*Corresponding Author :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebuah hubungan, misalnya ilmu alam yang berkaitan erat dengan

ANALISIS DATA GEOSTATISTIK MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING

BAB I PENDAHULUAN I.1

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE. Oleh : DEWI SETYA KUSUMAWARDANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 yang memiliki tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA

BAB III PEMBAHASAN. Metode kriging digunakan oleh G. Matheron pada tahun 1960-an, untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE ORDINARY KRIGING PADA PENDUGAAN KADAR NO 2 DI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB V EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

METODE ROBUST KRIGING UNTUK MENGESTIMASI DATA SPASIAL BERPENCILAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE

INTERPRETASI LITOLOGI BERDASARKAN DATA LOG SINAR GAMMA, RAPAT MASSA, DAN TAHANAN JENIS PADA EKSPLORASI BATUBARA

BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA

Jurusan Ilmu Komputasi, Fakultas Informatika Universitas Telkom, Bandung

BAB IV HASIL ANALISIS SAMPEL BATUBARA

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Kajian Pemilihan Model Semivariogram Terbaik Pada Data Spatial (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara Pada Lapangan Eksplorasi X)

Metode Point Kriging Untuk Estimasi Sumberdaya Bijih Besi (Fe) Menggunakan Data Assay (3D) Pada Daerah Tanjung Buli Kabupaten Halmahera Timur

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.

ORDINARY KRIGING DALAM ESTIMASI CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

Oleh : Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Surya Dharma 2 ABSTRAK

Seminar Hasil Tugas Akhir (Rabu, 16 Juli 2014)

Estimasi Produksi Minyak dan Gas Bumi di Kalimantan Utara Menggunakan Metode Cokriging

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (1), Januari 2015, pp ISSN:

PENGARUH LAMA WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA MUDA (LIGNIT) DENGAN MENGGUNAKAN OLI BEKAS DAN SOLAR SEBAGAI STABILISATOR

*) KPP Energi Fosil, PMG, Jl. Soekarno Hattta No. 444, Bandung.

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BATUBARA

ANALISIS SPASIAL DENGAN SEMIVARIOGRAM MODEL BOLA (Studi Kasus : Nilai Ujian Nasional Sekolah Menengah Kejuruan di Bandar Lampung) TESIS TRI WIBAWANTO

BAB III LANDASAN TEORI

Metode Ordinary Kriging Blok pada Penaksiran Ketebalan Cadangan Batubara (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara pada Lapangan Eksplorasi X)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Yulia afriani, Makhrani., S.Si, M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT (* Jurusan fisika Prodi Geofisika, UNHAS*)

ESTIMASI SUMBERDAYA BATUBARA BERDASARKAN DATA WELL LOGGING

EVALUASI DAN PERENCANAAN KERAPATAN JARINGAN POS HUJAN DENGAN METODE KRIGING DAN ANALISA BOBOT (SCORE) DI KABUPATEN SAMPANG PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN KUALITAS BATUBARA DI PIT J, DAERAH PINANG, SANGATTA, KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

Anatomi Sumber Daya Batubara Serta Asumsi Pemanfaatan Untuk PLTU di Indonesia

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

ESTIMASI SEBARAN SUSEPTIBILITAS BATUAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN GEOSTATISTIK DI KECAMATAN LORE PEORE

PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR

Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi. PT Toba Bara Sejahtra Tbk

Akurasi Konturing Trianggulasi Dan Kriging Pada Surfer Untuk Batubara

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

INVENTARISASI BATUBARA PEMBORAN DALAM DAERAH SUNGAI SANTAN-BONTANG KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Bab II Teknologi CUT

PENENTUAN POLA PENYEBARAN BATUBARA BERDASARKAN DATA SINAR GAMMA DAN RESISTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOGGING GEOFISIKA

OPTIMASI PENCAMPURAN BATUBARA MELALUI SIMULASI BERDASARKAN KRITERIA PARAMETER BATUBARA

Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi. PT Toba Bara Sejahtra Tbk

METODE RAPID TEST PREPARATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V BATUBARA 5.1. Pembahasan Umum Proses Pembentukan Batubara Penggambutan ( Peatification

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 14 PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA TERBUKTI DENGAN METODE CROSS SECTION. Oleh Diyah Ayu Purwaningsih 1 dan Riyanto 2

PENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE

PEMODELAN GEOLOGI BATUBARA DAERAH MARANGKAYU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA MENGGUNAKAN COAL RESOURCES AND RESERVES EVALUATION SYSTEM

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember 2016 Penulis. (Farah Diba) vii

BAB IV PENGOLAHAN DATA

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. KATA PENGANTAR... iv. ABSTRAK...

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : RAAFIUD DENNY PUTRA

Identifikasi dan Estimasi Sumber Daya Batubara Menggunakan Metode Poligon Berdasarkan Intepretasi Data Logging Pada Lapangan ADA, Sumatera Selatan

BAB IV PEMODELAN DAN PENGHITUNGAN CADANGAN ENDAPAN BATUBARA

SIMULASI BLENDING BATUBARA DI BAWAH STANDAR KONTRAK DALAM BLENDING DUA JENIS GRADE BEDA KUALITAS PADA PT AMANAH ANUGERAH ADI MULIA SITE KINTAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREDIKSI POLA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN METODE ORDINARY BLOCK KRIGING

PENDUGAAN PENGELUARAN PER KAPITA DI KABUPATEN BREBES

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

EVALUASI SUMBER DAYA BATUBARA BANKO TENGAH, BLOK NIRU, KABUPATEN MUARA ENIM, PROPINSI SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN ANALISA

GEOSTATISTIKA. Peranan Geostatistik dalam Kegiatan Eksplorasi Sumber Daya Alam

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

MODEL MATEMATIKA UNTUK OPTIMASI NILAI KALORI BATUBARA BLENDING DI PT. BATUBARA BUKIT KENDI TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ENDAPAN BATUBARA

PEMODELAN HARGA TANAH KOTA BATAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE UNIVERSAL KRIGING

Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT Toba Bara Sejahtra Tbk

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

Exploration Is The Key of Efficiency

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-10 Online di:

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

GEOPHYSICAL WELL LOGGING (PENLOGAN SUMUR GEOFISIK )

Prosiding SNRT (Seminar Nasional Riset Terapan)

STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

Transkripsi:

Analisis Persebaran Lapisan Batubara Dengan Menggunakan Metode Ordinary Kriging Di Pit S11gn Pt. Kitadin Desa Embalut Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur E ed Tri Giandari Bhakti 1, Kadek Subagiada 2, 1 Laboratorium Geofisika, Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Mulawarman 2 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Mulawarman *Corresponding Author : eed.giandari@gmail.com Abstract Ordinary Kriging was one of another method to estimate the potential of natural resources (coal, mineral, hydrocarbon, etc.) were unknown. In previous researched Kriging method was better than other estimation methods. This researched to determine the estimate distribution of coal seams and to determine the estimate distribution of coal quality in researched area of Ash content, Sulfur content and Calorific Value content. The data in this research was used secondary data of coring sample and Geophysical Logging data (Log Gamma Ray and Log Density) and then correlated, the results of correlated can be estimate by Kriging interpolation, furthermore designed of coal thickness distribution map. Coal samples were prepared to get in terms of coal quality based on Ash content, Sulfur content and Calorific Value content. The data were analyzed by Ordinary Kriging method were used for designed of thematic maps, such as distribution of Ash content, Sulfur content and Calorific Value content maps. Based on the analysis of the distribution of coal on Seam 11 was continuously and reduced by direct of the slope to the northwest on the research area with average coal thickness 3.43 meters. In the research area covering 19.15 hectares it was had 593.990,371 tons of coal resources and being the best semivariogram model was semivariogram exponential model which hold an average of coal quality values were 2,54% for Ash content, 0,17% for Sulfur content and 6340 kcal/kg Calorific Value content. Keywords Coal, Ordinary Kriging, Ash, Sulfur, Calorific Value Pendahuluan Meningkatnya penggunaan batubara sebagai sumber energi menyebabkan penggunaan batubara tidak berdasarkan kualitas melainkan berdasarkan tingkat kebutuhan manusia. Penggunaan batubara berdasarkan tingkat kebutuhan menyebabkan penambangan batubara tidak dilaksanakan berdasarkan kualitas seperti antrasit atau bituminus, melainkan nilai kalori yang dibutuhkan oleh pasar. Hal tersebut menyebabkan penambangan pada lapisan batubara dengan nilai kalori rendah seperti lignit akan tetap dilaksanakan ketika pasar membutuhkan. (Fadillah, 2009) Seringkali masalah muncul pada saat solusi dari permasalahan estimasi telah diketahui. Salah satu masalah yang muncul pada saat solusi itu didapat adalah masalah melakukan prediksi terhadap data yang telah diolah. Untuk itu, hadirlah suatu metode yang akan mempermudah pengerjaan dalam menyelesaikan prediksi itu, yaitu salah satu metode yang disebut metode Kriging. Pada beberapa penelitian, para ahli telah banyak membuktikan bahwa metode Kriging layak digunakan untuk memperoleh estimasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode estimasi lainnya. Salah satu penyebabnya adalah karena dalam prosesnya, metode Kriging bertujuan untuk meminimalkan variansi dari galatnya. (Puspita, 2013) Maka dari itu penelitian ini metode Kriging yang digunakan yaitu metode Ordinary Kriging dengan tujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap estimasi persebaran lapisan batubara dan sebagai kajian teori terhadap metode Ordinary Kriging. Metode Penelitian Batubara (coal) adalah sedimen batuan organik yang mudah terbakar (dengan komposisi utama karbon, hidrogen dan oksigen), terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan selama periode waktu yang panjang (puluhan sampai ratusan juta tahun). Kualitas batubara khususnya dalam peruntukkannya sebagai sumber energi dan bahan bakar dapat dilihat dari analisis proximate (Ash, moisture volatile dan fixed carbon), ultimate (C, H, O dan N) dan calorific value (nilai kalor). Analisis ini dapat dilakukan mengikuti prosedur ASTM. Berdasarkan kualitasnya, batubara memiliki kelas (grade) yang secara umum diklasifikasi menjadi Lignite, Subbituminous, Bituminous dan Antrachite. (Aladin, 2011) Berdasarkan tempat terbentuknya batubara terdiri dari 2 macam teori yaitu teori drift (terbentuknya di tempat dimana tumbuh- 440

Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul tumbuhan asal itu berada) dan drift (terjadinya di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang). (Sukandarrumidi, 2008) Dalam menentukan lapisan bawah tanah ini menggunakan pengukuran Well Logging yang merupakan pengukuran satu atau lebih kuantitas fisik di dalam atau di sekitar lubang sumur relatif terhadap kedalaman sumur atau terhadap waktu atau kedua-duanya. (Samperuru, 2005 dalam Suardi, 2012) Penentuan model semivariogram ditentukan dari semivariogram eksperimental yaitu semivariogram yang diperoleh dari data yang diamati atau data hasil pengukuran. (1) Ada beberapa model semivariogram teoritis yang diketahui dan biasanya digunakan sebagai pembanding dari semivariogram eksperimental : (Awali, 2013) 1. Model 2. Model 3. Model (2) (3) (4) Dengan γ(h) yaitu nilai pengamatan dengan jarak h, yaitu bobot dari lokasi s + h, yaitu bobot pada lokasi h dan n yaitu banyaknya pasangan sampel yang digunakan untuk estimasi, c yaitu nilai variogram untuk jarak pada saat besarnya konstan, h yaitu jarak lokasi antar sampel dan a yaitu jarak pada saat nilai variogram mencapai konstan. Ordinary Kriging adalah salah satu metode yang terdapat pada metode Kriging yang digunakan pada Geostatistika. Dalam penyelesaiannya untuk memperoleh hasil bobot prediksi : (Isaaks, 1989) (5) (6) (7) (8) Dengan yaitu bobot estimasi, w i yaitu faktor bobot, v yaitu bobot tersampel, n yaitu banyaknya sampel, yaitu variansi error, yaitu kovariansi antara variabel tersampel dengan variabel belum diestimasi, yaitu kovariansi antara variabel tersampel di titik n dengan variabel tersampel di titik n dan yaitu rata-rata variabel. Salah satu cara untuk menguji keakuratan suatu model adalah dengan menggunakan validasi silang (cross validation). Metode ini menggunakan seluruh data untuk mendapatkan suatu model. Kemudian secara bergantian satu per satu data dihilangkan, dan kemudian data diprediksi dengan menggunakan model tersebut. Dari hasil prediksi dapat ditentukan galat prediksi yang diperoleh dari selisih antara nilai sesungguhnya dengan hasil prediksi. Semakin kecil nilai RMSE dan MAE suatu model interpolasi spasial, semakin kecil penyimpangan prediksi dari nilai sesungguhnya. (Khusnawati, 2015) (9) (10) (11) (12) Dengan e i yaitu error, Z(x i ) yaitu nilai sesungguhnya, Z * (x i ) yaitu prediksi nilai, RMSE yaitu Root Mean Square Error, SSE 441

yaitu Sum of Square Error dan MAE yaitu Mean Absolute Error. Hasil dan Pembahasan Nilai kualitas batubara pada Seam 11 ini nilainya bervariasi begitu juga dengan nilai kadar Ash, Sulfur dan Calorific Value. Tabel 1 merupakan tabel data kualitas batubara Seam 11 untuk masing-masing parameter. Dari data surface kontur di Pit S11GN, persebaran titik bor dapat di plot ke peta dengan menggunakan data titik koordinat yang ada pada tabel 1. Adapun peta kontur dapat beserta persebaran titik bornya dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Diagram Alir Penelitian. Gambar 2. Peta Sebaran Titik Bor di Pit S11GN PT. Kitadin. Tabel 1. Data Kualitas Batubara Seam 11. No Bore Hole Thickness (m) Ash (%) Sulfur (%) Calorific Value (kal/g) 1 E23_20C 3,53 1,82 0,19 6393 2 E23_21C 3,01 1,91 0,15 6388 3 E23_25C 3,48 3,28 0,18 6301 4 E23_26C 5,06 1,82 0,19 6454 5 E23_27C 3,35 3,05 0,15 6376 6 E23_28C 3,54 1,61 0,13 6480 7 E23_45C 3,73 2,67 0,15 6356 8 E23_46C 3,24 3,87 0,16 6136 9 E23_53C 2,22 3,57 0,17 6172 10 INFILL12_93 3,15 2,05 0,22 6325 Ketebalan batubara Seam 11 pada daerah penelitian dapat diolah menggunakan software Arcgis 9.3 pula dengan interpolasi Kriging dan dihasilkan peta ketebalan batubara seperti pada gambar 3. 442

Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Gambar 3. Peta Sebaran Ketebalan Batubara di Dari data korelasi Geophysical Logging dan sampel coring dapat dibuat peta sebaran lapisan batubara nya dalam bentuk 3 dimensi seperti pada gambar 4. Gambar 5. Peta Sebaran Ash pada Batubara di Sulfur merupakan bahan pengotor utama setelah Ash atau abu dalam batubara. Untuk mengetahui perbandingan semivariogram dapat dilihat pada tabel 4 dan 5. Tabel 4. pada Sulfur. Gambar 4. Peta Lapisan Batuan pada Daerah Penelitian (3 Dimensi). Analisis Ash berguna untuk mengetahui kandungan abu dalam batubara. Untuk mengetahui perbandingan semivariogram dapat dilihat pada tabel 2 dan 3. Tabel 2. pada Ash. Tabel 5. Perbandingan Hasil Cross Validation pada Sulfur. Model RMSE MAE 0.02765 0.0087 0.02693 0.0085 0.02956 0.0093 sebaran kandungan Sulfur dapat dilihat pada gambar 6. Tabel 3. Perbandingan Hasil Cross Validation pada Ash. Model RMSE MAE 0.8769 0.2773 0.8483 0.2682 0.9242 0.2921 sebaran kandungan Ash dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 6. Peta Sebaran Sulfur pada Batubara di Calorific Value adalah nilai energi yang dapat dihasilkan dari pembakaran batubara. 443

Untuk mengetahui perbandingan semivariogram dapat dilihat pada tabel 6 dan 7. Tabel 6. pada Calorific Value. Tabel 7. Perbandingan Hasil Cross Validation pada Calorific Value. Model RMSE MAE 127.2 40.22 118 37.31 140.5 44.27 sebaran kandungan Calorific Value dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Peta Sebaran Calorific Value pada Batubara di Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis persebaran batubara bahwa lapisan batubara Seam 11 menerus dan menipis searah dengan kemiringannya ke arah barat laut pada daerah penelitian dengan ketebalan rata-rata 3,43 m. Pada daerah penelitian yang seluas 19,15 ha memiliki sumberdaya batubara sebesar 593.990,371 ton batubara dan didapatkan rata-rata nilai kualitas batubara sebesar Ash 2,54%, Sulfur 0,17% dan Calorific Value 6340 kcal/kg. Ucapan Terima Kasih Penulis berterima kasih kepada pimpinan PT. Kitadin yang telah memberikan kesempatan penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan penelitian ini. Daftar Pustaka [1] Aladin, A., 2011, Sumber Daya Alam Batubara, Bandung: CV. Lubuk Agung. [2] Awali, A. A., 2013, Estimasi Kandungan Hasil Tambang Menggunakan Ordinary Indicator Kriging, Semarang: Jurnal Statistika Undip. [3] Fadillah, H., 2009, Studi Kualitatif dan Kuantitatif Karakteristik Batubara Lempungan Formasi Wahau serta Pengaruhnya Terhadap Kadar Abu Batubara di Konsesi Pertambangan PT. Bumi Murau Coal Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, (Skripsi Sarjana pada Fakultas Teknik Universitas Diponegoro), Semarang: Tidak Diterbitkan. [4] Isaaks, E. H., 1989, Applied Geostatistics, New York: Oxford University Press. [5] Khusnawati, A. A., 2015, Evaluasi dan Perencanaan Kerapatan Jaringan Pos Hujan dengan Metode Kriging dan Analisa Bobot (Score) di Wilayah Sungai Palu-Lariang Provinsi Sulawesi Tengah, (Jurnal Ilmiah pada Fakultas Teknik Universitas Brawijaya). Malang: Tidak Diterbitkan. [6] Puspita, W., 2013, Analisis Data Geostatistika Menggunakan Metode Ordinary Kriging, (Skripsi Sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta), Yogyakarta: Tidak Diterbitkan. [7] Suardi, U., 2012, Identifikasi Penyebaran dan Analisis Stripping Ratio (SR) Seam Batubara dengan Menggunakan Data Geofisika Logging pada Area Pit-3 Konsesi Tambang Batubara di Kohong-Kalimantan Tengah, (Skripsi Sarjana pada Fakultas Teknik Universitas Lampung), Bandar Lampung: Tidak Diterbitkan. [8] Sukandarrumidi, 2008, Batubara dan Gambut, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 444