Box 2 : Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah melalui Arus masuk Devisa (Peraturan Bank Indonesia No 13/20/PBI/2011 ttg Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 20 /PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/25/PBI/2012 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/10/PBI/2014 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI

No. 16/10/DSta Jakarta, 26 Mei 2014 SURAT EDARAN. Kepada: SEMUA DEBITUR DEVISA UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy. berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/11/PBI/2012

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 22 /PBI/2011 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

No.18/ 5 /DSta Jakarta, 6 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA DEBITUR UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI

No. 13/ 1 /DInt Jakarta, 20 Januari 2011 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri

No. 2/ 20 /DLN Jakarta, 9 Oktober 2000 SURAT EDARAN. Kepada BANK, BADAN USAHA BUKAN BANK, DAN PERORANGAN DI INDONESIA

No.15/ 9 /DSM Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA EKSPORTIR, PEMILIK BARANG DAN/ATAU PENERIMA DEVISA HASIL EKSPOR DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN. Kepada BANK, BADAN USAHA BUKAN BANK, DAN PERORANGAN DI INDONESIA. Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri

SURAT EDARAN. Kepada BANK, BADAN USAHA BUKAN BANK, DAN PERORANGAN DI INDONESIA. Perihal : Kewajiban Pelaporan Utang Luar Negeri

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

No.16/9/DSta Jakarta, 26 Mei 2014

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan ketiga atas Pera

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/KMK.017/2000 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 4/2/PBI/2002 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA PERUSAHAAN BUKAN LEMBAGA KEUANGAN

Kondisi Cadangan Devisa Indonesia Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM RTE BAGI NASABAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/17/PBI/2015 TENTANG SURAT BERHARGA BANK INDONESIA DALAM VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.16/20/DSta Jakarta, 28 November Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.18/ 23/DSta Jakarta, 26 Oktober 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN NASABAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

-2- M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13 / 21 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/10/PBI/2016 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN NASABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.13/33/DSM Jakarta, 30 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/ 34 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI PEMBELIAN WESEL EKSPOR BERJANGKA OLEH BANK INDONESIA

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 22 /PBI/2000 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 21 /PBI/2012 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI (Peraturan Bank Indonesia Nomor 16110lP3ll2014 tangg al14 Mei 2014)

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1 / 9 /PBI/1999 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

Pokok-Pokok Materi Pengaturan PBI NO.15/8/PBI/2013 tentang TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK BANK INDONESIA OKTOBER 2013

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

No II. PASAL PER PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Penunjukan Bank ACCD dilakukan berdasarkan kerja sama antara Bank Indonesia dengan bank sen

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 28 /PBI/2008 TENTANG PEMBELIAN VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA,

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

No.15/3/DPM Jakarta, 28 Februari Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

Transkripsi:

Box 2 : Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah melalui Arus masuk (Peraturan Bank Indonesia No 13/20/PBI/2011 ttg Penerimaan Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri tanggal 30 September 2011) Perekonomian Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menunjukkan kinerja yang membaik. Pertumbuhan ekonomi selalu melaju diatas 5% dengan komponen ekspor sebagai penyumbang pertumbuhan yang signifikan. Di samping itu, investasi memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian termasuk investasi yang bersumber dari luar negeri. Investasi asing yang masuk Indonesia dapat berbentuk foreign direct investment atau pinjaman luar negeri. Secara teoritis, meningkatnya ekspor dan arus investasi asing akan menambah supply hard currency, khususnya US Dolar. Namun pada kenyataannya devisa yang diperoleh terbatas hanya berasal dari pinjaman luar negeri pemerintah dan sebagian kecil ekspor diantaranya ekspor oleh BUMN. Kondisi ini cukup mengenaskan mengingat potensi devisa yang benar-benar dapat masuk ke Indonesia untuk memupuk cadangan devisa sangat besar mencapai lebih dari USD31 miliar untuk tahun 2011, yang bersumber dari ekspor sebesar USD29 miliar dan utang luar negeri sebesar USD2 miliar. Ironisnya, peningkatan cadangan devisa Indonesia lebih banyak berasal dari aliran modal asing jangka pendek (hot money) yang memiliki potensi pembalikan devisa keluar secara tiba-tiba (sudden reversal). Peranan cadangan devisa di dalam rejim devisa bebas yang dianut Indonesia tereliminir akibat dari bebasnya arus devisa masuk-keluar. Dengan mudahnya devisa masuk-keluar, maka stabilitas nilai tukar mata uang dapat terjaga karena terjadinya pelemahan atau penguatan nilai tukar secara mekanisme pasar dapat diatasi dengan supply dan demand devisa secara bebas. Namun pada kenyataannya, pasar valuta asing Indonesia bersifat tidak simetris dimana supply lebih condong berasal dari hot money, sedangnya demand yang bersifat fundamental untuk impor atau membayar hutang luar negeri relatif besar. Sementara itu, supply devisa yang terutama berasal dari hasil ekspor pada kenyataan tidak sepenuhnya masuk ke Indonesia, alias lebih banyak mengendap di bank-bank di luar negeri. Kondisi ini menyebabkan rentannya stabilitas nilai tukar rupiah dari goncangan sudden reversal sehingga diperlukan pertahanan psikologis berupa cadangan devisa yang kuat. Upaya memperkuat pertahanan ekonomi dari goncangan nilai tukar semakin meningkat seiring dengan pelemahan ekonomi global. Krisis utang pemerintah di beberapa Negara Eropa dan defisit fiskal Amerika Serikat telah menimbulkan gejolak di pasar global, dimana pasar saham melemah dan harga komoditas dunia menurun. Dampak dari gejolak pasar global telah menjalar ke perekonomian Indonesia berupa turunnya harga saham dan pelemahan nilai tukar rupiah yang sangat cepat. Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan optimisme terhadap perekonomian nasional maka diperlukan kehadiran otoritas moneter dan fiskal. Ketersediaan cadangan devisa yang memadai telah menjadi 1

amunisi dalam stabilisasi rupiah sehingga rupiah saat ini berada pada tingkat yang sesuai secara fundamental. Faktor penyebab rendahnya angka devisa yang diterima Indonesia adalah keengganan para eksportir Indonesia menggunakan perbankan dalam negeri di dalam aktifitas ekspornya. Alasan utama yang dikemukakan adalah bank di dalam negeri belum mampu memberikan fasilitas yang memadai dalam bertransaksi ekspor-impor sebagaimana yang dilakukan oleh bank di luar negeri. Salah satu faktor hambatan transaksi oleh bank dalam negeri adalah terbatasnya bank korespondensi yang dimiliki oleh bank di dalam negeri dan insentif yang kurang kompetitif. Dengan kondisi ini, eksportir hanya memanfaatkan bank dalam negeri untuk bertransaksi terkait membayar biaya operasional atau hutang di dalam negeri, sehingga devisa yang masuk relatif terbatas. Akibatnya, devisa yang bersumber dari menjual barang yang diproduksi di Indonesia tidak dapat sepenuhnya dinikmati oleh ekonomi Indonesia sendiri. Dampak lainnya adalah terjadi perbedaan pencatatan antara nilai ekspor yang tercantum di Pemberitahuan Ekspor barang (PEB) dengan laporan hasil Ekspor (DHE) sesuai skim pembayaran yang dilakukan oleh eksportir. Dalam rangka memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan ketahanan ekonomi Indonesia dari gejolak ekonomi global, maka Indonesia sangat berkepentingan terhadap peran serta eksportir dalam mendukung stabilitas perekonomian nasional. Bank Indonesia memandang, sudah saatnya ekonomi kita tidak terpaku pada masuknya dana-dana panas dari luar negeri yang dengan cepatnya kembali ke negara asalnya. Pasokan modal yang bersumber dari devisa hasil ekspor akan lebih menjamin kesinambungan kecukupan cadangan devisa yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk menjaga ketahanan ekonomi domestik dari goncangan global dan dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya bagi pengembangan ekonomi nasional. Oleh karenanya Bank Indonesia berkepentingan untuk mengatur lalu lintas devisa yang berasal dari ekspor dan utang luar negeri. Aturan yang akan diterapkan di Indonesia pada awal 2012 melalui Peraturan Bank Indonesia No 13/20/PBI/2011 ttg Penerimaan Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri mewajibkan transaksi atas devisa yang diterima dari hasil ekspor dan utang luar negeri harus melalui bank devisa di dalam negeri. Meskipun harus melalui bank devisa di dalam negeri tidak terdapat kewajiban eksportir untuk menyimpan devisa tersebut di bank tersebut atau dengan perkataan lain, setelah ditransaksikan melalui bank di dalam negeri eksportir diperkenankan memindahkan devisanya ke bank dimana saja pada saat itu juga! Di samping itu, tidak ada kewajiban eksportir harus mengkonversikan devisanya ke dalam mata uang rupiah. Aturan main ini sesuai dengan prinsip lalu lintas devisa bebas yang dianut, dimana Bank Indonesia hanya ingin memahami nilai sebenar-benarnya dari ekspor dan utang luar negeri yang selama ini terjadi. Dengan demikian, kekuatan devisa Indonesia 2

nantinya secara psikologis dapat menjadi benteng pertahanan terhadap munculnya goncangan nilai tukar rupiah. Kebijakan baru pengaturan lalu lintas devisa hasil ekspor dan utang luar negeri di Indonesia sebenarnya lazim diterapkan oleh sebagian besar negara, khususnya emerging countries. Beberapa negara ASEAN yang sudah menerapkan kebijakan hasil ekspor wajib masuk bank domestik diantaranya adalah Malaysia, Thailand dan Filipina. Bahkan di India kewajiban masuk ke bank domestik diikuti dengan kewajiban konversi. Aturan pemakaian bank domestik bagi lalu lintas devisa ekspor di beberapa negara memiliki makna nasionalisme untuk memanfaatkan hasil penjualan ke luar negeri atas produksi domestik bagi keuntungan negeri sendiri. Dikeluarkannya aturan ini memberikan peluang sekaligus menuntut kesiapan bank devisa di dalam negeri untuk lebih global looking. Keluhan yang selama ini yang dikemukakan eksportir terkait lemahnya bank dalam negeri memberikan jaringan pelayanan dan korespondensi di luar negeri harus segera dipatahkan. Beberapa bank yang dipantau oleh penulis telah siap dan memiliki jaringan yang memadai untuk berkompetisi sebagai bank korespondensi kegiatan ekspor. Bank devisa dalam negeri juga harus mampu menangkap peluang sumber pendanaan yang sangat besar, disamping fee based income dari transaksi ekspor yang terjadi. Beberapa Aspek Peraturan Bank Indonesia No 13/20/PBI/2011 ttg Penerimaan Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri No Materi Keterangan 1 Judul PBI: Penerimaan Hasil Ekspor dan Penarikan Utang Luar Negeri 2 Landasan Hukum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Dan Sistem Nilai Tukar 3

3 Obyek Kebijakan Untuk Hasil Ekspor (DHE): Seluruh DHE yang diterima Eksportir dari hasil kegiatan ekspor Untuk Utang Luar Negeri (DULN): Setiap DULN yg penarikannya berbentuk dana tunai yang berasal dari: ULN berdasarkan perjanjian kredit (loan agreement) dalam bentuk non revolving yang tidak digunakan untuk refinancing. Selisih fasilitas refinancing dengan jumlah ULN lama ULN berdasarkan surat utang (debt securities) dalam bentuk Bonds, Medium Term Notes (MTN), Floating Rate Notes (FRN), Promissory Notes dan Commercial Paper (CP) 4 Subyek Kebijakan Seluruh Eksportir dan seluruh Debitur ULN 5 Ruang Lingkup Eksportir adalah perorangan/badan usaha yang berbentuk badan hukum/bukan badan hukum yg melakukan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. Debitur ULN adalah perorangan, badan hukum bukan bank dan badan lainnya yang memiliki utang luar negeri. Bank meliputi Bank yang beroperasi di Indonesia dan Kantor Cabang Bank Asing di Indonesia. 6 Kewajiban penerimaan DHE melalui Bank Penerimaan DHE wajib diterima oleh Eksportir melalui Bank paling lama 90 hari setelah tanggal PEB Penerimaan DHE yang dilakukan dengan cara pembayaran usance L/C, konsinyasi, pembayaran kemudian, collection, yang jatuh temponya lebih dari atau sama dengan 90 hari setelah tanggal PEB, wajib dilakukan paling lama 14 hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran yang bersangkutan Nilai DHE yang diterima oleh Bank harus sesuai dengan nilai PEB Nilai DHE yang diterima dimungkinkan untuk tidak sesuai dengan nilai PEB dalam kondisi: a. Nilai DHE lebih kecil dari nilai PEB dalam hal : Importir wanprestasi, pailit, atau mengalami force majeure; biaya administrasi terkait ekspor; dan DHE yang berasal dari jasa maklon, perbaikan, dan operational leasing atau financial leasing b. Eksportir tidak menerima DHE dalam hal Importir wanprestasi, pailit, atau mengalami force majeure Eksportir yang menerima DHE lebih kecil dari PEB atau tidak menerima DHE karena alasan di atas, harus menyampaikan penjelasan tertulis dan dokumen pendukung kepada Bank, untuk diteruskan kepada BI. Khusus untuk selisih DHE dan PEB yang disebabkan biaya administrasi sebesar 10% dari nilai PEB dengan nominal maks ekuiv Rp. 10 juta, DHE yang diterima dianggap sesuai dengan nilai PEB dan tidak diperlukan penyampaian penjelasan tertulis dan dokumen pendukung. 4

7 Kewajiban Penarikan DULN melalui Bank 8 Penyampaia n Informasi dan Laporan Nilai akumulasi yang ditarik harus sama dengan komitmen. Apabila akumulasi nilai DULN yang ditarik lebih kecil dari komitmen, Debitur ULN harus menyampaikan penjelasan tertulis kepada BI DHE : Mengacu pada Ketentuan Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Bank. DULN : Mengacu pada Ketentuan Kewajiban Pelaporan Penarikan Utang Luar Negeri 9 Penelitian kepatuhan BI melakukan penelitian dokumen atas kepatuhan Eksportir terhadap pemenuhan kewajiban penerimaan DHE dan penelitian atas kepatuhan Debitur ULN terhadap pemenuhan kewajiban penarikan DULN. BI dapat meminta bukti, catatan, dan/atau dokumen pendukung, dengan atau tanpa melibatkan instansi terkait. 10 Sanksi Sanksi DHE: Eksportir dinyatakan tidak memenuhi ketentuan apabila: a. Tidak melakukan penerimaan seluruh DHE melalui Bank b. Penerimaan DHE melalui Bank dilakukan melebihi 90 hari setelah tanggal PEB atau melebihi 14 hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran dengan menggunakan usance L/C, konsinyasi, pembayaran kemudian, collection. Sanksi administratif: Denda sebesar 0,5% dari nilai nominal DHE yang belum diterima dengan nominal paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Sanksi penangguhan atas pelayanan Ekspor (dilakukan oleh otoritas yang berwenang di bidang kepabeanan atas dasar permintaan BI): Eksportir yang tidak membayar sanksi administratif dan/atau tidak memenuhi kewajiban penerimaan DHE melalui Bank, dikenakan sanksi penangguhan atas pelayanan Ekspor Pembebasan sanksi penangguhan atas pelayanan Ekspor dilakukan setelah BI menerima dari Eksportir bukti pembayaran sanksi administrasi dan/atau bukti penerimaan DHE melalui Bank, dan setelah BI mem verifikasi atas bukti tersebut. Pengenaan sanksi tidak menggugurkan kewajiban penerimaan DHE melalui Bank 5

Sanksi DULN Debitur ULN yang tidak melakukan penarikan DULN melalui Bank dikenakan denda sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). Pengenaan sanksi tidak menggugurkan kewajiban penarikan DULN melalui Bank Penyetoran Sanksi dan Tanggal Pemberlakuan Sanksi untuk DHE dan DULN: Pembayaran sanksi denda disetorkan ke rekening kas Negara yang berada di BI. Ketentuan yang mengatur sanksi mulai berlaku pada tanggal 2 Juli 2012 11 Ketentuan Peralihan DHE Penerimaan DHE yang diperjanjikan tidak melalui Bank atau dikaitkan dengan pembayaran kewajiban Eksportir yang sudah ditandatangani sebelum berlakunya PBI ini, tidak wajib diterima melalui Bank s.d. 12 bulan setelah tanggal pemberlakuan PBI, dan Eksportir harus memberikan penjelasan tertulis disertai dengan dokumen pendukung kepada BI. Untuk penerimaan DHE yang berasal dari PEB yang dikeluarkan tahun 2012, kewajiban penerimaan DHE melalui Bank berlaku 6 bulan setelah tanggal PEB. Penerimaan DHE yang berasal dari hasil netting tagihan Eksportir dengan kewajiban Eksportir hanya dapat dilakukan s.d tanggal 31 Desember 2012 dan dilengkapi dengan dokumen pendukung. DULN Penarikan DULN yang berasal dari perjanjian ULN yang ditandatangani sebelum berlakunya PBI ini tidak wajib dilakukan melalui Bank, kecuali untuk penarikan DULN yang berasal dari penambahan plafon ULN karena adanya perubahan perjanjian yang ditandatangani setelah berlakunya PBI ini. 12 Waktu Implementa si PBI ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2012. 6