Perbandingan Metode Ekstraksi Ciri Histogram dan PCA untuk Mendeteksi Stoma pada Citra Penampang Daun Freycinetia

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI CIRI HISTOGRAM DAN PCA DALAM MENDETEKSI STOMATA PADA CITRA PENAMPANG DAUN FREYCINETIA DONY SATRIA

Identifikasi Daun Shorea menggunakan KNN dengan Ekstraksi Fitur 2DPCA. Shorea Leaves Identification using KNN with 2DPCA Feature Extraction

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

Karakteristik Spesifikasi

Dosen Program Studi Ilmu Komputer Universitas Pakuan Bogor

BAB II LANDASAN TEORI

Identifikasi Jenis Kayu Menggunakan Support Vector Machine Berbasis Data Citra

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM

BAB 3 METODOLOGI. seseorang. Hal inilah yang mendorong adanya perkembangan teknologi

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI PENGENALAN POLA TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK

BAB IV PEMBAHASAN. A. Hasil Model Radial Basis Function Neural Network (RBFNN) Langkah-langkah untuk menentukan model terbaik Radial Basis Function

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDETEKSI UANG LOGAM DENGAN METODE EUCLIDEAN

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

SISTEM PENGENAL ARAH PANDANG MATA PADA PENGENDARA MOBIL

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

KLASIFIKASI POLA BATIK DENGAN DETEKSI TEPI (LAPLACIAN DAN ROBERT) BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS METODA FISHERFACE TUGAS AKHIR. Febrian Ardiyanto NIM :

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

BAB III METODE PENELITIAN

Pengenalan Bahasa Isyarat Tangan Menggunakan Metode PCA dan Haar-Like Feature

Identifikasi Tanaman Buah Tropika Berdasarkan Tekstur Permukaan Daun Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGENALAN HURUF TULISAN TANGAN BERBASIS CIRI SKELETON DAN STATISTIK MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN. Disusun oleh : Mario Herryn Tambunan ( )

KLASIFIKASI POLA UKIR KAYU JEPARA BERDASARKAN DETEKSI TEPI BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN

Identifikasi Jenis Buah Jeruk Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Tekstur Kulit

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

Analisis Kualitas Interpolasi Terhadap Fitur Statistik pada Citra

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

INDEXING AND RETRIEVAL ENGINE UNTUK DOKUMEN BERBAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN INVERTED INDEX

1. PENDAHULUAN Bidang perindustrian merupakan salah satu bidang yang juga banyak menggunakan kecanggihan teknologi, walaupun pada beberapa bagian, mas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Reza Fajar Rachmanda¹, Dr Ir Bambang Hidayat Dea², Rita Purnamasari³. ¹Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengurangi adanya false positive dan false negative. False positive dalam hal ini

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

DETEKSI PLAT KENDARAAN MENGGUNAKAN HOG DAN LVQ. Muhammad Imron Rosadi 1

DETEKSI KERUSAKAN JALUR PCB (PRINTED CIRCUIT BOARD) MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING

Blind Steganalysis pada Citra Digital dengan Metode Jaringan Saraf Tiruan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

PENGENALAN WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ADAPTIVE RESONANCE THEORY TWO (ART-2)

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE BACKPROPAGATION ABSTRAK

IDENTIFIKASI PENYAKIT LEUKIMIA AKUT PADA CITRA DARAH MIKROSKOPIS

BAB IV PEMBAHASAN. Bab IV berisi pembahasan yang meliputi proses penelitian yakni hasil

PENGARUH UJI TUKEY TERHADAP VERIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

SISTEM KLASIFIKASI JENIS BERAS MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengenalan Genus Diatom Menggunakan Principal Component Analysis dan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Sebagai Classifier

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED

KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENGEKSTRAKSI TAMPAKAN PERMUKIMAN DAERAH PERKOTAAN

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

Klasifikasi Citra Menggunakan Metode Minor Component Analysis pada Sistem Temu Kembali Citra

UKDW BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING

IDENTIFIKASI DAUN SHOREA DENGAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM DAN EKSTRAKSI WARNA HSV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE

UCAPAN TERIMAKASIH. Denpasar, Agustus Penulis

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT DAN ALGORITMA BACK PROPAGATION ABSTRAK

Pengenalan Plat Nomor Mobil Menggunakan Metode Learning Vector Quantization

KLASIFIKASI JENIS MOBIL BERDASARKAN TRANSFORMASI WAVELET MULTI SCALE DAN METODE K NEAREST NEIGHBOR

Kata kunci : citra, pendeteksian warna kulit, YCbCr, look up table

Pemrosesan Citra Digital untuk Klasifikasi Mutu Buah Pisang Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan

Korelasi Jarak Wajah Terhadap Nilai Akurasi Pada Sistem Pengenalan Wajah Menggunakan Stereo Vision Camera

Techno.COM, Vol. 16, No. 3, Agustus 2017 : Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro 2

Identifikasi Sel Darah Berbentuk Sabit Pada Citra Sel Darah Penderita Anemia

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

EKSTRAKSI CIRI GEOMETRIS UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI WAJAH. Oleh: Kholistianingsih

DETEKSI TELUR INFERTIL MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MULTILAYER PERCEPTRON SKRIPSI MUHAMMAD ZAEN NAWAWI

PENGENALAN OBJEK PADA CITRA BERDASARKAN SIMILARITAS KARAKTERISTIK KURVA SEDERHANA

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

PENENTUAN LOKASI PARKIR KOSONG MENGGUNAKAN ALGORITMA PROBABILISTIC NEURAL NETWORK (PNN) SKRIPSI JOKO KURNIANTO

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

IDENTIFIKASI FREYCINETIA BERBASIS CITRA ANATOMI EPIDERMIS DAUN MENGGUNAKAN K-NEAREST NEIGHBOR PUTRI PREVIA YANTI

STMIK MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian sistem biometrika adalah face recognition (pengenalan wajah). Sistem

Penerapan Algoritma Genetika pada Peringkasan Teks Dokumen Bahasa Indonesia

IMPLEMENTASI DAN PERBANDINGAN PENGENALAN POLA TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN DAN METODE ADAPTIVE RESONANCE THEORY (ART) SKRIPSI

ANALISA DETEKSI KELOMPOK USIA DAN GENDER BERDASARKAN KONTUR WAJAH DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

PEMANFAATAN TRANSFORMASI WAVELET SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI PADA KLASIFIKASI BERTINGKAT SINYAL EKG

PERBANDINGAN TINGKAT AKURASI JENIS CITRA KEABUAN, HSV, DAN L*a*b* PADA IDENTIFIKASI JENIS BUAH PIR

Transkripsi:

Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php.jika Volume 2 Nomor 1 halaman 20-28 ISSN: 2089-6026 Perbandingan Metode Ekstraksi Ciri Histogram dan PCA untuk Mendeteksi Stoma pada Citra Penampang Daun Freycinetia Comparison of Histogram and PCA as Feature Extraction Methods in Detecting Stoma in Freycinetia Leaf Images DONY SATRIA, MUSHTHOFA * Abstrak Ekstraksi fitur adalah proses pengambilan ciri sebuah objek yang dapat menggambarkan karakteristik dari objek tersebut. Pada penelitian ini, dua buah metode ekstraksi fitur digunakan, yaitu Principal Component Analysis (PCA) dan histogram untuk melakukan deteksi stoma pada gambar penampang daun Freycinetia. Penelitian ini menggunakan frame berjalan yang melakukan pengolahan bagian citra dan melakukan deteksi kemunculan stoma pada bagian citra tersebut. Untuk memodelkan kemunculan stoma, dibuat tiga kelas frame, yaitu frame dengan kemunculan stoma penuh, frame dengan kemunculan sebagian stoma, dan frame tanpa kemunculan stoma. Untuk proses klasifikasi, digunakan pemodelan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan (JST) Backprogragation. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ekstraksi fitur menggunakan PCA menghasilkan akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode histogram. Nilai F1-measure yang terbaik yang didapatkan menggunakan ekstraksi fitur PCA ialah 0.9091. Kata kunci: deteksi stoma, ekstraksi fitur, Freycinetia, histogram, PCA Abstract Feature extraction is the process of taking an object identifier which can describe the characteristics of the object. In this study, we use two feature extraction methods, namely Histogram and PCA (Principal Component Analysis) to be used in stoma detection from the Freycinetia sectional leaves images. We used a moving frame to detect the occurrence of stoma in an image. To create a classification model, we distinguish between three frame classes: frames showing full stoma, frames showing parts of stoma, and frames which contain no part of stoma at all. For the classification method, we use the Backpropagation Artificial Neural Network for the classifier. The results of the detection process using Histogram as the feature extraction method will be compared with the results of the detection process using PCA. The best results between the two methods of feature extraction will be used as the first step in the process of species type identification for the genus Freycinetia. The research results show that the PCA feature extraction method is better than the Histogram feature extraction method in detecting the occurrence of stoma on the Freycinetia sectional leaves images. The best f1-measure value that can be achieved by the PCA feature extraction methods is 0.9091. Keywords: feature extraction, Freycinetia, histogram, leaf image, PCA, stoma detection PENDAHULUAN Freycinetia adalah genus terbesar kedua dari famili Pandanaceae yang memiliki jenis spesies yang sangat beragam. Saat ini, diperkirakan terdapat 200-300 jenis spesies Freycinetia di seluruh dunia. Spesies-spesies yang termasuk ke dalam genus tersebut memiliki ciri morfologi yang hampir serupa. Karena kesamaan ciri morfologi tersebut, spesies yang satu dengan spesies yang lainnya sangat sulit dibedakan sehingga, ketika ditemukan tumbuhan yang termasuk ke dalam genus Freycinetia, jenis spesies dari tumbuhan tersebut sulit untuk dikenali. Pengenalan dan klasifikasi terhadap jenis spesies Freycinetia perlu dilakukan untuk mengetahui nilai potensial dan kegunaan, serta penyebaran koleksi plasma nutfah Freycinetia pada keanekaragaman sumber

Volume 2, 2013 21 Parameter paling tepat yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan jenis spesies Freycinetia ialah ciri anatomi stoma (Willmer 1983). Karakter anatomi stoma yang dapat diamati ialah bentuk, kerapatan, panjang, lebar, luas, jumlah sel penjaga, ukuran sel epidermis, dan indeks stoma (perbandingan antara jumlah stoma dan jumlah sel epidermis pada luas area tertentu). Penelitian mengenai pengenalan jenis/varian dari spesies tumbuhan menggunakan ciri morfologi stoma berbasis citra telah dilakukan sebelumnya. Sanyal et al. (2008) menggunakan citra scanning electron microscopy (SEM) dalam menganalisis fitur morfologis dari stoma daun beberapa spesies tomat untuk mengenali varietasnya. Penelitian menggunakan ciri anatomi stoma pada jenis spesies Freycinetia telah dilakukan oleh Pasaribu (2010). Pada penelitian tersebut, rata-rata ukuran stoma, frekuensi stoma, dan indeks stoma masing-masing spesies dihitung secara manual. Perhitungan tersebut memberikan hasil yang berbeda di antara 14 spesies yang digunakan. (2012) melakukan proses klasifikasi terhadap empat spesies Freycinetia menggunakan citra digital anatomi stoma. Proses klasifikasi tersebut menggunakan analisis ekstraksi ciri terhadap komponen nilai RGB dan nilai grayscale, serta ekstraksi ciri terhadap nilai dekomposisi Wavelet. Akurasi klasifikasi terbaiknya ialah sekitar 90%. Penelitian tersebut merupakan suatu cara untuk melakukan pengenalan spesies Freycinetia secara otomatis, namun data yang digunakan pada penelitian tersebut adalah citra anatomi stoma secara keseluruhan (citra penampang paradermal daun) yang di dalamnya terdapat sel-sel epidermis dan stoma sehingga terdapat kemungkinan bahwa apabila data yang digunakan adalah stoma yang dipisahkan dari sel-sel epidermis, akurasi klasifikasi yang dihasilkan dapat ditingkatkan. Pemisahan antara stoma dan sel-sel epidermis yang mengelilinginya diharapkan mampu mendeteksi letak atau posisi kemunculan stoma pada citra penampang daun Freycinetia sehingga, pada penelitian selanjutnya, dari stoma yang terdeteksi tersebut berbagai analisis seperti penghitungan rata-rata ukuran stoma, frekuensi stoma, kerapatan stoma, jarak antarstoma, dan indeks stoma dapat dihitung untuk menemukankan penciri atau karakteristik dari setiap spesies Freycinetia. Tujuan utama penelitian ini ialah membandingkan metode ekstraksi ciri PCA dan histogram dalam melakukan pendeteksian stoma pada sebuah gambar penampang daun Freycinetia. Metode ekstraksi fitur yang terbaik dapat digunakan pada penelitian selanjutnya untuk pengenalan daun Freycinetia. METODE Garis besar metode penelitian ini terdiri atas beberapa langkah alur kerja yang dijelaskan pada Gambar 1. Pengumpulan Data Data citra penampang daun Freycinetia yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Pasaribu (2010). Data tersebut terdiri atas tiga jenis spesies, yaitu: Freycinetia angustifolia, F. imbricata, dan F. javanica. Setiap spesies terdiri atas 24 citra penampang daun. Setiap citra penampang daun memiliki dimensi 480 x 640 piksel dengan model warna RGB dan memiliki format penyimpanan JPEG.

22 Satria D dan Mushthofa JIKA Gambar 1 Alur kerja penelitian Praproses Data Tahapan ini terdiri atas dua bagian, yaitu: 1 Konversi RGB menjadi Grayscale Setelah seluruh data citra penampang daun terkumpul, citra-citra tersebut kemudian diubah ke dalam model grayscale. Konversi model citra dari RGB menjadi grayscale dilakukan dengan pengubahan komposisi dengan menggunakan Persamaan 1, (1) z dan Woods 2008). 2 Windowing Setelah diubah ke dalam model grayscale, langkah selanjutnya adalah proses windowing, yaitu pemotongan citra penampang daun dengan ukuran window tertentu secara overlapping. Window yang digunakan pada penelitian ini memiliki dimensi 90x70 piksel, dengan jarak overlapping yang digunakan adalah 30 piksel. Ukuran window ini telah disesuaikan dengan

Volume 2, 2013 23 dimensi dari seluruh stoma yang muncul di setiap citra penampang daun. Proses windowing tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 Proses windowing Dari seluruh frame yang dihasilkan pada proses windowing, terbentuk tiga jenis frame dengan karakter yang berbeda. Jenis pertama adalah frame yang di dalamnya terlihat stoma secara utuh (frame stoma). Jenis kedua adalah frame yang di dalamnya terlihat stoma, namun hanya sebagian (frame sebagian stoma), dan jenis ketiga adalah frame yang di dalamnya tidak terlihat stoma sama sekali (frame bukan stoma). Contoh dari ketiga jenis frame tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Pembentukan Data Latih dan Data Uji 1 Pemilihan Citra Penampang Daun Latih dan Citra Penampang Daun Uji Frame yang digunakan sebagai data latih dan data uji berasal dari citra penampang daun yang berbeda. Hal ini karena pada proses pengujian, input yang digunakan adalah sebuah citra penampang daun secara utuh sehingga seluruh frame yang dihasilkan dari suatu citra penampang daun uji akan digunakan sebagai data uji dan tidak bisa digunakan sebagai data latih. Hal tersebut dilakukan agar dari proses pengujian dapat dilihat hasil deteksi kemunculan stoma terhadap sebuah citra penampang daun uji. 2 Pemilihan Frame dari Citra Penampang Daun Latih dan Citra Penampang Daun Uji Untuk citra penampang daun latih, tidak semua frame yang terbentuk akan digunakan sebagai data latih. Hal ini karena jumlah frame yang dihasilkan terlalu banyak sehingga hanya akan dipilih beberapa frame saja. Frame yang dipilih tersebut harus bervariasi sehingga dapat mewakili frame-frame lainnya yang tidak terpilih. Dari tiap-tiap spesies, frame stoma yang terbentuk akan digunakan seluruhnya. Adapun frame sebagian stoma yang terbentuk hanya akan digunakan 100 frame dan frame bukan stoma yang terbentuk hanya akan digunakan 150 Gambar 3 A = frame stoma, B = frame sebagian stoma, dan C = frame bukan stoma

24 Satria D dan Mushthofa JIKA frame. Untuk citra penampang daun uji, seluruh frame yang terbentuk akan digunakan sebagai data uji. Hal ini karena pada proses pengujian, data uji yang digunakan adalah berupa citra penampang daun secara utuh dan hasil dari proses pengujian tersebut akan dikembalikan ke citra asal sehingga dapat dilihat daerah-daerah pada citra tersebut yang terdeteksi sebagai frame stoma, frame sebagian stoma, dan frame bukan stoma. 3 Transformasi Frame dari 2D menjadi 1D Sebelum memasuki tahap ekstraksi ciri, setiap frame yang digunakan sebagai data latih dan data uji harus ditransformasi ke dalam bentuk vektor (frame dengan bentuk 1 dimensi). Karena setiap frame memiliki dimensi piksel, setelah melalui proses transformasi, dimensi dari frame tersebut berubah menjadi atau piksel. Ekstraksi Ciri 1 Histogram Histogram menunjukkan distribusi piksel berdasarkan intensitas graylevel (derajat keabuan) yang dimiliki oleh tiap-tiap piksel. Penggunaan histogram sebagai metode ekstraksi ciri didasarkan pada perbedaan sebaran atau distribusi piksel yang terjadi di antara frame stoma, frame sebagian stoma, dan frame bukan stoma. Pada metode ekstraksi ciri histogram, bin merupakan banyaknya batang warna yang akan terbentuk, atau menunjukkan jumlah pembagian rentang warna pada histogram. Jumlah titik ekstraksi ciri yang dihasilkan oleh suatu histogram adalah sama dengan jumlah bin yang digunakan pada histogram tersebut. Pada penelitian ini, nilai bin yang dicoba adalah 10, 20, 30, 40, dan 50 bin. 2 PCA (Principal Component Analysis) Tujuan dari metode ekstraksi ciri PCA adalah memproyeksikan data latih dari suatu ruang dimensi tertentu ke ruang dimensi yang lebih rendah, tanpa kehilangan banyak informasi yang terkandung (Jolliffe 2002). Metode ekstraksi ciri PCA akan memberikan dua keluaran utama, yaitu matriks penciri dari data latih dan matriks transformasi. Matriks transformasi nantinya akan digunakan untuk mentransformasi data uji agar berada pada ruang dimensi yang sama dengan ruang dimensi dari data latih. Dengan metode ekstraksi ciri PCA, nilai persentase data yang ingin dibuang, atau data yang dianggap kurang penting, dapat ditentukan. Pada penelitian ini, nilai persentase pembuangan komponen utama yang digunakan adalah 0.04%, 0.05%, 0.06%, 0.07%, 0.08%, 0.09%, dan 0.10%. Semakin besar persentase komponen utama yang dibuang, perhitungan selanjutnya semakin efisien. Namun, hal ini dapat berakibat pada berkurangnya akurasi. Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan (JST) Algoritme yang digunakan dalam tahap pelatihan JST adalah backpropagation. Fungsi transfer yang digunakan pada lapisan tersembunyi adalah logaritmik sigmoid, fungsi transfer yang digunakan pada lapisan output adalah logaritmik sigmoid, dan fungsi training jaringan adalah fungsi Levenberg-Marquardt. Untuk jumlah neuron pada lapisan tersembunyi, akan Gambar 4 Arsitektur jaringan saraf tiruan yang digunakan

Volume 2, 2013 25 dicoba sepuluh nilai yang berbeda, yaitu 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 neuron. Arsitektur dari JST yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Pengujian Tahap pengujian ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan jumlah citra penampang daun uji. Input dari setiap proses pengujian adalah sebuah citra penampang daun uji yang telah melewati tahap praproses dan ekstraksi ciri, serta matriks target dan sebuah jaringan terbaik yang dihasilkan pada proses pelatihan JST. Hasil dari proses pengenalan atau pengujian ini, akan dikembalikan ke citra penampang daun yang bersangkutan untuk melihat daerah-daerah pada citra tersebut yang terdeteksi sebagai kelas pertama (frame stoma), kelas kedua (frame sebagian stoma), dan kelas ketiga (frame bukan stoma). Analisis Hasil Langkah pertama dalam tahap analisis adalah menghitung nilai recall, precison, dan f 1 _measure. Penghitungan nilai recall dan precision membutuhkan suatu matriks yang disebut dengan confusion matrix. Matriks tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 (Manning et al. 2008). Definisi recall ditunjukkan pada Persamaan 2, sedangkan definisi precision ditunjukkan pada Persamaan 3. Tabel 1 Confusion matrix Terdeteksi Sebagai Stoma Terdeteksi Sebagai Bukan Stoma Stoma tp fn Bukan Stoma Fp tn Keterangan: tp: true positive (jumlah stoma pada citra penampang daun yang berhasil terdeteksi sebagai stoma). tn: true negative (jumlah bukan stoma pada citra penampang daun yang berhasil terdeteksi sebagai bukan stoma). fp: false positive (jumlah bukan stoma pada citra penampang daun yang terdeteksi sebagai stoma). fn: false negative (jumlah stoma pada citra penampang daun yang terdeteksi sebagai bukan stoma). tp recall tp fn tp precision tp fp (2) (3) F_measure (Manning et al. 2008) adalah ukuran kinerja klasifikasi dalam mendeteksi kemunculan stoma dengan mengombinasikan nilai recall dan nilai precision. Persamaan dari f_measure ditunjukkan pada Persamaan 4. f 2 _ measure (1 ) precision recall 2 precision recall Pada penelitian ini, nilai yang digunakan adalah 1 sehingga persamaan f_measure di atas berubah sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 5. precision recall f1 _ measure 2 precision recall Nilai 1 tersebut menyatakan bahwa bobot yang diberikan untuk recall dan precision adalah sama. (4) (5)

26 Satria D dan Mushthofa JIKA HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Input dari proses pengujian adalah sebuah citra penampang daun uji beserta jaringan terbaik yang diperoleh pada tahap pelatihan JST. Hasil dari proses pengujian ini akan dikembalikan ke citra penampang daun uji yang bersangkutan untuk melihat daerah-daerah pada citra penampang daun uji tersebut yang terdeteksi sebagai kelas pertama (frame stoma), kelas kedua (frame sebagian stoma), dan kelas ketiga (frame bukan stoma). Contoh hasil dari proses pengujian dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 memperlihatkan kotak-kotak berwarna putih dan hitam. Kotak putih menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang terdeteksi sebagai frame stoma. Kotak hitam menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang terdeteksi sebagai frame sebagian stoma. Selain kotak putih dan kotak hitam, terdapat juga daerah tanpa kotak yang merupakan daerah yang terdeteksi sebagai frame bukan stoma. Pada Gambar 5, terlihat beberapa stoma yang seharusnya terdeteksi sebagai sebuah stoma, namun muncul beberapa kotak putih yang mengelilinginya. Oleh sebab itu, agar kotakkotak putih tersebut berkumpul menjadi satu dan tepat berada di wilayah stoma yang benar, perlu adanya proses penggabungan hasil deteksi. Metode penggabungan hasil deteksi yang digunakan pada penelitian ini ialah jarak Euclid (Euclidean distance) yang dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 5 Hasil deteksi awal Gambar 6 Hasil penggabungan daerah deteksi

Volume 2, 2013 27 Analisis Hasil Histogram Terdapat lima jaringan terbaik yang dihasilkan histogram berdasarkan jumlah bin yang digunakan pada penelitian ini. Nilai recall, precison, dan f 1 _measure yang dihasilkan histogram untuk ketiga jenis spesies dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai recall, precison, dan f 1 _measure gabungan dari ketiga jenis spesies yang dihasilkan dari metode histogram Jumlah bin Recall Precicion F 1 _measure 10 0.5840 0.8111 0.6791 20 0.6080 0.8261 0.7005 30 0.6320 0.6991 0.6639 40 0.5360 0.7204 0.6147 50 0.5120 0.6667 0.5792 Agar perbandingan nilai-nilai f 1 _measure gabungan dari ketiga jenis spesies terlihat lebih jelas, maka nilai-nilai tersebut akan disajikan kedalam bentuk grafik. Grafik nilai f 1 _measure gabungan berdasarkan jumlah bin yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7. Berdasarkan grafik pada Gambar 7, dapat dilihat bahwa jumlah bin terbaik untuk mendeteksi kemunculan stoma pada citra penampang daun Freycinetia adalah 20 bin dengan nilai f 1 _measure yang dihasilkan adalah 0.7005. Hal ini terjadi karena 20 bin adalah jumlah titik ekstraksi terbaik yang mampu merepresentasikan karakteristik yang berbeda bagi ketig kelas yang ada (stoma, sebagian stoma, dan bukan stoma). Nilai f 1 _measure 0.75 0.6971 0.7005 0.6639 xxxxx 0.6147 0.5792 xxxxxxxx 0.70 0.65 0.60 0.55 0.50 Gabungan dari Freycinetia angustifolia, Freycinetia imbricata, dan Freycinetia javanica 10 20 30 40 50 Jumlah Bin Gambar 7 Nilai f 1 _measure gabungan tiga spesies berdasarkan jumlah bin Analisis Hasil PCA Terdapat tujuh jaringan terbaik yang dihasilkan PCA berdasarkan persentase pembuangan komponen utama dengan nilai recall, precison, dan f 1 _measure yang dihasilkan PCA untuk ketiga spesies dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai recall, precison, f 1 _measure gabungan dari ketiga jenis spesies yang dihasilkan PCA berdasarkan persentase pembuangan komponen utama Komponen utama dibuang jika memiliki kontribusi Recall Precision F 1 _measure < 0.04% 0.9360 0.7312 0.8211 < 0.05% 0.9360 0.8478 0.8897 < 0.06% 0.9600 0.7947 0.8696 < 0.07% 0.9600 0.8633 0.9091 < 0.08% 0.9280 0.7785 0.8467 < 0.09% 0.9360 0.6802 0.7879 < 0.10% 0.9680 0.8067 0.8800

28 Satria D dan Mushthofa JIKA Persentase pembuangan komponen utama terbaik untuk mendeteksi kemunculan stoma pada citra penampang daun Freycinetia ialah 0.07%, dengan nilai f 1 _measure 0.9091. Namun, dapat dilihat juga bahwa rentang nilai f 1 _measure yang dihasilkan tidak terlalu jauh. Selisih antara nilai f 1 _measure terbesar dengan nilai f 1 _measure terkecil hanya 0.1212. Hal ini terjadi karena perbedaan nilai persentase pembuangan komponen utama yang digunakan sangat kecil (hanya berbeda 0.01% di antara nilai persentase digunakan) sehingga jumlah informasi yang dihasilkan hampir sama. SIMPULAN Pada penelitian ini, telah diuji dua metode ekstraksi fitur untuk deteksi kemunculan stoma pada citra mikroskopis penampang daun Freycinetia, yaitu: metode histogram dan PCA. Nilai f1_measure terbaik yang mampu dicapai oleh metode ekstraksi ciri Histogram adalah 0.7005, sedangkan metode PCA 0.9091. Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode PCA menghasilkan akurasi yang lebih baik dibanding metode histogram, dan mampu memberikan unjuk kerja yang memuaskan sehingga dapat dikembangkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya, ataupun untuk digabungkan dengan metode pengenalan spesies Freycinetia yang DAFTAR PUSTAKA Gonzalez RC, Woods RE. 2008. Digital Image Processing. Ed ke-3. New Jersey (US): Prentice Hall. Jolliffe IT. 2002. Principle Component Analysis. Ed ke-2. New York (US): Springer-Verlag. Manning CD, Raghavan P, Schutze D. 2008. Introduction to Information Retrieval. Cambridge (UK): Cambridge University Pr. Pasaribu N. 2010. Freycinetia (Pandanaceae) of Sumatera [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. A. 2012. Klasifikasi Freycinetia berbasis citra anatomi stomata menggunakan k- Nearest Neighboor dan Jaringan Saraf Tiruan [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. Sanyal P, Bhattacharya U, Bandyopadhyay SK. 2008. Analysis of SEM images of stomata of different tomato cultivars based on morphological features. Di dalam: Second Asia International Conference on Modelling & Simulation; 2008 Mei 13-15; Kuala Lumpur, Malaysia. New York (US): IEEE. hlm 890-894. Willmer CM. 1983. Stoma. New York (US): Longman.