Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun oleh : WIDYA REZA KUSUMASTUTI J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

: asupan energi, protein, tingkat depresi dan status gizi, pasien, Prop Kalbar

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi. Disusun Oleh : KIKI MEIYANA J

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan sifatnya irreversibel, ditandai dengan kadar ureum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI, PROTEIN, LEMAK DAN KARBOHIDRAT DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II RAWAT JALAN DI RSUD

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Gizi. Disusun Oleh : MAGDALENA NETTY SATYARINI RAHAYU J

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. atrofi otot karena kurang bergerak. Atrofi (penyusutan) otot menyebabkan otot

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental. Tingkat. lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

PERBEDAAN ASUPAN MAKAN DAN STATUS GIZI ANTARA PASIEN HEMODIALISIS ADEKUAT DAN INADEKUAT PENYAKIT GINJAL KRONIK

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

NASKAH PUBLIKASI. HUBUNGAN ASUPAN SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD Dr.

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. secara menahun dan umumnya bersifat irreversibel, ditandai dengan kadar

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

Sartono, SKM, M.Kes, Terati, SKM, M.Si, Yunita Nazarena, S.Gz Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Palembang Kemenkes RI. Abstrak

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma Gizi. Disusun oleh :

ABSTRACT. Objective: To find out association between timelines in food distribution and food intake of patients on rice diet at Atambua Hospital.

BAB I. PENDAHULUAN. yang semakin tinggi diantara rumah sakit. Rumah sakit dituntut untuk tetap

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

ABSTRAK HUBUNGAN STATUS NUTRISI DENGAN DERAJAT PROTEINURIA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI RSUP SANGLAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. obesitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini diperkirakan

ASUPAN ZAT-ZAT GIZI DAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DM-TIPE2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR


Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN ASUPAN ENERGI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) SEJATI PRATAMA MEDAN TAHUN Oleh : PUTRI FORTUNA MARBUN

Transkripsi:

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO (ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT) TERHADAP STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT JALAN DENGAN HEMODIALISIS DI RSUD DR. MOEWARDI Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi Disusun oleh : WIDYA REZA KUSUMASTUTI J 310 110 080 PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO (ENERGI, PROTEIN, LEMAK, KARBOHIDRAT) TERHADAP STATUS GIZI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK RAWAT JALAN DENGAN HEMODIALISIS DI RSUD DR. MOEWARDI Widya Reza Kusumastuti (J 310 110 080) Pembimbing : Ririn Yuliati, SSiT, M.Si dr. Listiana Dharmawati S., M.Si Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Email : wreza55@gmail.com ABSTRACT CORRELATIONS BETWEEN MACRO NUTRIENT (ENERGY, PROTEIN, FAT, CARBOHYDRATE) INTAKES AND NUTRITIONAL STATUS OF CHRONIC RENAL FAILURE WITH HEMODIALYSIS OUTPATIENTS AT DR. MOEWARDI STATE HOSPITAL Introduction : The most used replacement therapy for chronic renal failure patients in Indonesia is hemodialysis. Hemodialysis in patients with chronic renal failure has impacts, including a decrease in food intake that can cause malnutrition in patients. Objective : The purpose of this research was to asses the correlations between macro nutrient (energy, protein, fat, carbohydrate) intakes and nutritional status of chronic renal failure with hemodialysis outpatients at dr. Moewardi State Hospital. Research Method : This research used analytic observational with cross-sectional design. The respondents were selected through by consecutive sampling method. There were 46 chronic renal failure patients participated in this study. Nutritional status data were obtained through Body Mass Index measurements, macro nutrient intake data were obtained using 24 hour food recall form. Result : Most patients had poor energy, protein, fat, and carbohydrate intakes which were 41 patients (89,1%), 40 patients (87%), 40 patients (87%), and 43 patients (93,5%), respectively. There was not any correlation between nutritional status and intakes of energy (p=0,163), protein (p=1,000), fat (p=0,390), and carbohydrate (p=0,585). Conclusion : There was not any correlation between macro nutrient intakes and nutritional status of chronic renal failure with hemodialysis outpatients ar dr. Moewardi State Hospital. Further research needs to be done with due regard to all factors that may affect the incidence of malnutrition in chronic renal failure with hemodialysis patients. Keywords : chronic renal failure, macro nutrient intake, nutritional status PENDAHULUAN Penyakit Gagal Ginjal Kronik kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Penyakit ginjal telah menyebabkan kematian sebesar satu juta jiwa setiap tahunnya (World Health Organization (WHO) 2010). Penyakit gagal ginjal kronik dari tahun 2011 meningkat menjadi 0,2 % pada tahun 2012 (Riskesdas, 2013). Di Indonesia pasien yang menjalani hemodialisis dari tahun 2011 meningkat menjadi 27,79% pada tahun 2012 (IRR, 1

2013). Terapi pengganti untuk penderita gagal ginjal kronik yang paling banyak dilakukan di Indonesia adalah hemodialisis. Prosedur hemodialisis dapat menyebabkan kehilangan zat gizi. Kondisi yang sering menyertai pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis ialah malnutrisi. Penurunan asupan makan akibat hilangnya asupan makan dapat menyebabkan malnutrisi pada pasien. Terjadinya malnutrisi menimbulkan percepatan progresifitas penyakit maupun penurunan daya tahan penderita. Faktor yang mempengaruhi terjadinya malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yaitu intake nutrisi yang kurang atau tidak seimbang, adanya gangguan metabolisme yang menyertai, serta adanya kondisi penyakit lain yang menyertai (Roesli, 2005). Masukan yang adekuat sangat diperlukan untuk mencapai status gizi optimal pada pasien gagal ginjal kronik (Almatsier,2008). Berdasar penelitian Lukman Pura dkk (2007) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dari 72 subyek terdapat 80,6% subyek dengan status gizi buruk dan 19,4% dengan gizi baik. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fahmia N I,dkk (2012) bertujuan melihat hubungan asupan energi dan protein dengan status gizi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rawat jalan di RSUD Tugurejo Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan energi dan protein dengan status gizi penderita gagal ginjal kronik hemodialisa. Pada penelitian ini menunjukkan rata-rata asupan energi dan protein subyek kurang masing-masing sebanyak 96% dan 92,7% subyek. Survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD dr. Moewardi dari 20 responden didapatkan 35% pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis mempunyai status gizi kurang dan 65% memiliki status gizi baik. Prevalensi gagal ginjal kronik dengan hemodialisis terus meningkat dari tahun 2012 menjadi 66,67% pada tahun 2013. Pada bulan September 2014 tercatat ada 100 penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di rumah sakit tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 Mei 2015 di RSUD dr. Moewardi. Sampel penelitian ini adalah pasien rawat jalan gagal ginjal kronik dengan hemodialisis sebanyak 46 pasien. Penentuan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling yang memenuhi criteria inklusi dan eksklusi. Data identitas responden ditanyakan langsung kepada responden dengan alat bantu kuesioner. Data antropometri diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,1 kg dan microtoice dengan ketelitian 0,1 cm. Data asupan zat gizi makro diperoleh dengan cara Recall 24 jam. Analisis univariat dilakukan dengan menyajikan data dalam tabel distribusi frekuensi dari variable yang diteliti meliputu status gizi dan asupan zat gizi makro untuk mendeskripsikan data yang diperoleh berupa distribusi dan persentase. Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan yang bermakna dan tidak bermakna antara asupan zat gizi makro dan status gizi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Fisher s Exact Test. Uji signifikan yang dilakukan dengan batas kepercayaan (α = 0,05). Apabial diperoleh nilai x 2 hitung x 2 tabel (p < α) berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan SKB Menkes RI No.554/Menkes/SKB/X/1981, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0430/V/1981, dan Menteri Dalam Negeri No. 3241 A tahun 1981 ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan, dan sebagai pusat rujukan untuk Jawa Tengah bagian selatan dan tenggara. RSUD dr. Moewardi merupakan Rumah Sakit Kelas A dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 704 buah. 2

Pelayanan rawat inap meliputi penyakit dalam, bedah, anak, obsteri, ginekologi, saraf, perinatologi, ICU, ICCU, PICU/NICU, kulit dan kelamin, paru, mata, THT, jiwa, kardiologi, bedah syaraf, gigi dan mulut, radioterapi. Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (PGRS,2013). Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini yaitu pasien rawat jalan gagl ginjal kronik dengan hemodialisis yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah 3 ditetapkan penulis. Sesuai dengan hasil penelitian, diperoleh data karakteristik responden meliputi distribusi berdasarkan jenis kelamin, umur, dan status gizi dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 24 52.2 Perempuan 22 47.8 Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebanyak 52,2% sampel berjenis kelamin laki-laki dan 47,8% sampel berjenis kelamin perempuan. Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Umur Jumlah Persentase (%) 20-40 Tahun 12 26,1 41-60 Tahun 29 63 61-80 Tahun 5 10,9 Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel yaitu 63% pasien berada pada kisaran umur 41-60 tahun. Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Status Gizi Status Gizi Jumlah Persentase (%) Baik 21 45,7 Tidak baik 25 54,3 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa status gizi pasien sebagian besar adalah tidak baik (54,3%). Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Asupan energi dikategorikan baik apabila asupan rata-rata 90% - 119% dari total kebutuhan dan tidak baik apabila asupan rata-rata 89% dan 120% dari total kebutuhan. Distribusi responden berdasarkan energi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Energi Asupan Energi Jumlah Persentase (%) Baik 5 10,9 Tidak Baik 41 89,1 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa separuh lebih responden yaitu 89,1% memiliki asupan energi tidak baik. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Protein Asupan protein dikategorikan baik apabila asupan rata-rata 90% - 119% dari total kebutuhan dan tidak baik apabila asupan rata-rata 89% dan 120% dari total kebutuhan. Distribusi responden

berdasarkan protein dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Protein Asupan Protein Jumlah Persentase (%) Baik 6 13 Tidak Baik 40 87 Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa sebanyak 87% pasien memiliki asupan protein tidak baik. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak Asupan lemak dikategorikan baik apabila asupan rata-rata 90% - 119% dari total kebutuhan dan tidak baik apabila asupan rata-rata 89% dan 120% dari total kebutuhan. Distribusi responden berdasarkan lemak dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Lemak Asupan Lemak Jumlah Persentase (%) Baik 6 13 Tidak Baik 40 87 Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa separuh lebih responden yaitu 87% memiliki asupan lemak tidak baik. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat Asupan karbohidrat dikategorikan baik apabila asupan rata-rata 90% - 119% dari total kebutuhan dan tidak baik apabila asupan rata-rata 89% dan 120% dari total kebutuhan. Distribusi responden berdasarkan karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Karbohidrat Asupan KH Jumlah Persentase (%) Baik 3 6,5 Tidak Baik 43 93,5 Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 93,5% pasien memiliki asupan karbohidrat tidak baik. Distribusi Hubungan Asupan Energi dengan Status Gizi Asupan energi merupakan ratarata jumlah (Kkal) energi yang dikonsumsi dalam sehari. Asupan energi diperoleh dari hasil recall 24 jam selama 3x24 jam tidak berturut-turut. Distribusi asupan energi berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8. Distribusi Asupan Energi Berdasarkan Status Gizi Status Gizi Asupan Jumlah Baik Tidak Baik Energi N (%) N (%) N (%) p Tidak Baik 17 41,5 24 58,5 41 100 Baik 4 80 1 20 5 100 0,163* Pasien gagal ginjal kronik yang asupan energinya tidak baik sebanyak 17 pasien (41,5%) dengan status gizi baik dan sebanyak 24 pasien (58,5%) mengalami status gizi tidak baik, sedangkan pasien dengan asupan energi baik sebanyak 4 pasien (80%) status gizi baik dan 1 pasien (20%) mengalami status gizi tidak baik. 4

Berdasarkan hasil uji Fisher s Exact karena tidak memenuhi syarat uji Chi Square untuk tabel 2x2 yaitu diperoleh nilai p = 0,163 maka hipotesis (Ha) ditolak. Nilai p<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan energi dengan status gizi pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. Moewardi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sharif (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan asupan energi dengan status gizi pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tidak adekuatnya asupan energi disebabkan oleh asupan yang tidak adekuat, gangguan metabolik, dan proses hemodialisis. Menurut penelitian Lukman Pura (2007), selain asupan makan status gizi juga dipengaruhi oleh faktor stress, inflamasi, obat-obat yang menyebabkan dispepsia, dan lama sakit. 5 Mengkonsumsi energi yang tidak adekuat dari kecukupan gizi yang dianjurkan akan membawa dampak pada sistem imunitas tubuh sehingga menyebabkan mudahnya serangan infeksi dan penyakit lainnya serta lambatnya regenerasi sel tubuh. energi diperlukan untuk kelangsungan proses di dalam tubuh seperti proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan dan proses fisiologis lainnya (Notoadmodjo, 1993). Distribusi Hubungan Asupan Protein dengan Status Gizi Asupan protein merupakan ratarata jumlah (gram) protein yang dikonsumsi dalam sehari. Asupan protein diperoleh dari hasil recall 24 jam selama 3x24 jam tidak berturut-turut. Distribusi asupan protein berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 9 Tabel 9. Distribusi Asupan Protein Berdasarkan Status Gizi Status Gizi Asupan Jumlah Baik Tidak Baik p Protein N (%) N (%) N (%) Tidak Baik 18 45 22 55 40 100 1,000* Baik 3 50 3 50 6 100 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi di RSUD dr. Moewardi. Berdasarkan hasil, yang memiliki asupan protein tidak baik sebanyak 22 pasien (55%) status gizi tidak baik dan 18 pasien (45%) status gizi baik, sedangkan yang memiliki asupan protein baik sebanyak 3 pasien (50%) dengan status gizi tidak baik dan 3 pasien (50%) memiliki status gizi baik. Tidak adanya hubungan antara dua variable ditunjukkan dari hasil perhitungan uji Fisher s Exact, diperoleh nilai p=1,000. Karena p>0,05 maka hipotesis (Ha) ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUD dr. Moewardi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sharif (2012) menyatakan bahwa tidak ada hubungan asupan protein dengan status gizi pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar. Penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis dianjurkan asupan protein tinggi untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama proses hemodialisis, yaitu 1-1,2 g/kg BB/hari dengan 50% protein hendaknya bernilai biologis tinggi karena asupan protein sangat diperlukan mengingat fungsinya dalam tubuh (Almatsier, 2004). Pengaruh asupan protein memegang peranan yang penting dalam penanggulangan gizi penderita gagal ginjal kronik, karena gejala sindrom uremik disebabkan menumpuknya katabolisme protein tubuh oleh karena itu semakin baik asupan protein semakin baik pula dalam mempertahankan status gizinya (Almatsier, 2005). Distribusi Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gizi Asupan lemak merupakan ratarata jumlah (gram) lemak yang dikonsumsi dalam sehari. Asupan lemak diperoleh dari hasil recall 24 jam selama 3x24 jam tidak berturut-turut. Distribusi asupan

lemak berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 10 Tabel 10. Distribusi Asupan Lemak Berdasarkan Status Gizi Status Gizi Asupan Jumlah Baik Tidak Baik p Lemak N (%) N (%) N (%) Tidak Baik 17 42,5 23 57,5 40 100 0,390* Baik 4 66,7 2 33,3 6 100 Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan pasien yang asupan lemaknya tidak baik sebanyak 23 pasien (57,5%) mengalami status gizi tidak baik dan 17 pasien (42,5%) dengan status gizi baik, sedangkan yang memiliki asupan lemak baik sebanyak 4 pasien (66,7%) dengan status gizi baik dan sebanyak 2 pasien (33,3%) mengalami status gizi tidak baik. Hasil ini berdasarkan uji Fisher s Exact diperoleh nilai p = 0,390 maka hipotesis (Ha) ditolak. Nilai p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan asupan lemak dengan status gizi pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. Moewardi. Asupan lemak diusahakan 30% dari asupan kalori. Disatu pihak asupan lemak yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori, sedangkan dipihak lain lemak ikut memperburuk fungsi ginjal dan menambah morbiditas akibat 6 arterosklerosis (Rahardjo, 2000). Arterosklerosis terjadi karena gangguan metabolisme lemak yang terjadi pada penderita gagal ginjal kronik dan hal ini dapat mempengaruhi progresivitas ginjal melalui proses glomerulo arterosklerosis. Menurut penelitian Lukman Pura (2007), selain asupan makan status gizi juga dipengaruhi oleh faktor stress, inflamasi, obat-obat yang menyebabkan dispepsia, dan lama sakit. Distribusi Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gizi Asupan karbohidrat merupakan rata-rata jumlah (gram) karbohidrat yang dikonsumsi dalam sehari. Asupan karbohidrat diperoleh dari hasil recall 24 jam selama 3x24 jam tidak berturut-turut. Distribusi asupan karbohidrat berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Distribusi Asupan Karbohidrat Berdasarkan Status Gizi Status Gizi Asupan Jumlah Baik Tidak Baik p Karbohidrat N (%) N (%) N (%) Tidak Baik 19 44,2 24 55,8 43 100 0,585* Baik 2 66,7 1 33,3 3 100 Berdasarkan hasil, pasien dengan asupan karbohidrat tidak baik sebanyak 24 (55,84%) mengalami status gizi tidak baik dan 19 pasien (44,16%) mengalami status gizi baik, sedangkan pasien yang memiliki asupan karbohidrat baik dengan status gizi baik sebanyak 2 pasien (66,7%) dan 1 pasien (33,3%) mengalami status gizi tidak baik. Berdasarkan uji Fisher s Exact diperoleh peningkatan nilai p = 0,585 maka hipotesis (Ha) ditolak. Nilai p>0,05 sehingga tidak ada hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi pasien gagal ginjal kronik di RSUD dr. Moewardi. Berdasarkan sebuah penelitian, apabila pasien hemodialisis yang mengkonsumsi karbohidrat dibawah nilai normal tidak akan bisa mempertahankan keseimbangan nitrogen netral (Bellizi, 2003). Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik mempunyai risiko tinggi untuk mengalami komplikasi kardiovaskular. Telah diketahui bahwa banyak faktor yang berperan terhadap kejadian tersebut seperti hipertensi, anemia, kalsifikasi vaskullar. Disamping itu resistensi pada gagal ginjal kronik termasuk salah satu faktor yang turut berperan dalam arterosklerosis kardiovaskular. Hilangnya fungsi ginjal pada pasien gagal ginjal berarti proses filtrasi dan reabsorbsi pankreas melalui insulin dalam mengontrol glukosa darah juga terganggu (Corwin E, 2001).

PENUTUP Kesimpulan Tidak ada hubungan asupan energi (p=0,163), protein (p=1,000), lemak (p=0,390), karbohidrat (p=0,585) terhadap status gizi pasien gagal ginjal kronik rawat jalan dengan hemodialisis di RSUD dr. Moewardi. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan semua faktor yang dapat mempengaruhi kejadian malnutrisi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dengan variabel yang lebih banyak semisal faktor stress dan lama menjalani hemodialisis agar penanganan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dapat dioptimalkan status gizinya dan dapat dicegah komplikasinya. DAFTAR PUSTAKA Almatsier Sunita, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Almatsier,Sunita.2008.Penuntun Diet.Jakarta : PT Gramedia Bellizi.2003.Daily Nutrient Intake A Represent A Modifiable Determinant Of Nutritional Status In Chronic Haemodialysis Patient Corwin, Elizabeth.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta :EGC Fahmia, Mulyati, Handarsari.2012.Hubungan Asupan Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang.RSUD Dr. Kariadi Semarang Indonesian Renal Registry (IRR).2013.5 th Report of Indonesian Renal Registry Notoadmodjo.1993.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT Rineka Cipta Pura, Lukman.2009.Hubungan Laju Filtrasi Glomerulus dengan Status Nutrisi pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RS Hasan Sadikin Bandung Rahardjo.2000.Penyakit Gagal Ginjal Kronik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi III.Jakarta : BPFKUI Riskesdas.2013. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI Roesli.2005.Gangguan Metabolisme dan Dasar Pengelolaan Nutrisi pada Penyakit Gagal Ginjal Kronik.Bandung : Asosiasi Dietesien Indonesia Sharif, Sri Selvia, Nurpudji, Agussalim.2012.Asupan Protein, Status Gizi pada Pasien Gagal Ginjal Tahap Akhir yang Menjalani Hemodialisis Reguler di RS Wahidin Sudirohusodo World Health Organization / WHO.2010.Diet, Nutrition and The Prevention of Chronic Diseases.Geneva : Report of Joint WHO/FAO Expert Consultation. 7