BAB II TINJAUAN TEORI. manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati. oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

VARIABEL VARIABEL YANG MEMPENGARUHI SEKS BEBAS ( FREE SEX

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual Pranikah. jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam macam mulai dari perasaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses pertumbuhan atau. sosial dan emosional dibanding dengan anak-anak lain seusianya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seksual, hubungan seksual dan perilaku seksual pra nikah (Martopo, 2000):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuh menjadi dewasa. Istiliah adosecence seperti yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

- SELAMAT MENGERJAKAN -

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

Dalam sebuah siklus kehidupan, masa puber merupakan salah satu masa. yang tidak mudah untuk dilalui oleh individu. Masa puber dianggap sebagai masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kairo 1994 mendefinisikan kesehatan reproduksi sebagai keadaan sehat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah evaluasi yang menyangkut bidang-bidang tertentu dari diri

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun. Menurut WHO (World

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses kehidupannya manusia melewati tahap-tahap perkembangan,

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

Transkripsi:

7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Seks Pranikah 1. Pengertian Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p. 133). Menurut Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2007, p. 133). 2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2003 hal. 13-14, faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu: a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap halhal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap perilaku kesehatan. b. Faktor Pemungkin (Enabling factor) Faktor ini mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. 7

8 c. Faktor Penguat (Reinforcing factor) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama. Termasuk peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan perilaku kesehatan. 3. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja: a. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Sarwono 2011, hal 188-205: 1) Pengetahuan Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja yang sudah mulai berkembang kematangan seksualnya secara lengkap kurang mendapat pengarahan dari orang tua mengenai kesehatan reproduksi khususnya tentang akibat-akibat perilaku seks pranikah maka mereka sulit mengendalikan rangsangan-rangsangan dan banyak kesempatan seksual pornografi melalui media massa yang membuat mereka melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahui resiko-resiko yang dapat terjadi seperti kehamilan yang tidak diinginkan. 2) Meningkatnya libido seksual Di dalam upaya mengisi peran sosial, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari meningkatnya energi seksual atau libido, energi seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. 3) Media informasi Adanya penyebaran media informasi dan rangsangan seksual

9 melalui media massa yaitu dengan adanya teknologi yang canggih seperti, internet, majalah, televisi, video. Remaja cenderung ingin tahu dan ingin mencoba-coba serta ingin meniru apa yang dilihat dan didengarnya, khususnya karena remaja pada umumnya belum mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya. 4) Norma agama Sementara itu perkawinan ditunda, norma-norma agama tetap berlaku dimana orang tidak boleh melaksanakan hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat modern bahkan larangan tersebut berkembang lebih lanjut pada tingkat yang lain seperti berciuman dan masturbasi untuk remaja yang tidak dapat menahan diri akan mempunyai kecenderungan melanggar larangan tersebut. 5) Orang tua Ketidaktahuan orang tua maupun sikap yang masih menabukan pembicaraan seks dengan anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak. Akibatnya pengetahuan remaja tentang seksualitas sangat kurang. Padahal peran orang tua sangatlah penting, terutama pemberian pengetahuan tentang seksualitas. 6) Pergaulan semakin bebas Gejala ini banyak terjadi di kota-kota besar, banyak kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, semakin tinggi tingkat pemantauan orang tua terhadap anak remajanya, semakin rendah kemungkinan perilaku menyimpang menimpa remaja.

10 b. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Bachtiar, 2004: 1) Pendidikan Pendidikan yang rendah cenderung melakukan seks pranikah dibanding dengan yang berpendidikan tinggi dan berprestasi. 2) Sosial ekonomi Dengan perekonomian keluarga yang rendah cenderung remaja melakukan seks pranikah agar pasangannya dapat memenuhi segala sesuatu yang ia butuhkan. 3) Pengaruh teman Pengaruh teman memang sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku seksual. c. Faktor yang menyebabkan perilaku seks pranikah pada remaja menurut Gunarsa, 1995: 1) Peluang/ kesempatan waktu Dengan adanya waktu luang yang tidak bermanfaat maka lebih mudah menimbulkan adanya pergaulan bebas, dalam arti remaja mementingkan hidup bersenang-senang, bermalas-malas, berkumpul-kumpul sampai larut malam yang akan membawa remaja pada pergaulan bebas. 2) Pengaruh norma budaya dari luar Remaja menelan begitu saja apa yang dilihatnya dari budaya barat.

11 4. Perilaku Seks pranikah Menurut Hurlock (1991) Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Menurut Soetjiningsih, 2004, hal. 135-136, perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Menurut Masland (2004) dan Mu tadin (2002), bentuk tingkah laku seks bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai intercourse. Tahap perilaku seks ini meliputi: a. Kissing Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian sensitif yang dapat menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan mulut dan bibir terbuka, serta menggunakan lidah itulah yang disebut french kiss. Kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/ soul kiss. b. Necking Berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan

12 yang lebih mendalam. c. Petting Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian. d. Intercrouse Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual. B. Dasar Psikologi Perilaku 1. Pengertian Berdasarkan teori ini perilaku pada dasarnya adalah totalitas penghayatan dan aktivitas, yang merupakan hasil akhir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala kejiwaan. Gejala kejiwaan yang saling mempengaruhi dan menghasilkan bentuk perilaku manusia tersebut, dan menghasilkan sifat-sifat umum atau gejala kejiwaan pada manusia (Notoatmodjo, 2010, p. 34). 2. Pembagian sifat-sifat umum psikologi Sifat-sifat umum pada dasarnya mencakup 3 gejala utama kejiwaan yaitu (Notoatmodjo, 2010, p. 34):

13 a. Pengenalan (Kognisi) Kognisi adalah gejala kejiwaan untuk mengenal objek atau stimulus diluar objek. Pengenalan objek pada manusia melalui (Notoatmodjo, 2010, pp. 34-40): 1) Pengamatan Pengamatan adalah pengenalan subjek (manusia) terhadap objek disekitarnya melalui indra: dengan cara melihat, mendengar, meraba, membau, dan mengecap. 2) Perhatian Ada dua batasan dalam perhatian, yaitu sebagai berikut: a) Perhatian adalah pemusatan energi psikis yang tertuju kepada suatu objek b) Perhatian adalah banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang sedang dilakukan. 3) Tanggapan Setelah melakukan pengamatan (melihat, mendengar, membau, dan sebagainya) maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam ingatan. Gambaran yang tinggal dalam ingatan inilah yang disebut tanggapan. 4) Fantasi Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang telah ada. 5) Ingatan Ingatan adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan

14 memproduksi kesan-kesan. b. Emosi (Gejala Perasaan) Emosi adalah keadaan atau peristiwa kejiwaan yang dirasakan atau dinilai dengan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, baik atau tidak baik, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dan sebagainya. Emosi timbul karena beberapa hal diantaranya (Notoatmodjo, 2010, pp. 44-48): 1) Faktor-Faktor emosi Perasaan atau emosi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor dan dikelompokan menjadi tiga, yaitu: a) Kondisi kesehatan Kesehatan seseorang baik fisik maupun kesehatan mental, maupun spiritual mempengaruhi emosi seseorang. Dalam hal ini yang dimaksud adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan/ suatu kejadian yang terjadi pada dirinya dimana dirinya dalam keadaan sehat atau sakit. b) Pembawaan Perasaan atau emosi seseorang juga ditentukan oleh pembawaan orang yang bersangkutan. Ada orang yang mudah terbawa oleh kondisi atau lingkungan sosialnya. c) Kondisi dan situasi lingkungan Situasi dan kondisi lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial berpengaruh terhadap perasaan atau emosi seseorang.

15 2) Reaksi Emosi Emosi atau perasaan adalah merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau kondisi dan situasi di luar dirinya. Reaksi-reaksi ini dapat dibedakan antara lain sebagai berikut: a) Terkejut Adalah reaksi yang tiba-tiba, dan biasanya terjadi kalau stimulasi dari luar tersebut secara tiba-tiba tanpa disadarinya. b) Sedih Terjadinya rasa negatif, yakni apabila adanya kekosongan jiwa akibat suatu peristiwa atau kejadian yang tidak mengenakan. Sedih terjadi karena adanya trauma psikologis. c) Gembira Terjadi karena rasa positif, yakni adanya peristiwa atau kejadian yang menyenangkan terkait dengan dirinya. d) Takut Terjadi atau timbul, karena merasa lelah, tidak berdaya dalam menghadapi kondisi, situasi, atau peristiwa diluar dirinya. Takut adalah perasaan ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi tantangan atau ancaman dari luar. e) Giris Adalah rasa takut yang sangat berat dan berlebihan. f) Gelisah Rasa takut tetapi dalam tingkat yang masih ringan.

16 g) Khawatir Adalah terjadinya perasaan kurang berdaya atau adanya rasa terancam terhadap kondisi atau situasi di luar dirinya. h) Marah Adalah suatu bentuk reaksi terhadap rintangan atau kemungkinan kegagalan yang akan dialami. Marah juga merupakan bentuk perlawanan terhadap eksistensi dirinya. i) Heran Adalah reaksi atau respon terhadap objek yang belum dipahami, atau respon terhadap kejadian diluar dirinya yang tidak seperti biasanya, atau lain daripada yang lain. 3) Pengaruh Emosi Emosi atau perasaan mempunyai pengaruh terhadap berbagai hal, dan selanjutnya berpengaruh sampai kesehatan seseorang. Pengaruh emosi atau perasaan ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu: a) Pengaruh terhadap perilaku Emosi seseorang akan mempengaruhi pikiran dan daya nalar orang yang bersangkutan. Hal ini dapat dikatakan bahwa seseorang dengan intensitas emosional yang tinggi maka rasional atau pikiran yang logis akan ditinggalkan. Ini sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mengambil keputusan, jadi dalam pengambilan keputusan sebaiknya dalam keadaan yang kondusif.

17 b) Pengaruh terhadap jasmani dan fungsi tubuh Emosi dapat mempengaruhi keluarnya kelenjar-kelenjar pencernaan, sistem darah dan hormon, selanjutnya akan mempengaruhi metabolisme dalam tubuh. Dengan terjadinya ketidaknormalan metabolisme akan terjadinya gangguan fungsi tubuh, antara lain: meningkatnya meningkatnya tekanan darah, gangguan pencernaan akibat kesalahan-kesalahan bertutur kata atau bertindak. c. Konasi (Gejala Kehendak) Konasi adalah suatu tenaga atau kekuatan yang mendorong seseorang untuk bertindak, bergerak, sebagai reaksi atau respon terhadap stimulus yang berupa lingkungan, baik fisik maupun non fisik. Konasi ini dibagi 2, yaitu (Notoatmodjo, 2010, pp. 48-51): 1) Jenis kehendak (hasrat) Berdasarkan terjadinya atau sumbernya kehendak dibedakan menjadi 2 yaitu: a) Kehendak berpusat pada kejasmanian (1) Refleks Semua gerakan tubuh kita terjadi karena adanya stimulus. Stimulus dari luar tersebut diolah oleh otak, kemudian otak memerintahkan bagian tubuhkita untuk melakukan gerakan atau tindakan. Sedangkan refleks yang terjadi gerakan tubuh, tetapi tidak berdasarkan perintah otak, yang berarti suatu gerakan tubuh yang tidak disadari.

18 (2) Insting Insting adalah kemampuan berbuat tertentu yang dibawa sejak lahir yang tertuju pada pemuasan dorongan (nafsu). (3) Nafsu Nafsu adalah dorongan pada manusia dan memberi kekuatan bertindak untuk memenuhi kebutuhan hidup tertentu. (4) Keinginan Keinginan adalah nafsu yang telah mempunyai arah dan tujuan tertentu dan yang kongkrit. b) Kehendak kejiwaan (1) Motivasi Motivasi atau motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatankegiatan tertentu guna mencapai tujuan. (2) Kemauan Kemauan adalah dorongan dari dalam diri manusia yang lebih tinggi tingkatnya daripada insting, refleks, dan keinginan. (3) Proses kemauan Kemauan terjadi melalui suatu proses yang tidak sederhana, karena kemauan didasarkan atau terjadi karena adanya dorongan yang kuat dari dalam diri manusia.

19 C. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah Masa peralihan dari masa kanak-kanak menjelang dewasa. Merupakan masa yang rawan dan kritis karena perkembangan emosi dan perilaku yang masih belum stabil (Soetjiningsih, 2004, p. 15). Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilhat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Menurut Bapak psikologi remaja yaitu Stanley Hall (Santrock, 2003), usia remaja berada pada rentan 12-23 tahun. Menurut (Narendra, 2002, p.139), masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 10-14 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-16 tahun, dan masa remaja akhir usia 17-20 tahun. Menurut (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004, p.53), Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir. 2. Tahap Perkembangan Remaja Menurut tahap perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

20 a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1) Lebih dekat dengan teman sebaya 2) Ingin bebas 3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1) Mencari identitas diri 2) Timbulnya keinginan untuk kencan 3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam 4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak 5) Berkhayal tentang aktifitas seks. c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1) Pengungkapan identitas diri 2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya 3) Mempunyai citra jasmani dirinya 4) Dapat mewujudkan rasa cinta 5) Mampu berpikir abstrak. 3. Pengelompokan Sosial Remaja Pengelompokan remaja menurut Hurlock, B. Elizabet (1980), hal. 215

21 a. Teman Dekat Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau sahabat karib. Mereka adalah sesama seks yang mempunyai minat dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain, meskipun kadang-kadang juga bertengkar. b. Kelompok Kecil Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks. c. Kelompok Besar Kelompok besar yang terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatkan minat akan pesta dan berkencan. Karena kelompok ini besar maka penyesuaian minat berkurang diantara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial yang lebih besar antara diantara mereka. d. Kelompok yang Terorganisasi Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar diantara mereka. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun.

22 e. Kelompok Geng Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin mengikuti kelompok geng. Anggota geng yang biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku antisosial. D. Seks 1. Pengertian Seks Seks adalah perbedaan kelamin antara laki laki dan perempuan. Istilah seks dan seksualitas yang belum ada sinonimnya di indonesia memiliki arti yang sangat luas, tapi masyarakat mengartikan seks dalam arti sempit yaitu koitus (bersatunya tubuh antara pria dan wanita) (Sarwono, 2005, p. 588). 2. Perkembangan Seks Remaja Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut (Narendra, 2002, pp.161-167) yaitu: a. Ciri-ciri seks primer 1) Remaja laki-laki Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi

23 pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun. 2) Remaja perempuan Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah. b. Ciri-ciri seks sekunder 1) Remaja laki-laki a) Bahu melebar, pinggul menyempit b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal d) Produksi keringat menjadi lebih banyak 2) Remaja perempuan a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat. b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang poripori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.

24 d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. 3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja a. Pengertian Perkembangan Perilaku Seksual Remaja Proses matangnya fungsi-fungsi seksual pada remaja. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongandorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004, p. 134). Wardhana dkk (1995) melaporkan 60, 5% dari pengunjung poliklinik IMS yang diambil darah untuk pemeriksaan seroligis HIV / AIDS, melakukan hubungan seks dengan pasangan yang bukan pasangan tetap. Tahun 1999 juga melaporkan bahwa 83,3 % pengunjung poliklinik IMS yang dicatat selama periode waktu 6 bulan, melakukan seks pranikah dengan pacar, PSK, gadis panti pijat, gadis karaoke, dan hanya pasangan yang hanya kenal di jalan (Soetjiningsih, 2004, p. 150). b. Siklus reaksi seksual Siklus reaksi seksual adalah tubuh yang mengalami reaksi seksual yang disebabkan oleh rangsangan. Reaksi seksual tidak hanya

25 terjadi pada organ kelamin saja, tetapi juga pada tubuh yang lain. Bahkan, secara psikis juga terjadi perubahan (Sarwono, 2005, pp. 68-69). Menurut Sarwono 2005 halaman 68-69, siklus reaksi seksual dibagi menjadi: 1) Fase Rangsangan Pada fase rangsangan korpus uterus akan mengalami fenomena fibrilasi, yaitu gerakan-gerakan tidak teratur dan cepat. Pada akhir fase rangsangan, uterus, termasuk serviks, akan tertarik ke atas. Akibatnya, terjadi pelebaran yang hebat pada 2/3 vagina bagian dalam. 2) Fase Datar Pada fase datar, uterus naik ke rongga perut bagian bawah. Gerakan fibrilasi makin intensif. Bendungan darah vena menimbulkan pembesaran uterus secara temporer. 3) Fase Orgasme Pada fase orgasme, uterus mengalami kontraksi yang dimulai dari bagian fundus, lalu menurun, dan berakhir di serviks. 4) Fase Resolusi Pada fase resolusi, uterus kembali ke posisi normal. Bendungan darah lenyap dan uterus kembali ke ukuran semula.

26 E. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada pengetahuan yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, p. 121). 2. Manfaat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Adapun proses pengetahuan yaitu (Notoatmodjo, 2003, p. 121-122): a. Awareness (kesadaran) Yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui suatu stimulus (obyek) tertentu. b. Interest Yaitu orang mulai tertarik kepada obyek.

27 c. Evaluation Yaitu menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial Yaitu orang telah mulai mencoba perilaku baru e. Adoption Yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnyaterhadap stimulus. 3. Tingkatan pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo, 2003, p. 122): a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang lebih paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

28 c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi dan konteks yang lain. Misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek di dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkanbagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun informasi baru dan formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

29 terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian di dasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya (Notoatmodjo, 2003, p. 125): a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan suatu kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi baik dari orang lain maupun media massa. b. Media informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. c. Sosial Budaya dan Ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

30 fasilitas yang diperoleh untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. f. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin banyak.

31 F. Kerangka Teori Predisposing Factor: a. Pengetahuan b. Meningkatnya libido c. Norma Agama d. Pendidikan e. Sosial Ekonomi Enabling Factor: a. Media Informasi b. Peluang/ Kesempatan waktu c. Pergaulan semakin bebas d. Perilaku Seks Pranikah Reinforcing Factor: a. Orang tua b. Pengaruh teman c. Pengaruh norma budaya dari luar Gambar 2.1 Kerangka Teori. Sumber: Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), Bachtiar (2004), Gunarsa (1995), Sarwono (2011).