daerah dengan pertumbuhan paling pesat di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan berada di kawasan utara aglomerasi Kota Yogyakarta, Depok 4

terasa istimewa dengan keberadaan yang sangat stategis untuk pengembangan pembangunan kawasan pemukiman baru, pusat pertumbuhan pendidikan khusus perguruan tinggi, dan pusat pengembangan wisata. Sebagai sebuah daerah otonom Kabupaten Sleman dituntut untuk memiliki kemandirian dan kreativitas dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman harus dapat melakukan upaya-upaya yang maksimal untuk memperoleh dan menggali sumber-sumber penerimaan daerah. Salah satu sumber penerimaan daerah adalah pajak reklame khususnya objek papan reklame (billboard), dengan pengenaan pajak pada papan reklame ditujukan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah yang akan digunakan dalam membiayai program pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan hidup seluruh masyarakat Kabupaten Sleman. Tabel 1.1 menunjukkan persentase penerimaan pajak reklame dari total penerimaan pajak daerah di Kabupaten Sleman untuk lima tahun terakhir (2010-2014). Tabel 1.1 Pajak Reklame Kabupaten Sleman Tahun 2010-2014 Tahun Reklame (Rp) Total Pajak (Rp) Persentase (%) 2010 9.057.573.587,09 80.611.542.955,52 11,24 2011 9.322.567.271,01 142.698.407.280,12 6,53 2012 11.340.140.023,22 177.835.870.150,47 6,38 2013 12.152.054.610,48 281.385.141.223,77 4,32 2014 11.367.611.231,00 326.003.995.236,66 3,49 Sumber: Dispenda Kab. Sleman (data diolah) Jika diperhatikan dari Tabel 1.1 terlihat bahwa persentase penerimaan pajak reklame dibandingkan dengan total penerimaan pajak senantiasa mengalami penurunan tetapi jumlah nilai rupiah (Rp) senantiasa mengalami peningkatan. Tahun 2010 persentase pajak reklame dari total penerimaan pajak sebesar 11,24 5

persen selanjutnya turun menjadi 6,53 persen Tahun 2011, Tahun 2012 turun menjadi 6,38 persen, Tahun 2013 menjadi 4,32 persen dan 3,49 persen pada Tahun 2014. Hal ini disebabkan sejak Tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Sleman telah memungut pajak BPHTB pengalihan dari pajak pusat ke kab/kota, dan pajak air tanah pengalihan dari pajak provinsi ke kabupaten/kota, Tahun 2013 memungut pajak Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan (PBB-P2) pengalihan dari pajak pusat ke kab/kota. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menuntut setiap daerah kabupaten/kota yang akan memungut pajak daerah dan retribusi daerah wajib membuat peraturan daerah yang mengatur tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pemerintah Kabupaten Sleman telah menindaklanjuti dengan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Bupati Nomor 14 Tahun 2011 tentang Tata Cara Peritungan Pajak Reklame yang memuat tentang harga bahan papan reklame (billboard) Rp5.000/m 2 dan Rp5.500/m 2. Sementara itu, harga bahan papan reklame selalu mengalami perubahan sehingga perlu diteliti berapakah estimasi nilai wajar untuk membuat papan reklame di Jalan Kaliurang Kecamatan Depok Sleman dalam hubungannya dengan penentuan nilai sewa reklame untuk kepentingan optimalisasi pajak reklame. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan dan melaksanakan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini. 6

Tabel 1.2 Penelitian Penelitian Terdahulu No Tahun Peneliti Tujuan 1 2004 O Neal dan Marsh Melakukan penelitian dengan alat analisis pendekatan pendapatan, pendekatan perbandingan penjualan dan pendekatan biaya dengan hasil sebagai berikut: untuk pendekatan pendapatan: sulit untuk mendidentifikasi income yang khusus berasal dari tangible asset properti, untuk pendekatan perbandingan penjualan: Penjualan dari struktur billboard sangat mungkin meliputi intangible asset sehingga harus dikeluarkan dari harga jual, untuk pendekatan biaya merupakan pendekaatan terbaik karena mengabaikan income yang dihasilkan oleh billboard maupun kelompok billboard. 2006 Clark Melakukan penelitian tentang pendekatan yang digunakan dalam penilaian billboard terutama dalam konteks billboard sebagai personal properti untuk beberapa tujuan dan sebagai real property untuk tujuan lainnya. Nilai yang sebenarnya dari billboard tidak hanya dari biaya saja tetapi juga pada lokasi, ijin dan kontrak iklan. 3 2007 Syarifuddin Melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan perbandingan penjualan dalam membuat model penilaian billboard di Kota Yogyakarta dengan alat analisis berupa analisis regresi linear berganda. 4 2010 Smith dan Allen Melakukan penilaian billboard untuk tujuan pajak dengan menggunakan alat analisis pendekatan perbandingan penjualan, pendekatan biaya dan pendekatan pendapatan. 5 2010 Budiwismanta Mengidentifikasi titik-titik lokasi untuk pemasangan reklame dan pada perhitungan serta penentuan potensi lahan papan reklame dan juga dalam usaha untuk mengetahui dan menganalisis lahan-lahan reklame yang belum digunakan secara optimal. 6 2013 Doly Menganalisis penilaian sewa bilboard di Kabupaten Sleman dengan menggunakan metode Ordinary Least Square untuk mengukur pengaruh masing-masing determinan ukuran bidang billboard, tipe bilboard, jangka waktu kontrak dan lokasi billboard terhadap nilai sewa bilboard. Sumber: Data Diolah Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan beberapa penelitian sebelumnya. Kesamaan terletak pada topik diambil tentang estimasi nilai wajar dan penggunaan metode biaya pengganti terdepresiasi (DRC) yaitu dengan melakukan estimasi biaya pengganti baru (Replecment Cost New/RCN) 7

dikurangi dengan biaya penyusutan (depreciation) untuk mengestimasi nilai, dan perbedaan terletak pada objek yang diteliti dan waktu penelitian. 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini didasarkan pada upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Melalui penerapan Peraturan Daerah Sleman Nomor 4 tahun 2011 tentang Pajak Reklame dan Peraturan Bupati Sleman Nomor 14 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pergitungan Pajak Reklame yaitu adanya kehilangan potensi pendapatan daerah pada objek pajak papan reklame (billboard) akibat penetapan harga bahan yang belum sesuai dengaan nilai wajar. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan, maka rumusan pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut. Berapakah estimasi nilai wajar papan reklame (billboard) yang dapat dijadikan sebagai salah satu dasar nilai sewa reklame bagi keperluan pajak reklame yang terletak di Jalan Kaliurang Km 4,4 s/d Km 5,8 Kecamatan Depok Kabupaten Sleman? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menentukan nilai wajar papan reklame (billboard) di Jalan Kaliurang Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yang dapat dijadikan sebagai dasar nilai sewa reklame untuk keperluan pajak reklame. 8

Metode biaya pengganti terdepresiasi digunakan untuk menentukan nilai wajar papan reklame. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti bagi: 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam menentukan nilai wajar papan reklame (billboard) untuk digunakan sebagai dasar pengenaan pajak reklame dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD); 2. dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya terutama pada penilaian papan reklame billboard untuk tujuan penilaian pajak reklame. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri atas lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan yang mencangkup uraian tentang latar belakang, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II adalah tinjauan pustaka yang berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka penelitian. Bab III adalah metoda penelitian yang berisi tentang desain penelitian, metoda pengumpulan data, instrumen penelitian, metode pengambilan sampel, dan metoda analisis data. Bab IV adalah analisis yang berisi tentang gambaran umum dan pembahasan. Bab V adalah simpulan dan saran yang berisi tentang simpulan, implikasi, keterbatasan dan saran. 9