BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB I PENDAHULUAN. SWT kepada nabi Muhammad SAW. Fungsi dari Al-Qur an ialah sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MPENAJAM PASER UTARA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus Rasul terakhir yaitu Muhammad Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril,

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman keagamaan terhadap anak melalui pembelajaran Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam kehidupan manusia baik individu, maupun sebagai anggota

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

Alquran adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. yang mengandung petunjuk-petunjuk bagi umat manusia dan menjadi pedoman

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar pertama tersebut anak akan diberikan pengenalan tentang huruf.

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya orang yang meyakini dan menganut ajaran Islam memiliki kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pibadi dewasa susila,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik. Pada proses pembelajaran baca tulis Al-Qur an tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan Allah swt. Semata. Al-Qur an juga mengandung nilai-nilai dan. ajaran-ajaran yang harus dilaksanakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Suroso Abdussalam, Arah & Asas Pendidikan Islam, Sukses Publising, Bekasi Barat, 2011, hlm. 38.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 4 TAHUN 2010 T E N T A N G PENDIDIKAN AL QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. anak yang pintar, cerdas, baik, berakhlak mulia, mempunyai ilmu yang

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. diterima Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril, sebagai petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB BACA TULIS AL-QUR AN

:a'. Islami (GERBANGSALAM) sangat mendorong. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Qur an Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, ( Semarang: RaSAIL, 2005), hlm

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I LATAR BELAKANG PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-6 tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting artinya, sebab pendidikan merupakan faktor utama dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H Ba adillah Press, Jakarta, 2002, hlm

BAB I PENDAHULUAN. yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rita Mawarni,2015

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam. seorang pendidik kepada peserta didiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PENDIDIKAN AL-QUR'AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini telah banyak beredar teks terjemahan Alquran dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang keilmuan lainnya. Al-Qur an juga merupakan firman Allah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru harus

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat mengubah pola pikir seseorang dalam mencapai tujuan kehidupan serta

Mandiri dan Berprestasi yang Madani maka untuk terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan hasil dari peradaban manusia lebih dari itu pendidikan adalah daya

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Qur an adalah kitab umat islam yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril yang berisi perintah dan larangan yang langsung turun dari Alloh SWT. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahsin (2005), yang menjelaskan bahwa Al-Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi dan rasul Allah yaitu Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril yang periwayatannya dilakukan secara mutawwatir (langsung kepada orang banyak) dan ketika membacanya dihitung sebagai ibadah serta kebenarannya tidak ditolak. Kebenaran dan keaslian Al Qur an selalu terjaga dari masa ke masa. Penjagaan yang selama ini telah dilakukan adalah dengan cara menghafal dan mengamalkannya, seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, sahabat-sahabat Nabi dan oleh banyak muslim di dunia ini. Meskipun menghafal Al-Qur an bukanlah hal mudah, akan tetapi semua jenjang umur tetap bisa melakukannya. Sayyid (2012: vii) berpendapat bahwa,.... anak balita, remaja, dewasa, orang tua, bahkan orang yang memiliki segi fisik atau mentalpun dapat menghafal Al-Qur an sehingga memperoleh tittle muslim spesial di sisi Allah. Sehubungan dengan itu, banyak contoh yang memperlihatkan bahwa anak di usia dini sudah bisa menghafal Al Qur an, seperti yang disebukan oleh Dina (2007) tentang Sayyid Muhammad Husein Tabataba i dari Teheran, Iran yang diumur 7 tahun telah mendapat gelar honorus causa karena mampu menghafal dan memahami Al-Qur an. Hal ini menunjukan bahwa mulai dari anak usia dini, Al-Qur an sudah bisa dikenalkan untuk dihafal. Sejalan dengan itu, menurut Suyanto (2005) yang melakukan penelitian di bidang neurologi telah membuktikan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun, barulah perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%. Ahsin (Purwanto, 2007 : 74) menambahkan bahwa, Orang yang menghafal Al-

2 Qur an akan selalu mengasah otaknya, dengan demikian maka otaknya akan semakin kuat untuk menampung berbagai informasi, sehingga anak yang menghafal Al-Qur an memiliki tingkat kemajuan dalam pelajarannya dibanding dengan teman-teman yang lain. Sejalan dengan itu, Nastiti (2015) dalam penelitiannya, juga menyebutkan bahwa tahfidz Al-Qur an pada anak usia dini memiliki pengaruh terhadap daya ingat anak. Hal ini membuktikan bahwa, semakin dini anak dikenalkan pembelajaran menghafal Al-Qur an, semakin bagus pula perkembangan otaknya. Cara yang tepat untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki anak terutama dalam hal menghafal Al-Qur an adalah melalui Pendidikan Anak Usia Dini. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan pada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada anak usia 0-6 tahun sehingga membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih lanjut. Segala macam bentuk kegiatan keagamaan diatur didalam kurikulum. Berawal dari kurikulum 2004, pendidikan agama islam di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan upaya sadar dan terencana dalam penyiapan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menghayati hingga mengimani, bertaqwa kepada Alloh SWT dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pegalaman. Kompetensi dasar yang dimiliki adalah dengan landasan Al-Qur an dan Sunnah Nabi Muhammad saw diantaranya hafal surat-surat pilihan, mampu memahami, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Departemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini menyebutkan bahwa bidang pengembangan anak usia dini terdiri dari dua bidang pengembangan, yaitu pembentukan perilaku (nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional) dan kemampuan dasar (kognitif,

3 bahasa, fisik). Pendidikan agama untuk anak usia dini masuk pada aspek pembentukan perilaku pada nilai-nilai agama dan moral. Kemudian pada kurikulum 2013, setiap lembaga PAUD diberikan kebebasan dalam mengembangkan kurikulumnya, dengan tetap berlandaskan pada kurikulum 2013 yang telah dibuat oleh pemerintah. Salah satu bentuk kebebasan dalam pengembangan kurikulum, terkhusus pendidikan agama islam yaitu dengan memberikan wewenang kepada sekolah dalam menentukan target hafalan Al- Qur an yang harus dimiliki anak dan membebaskan dalam menggunakan metode dengan menyesuaikan situasi kondisi yang ada di lembaga, selama tidak membebani anak. Target hafalan Al Qur an yang lazim ditemui pada lembagalembaga PAUD islam yaitu hafalan surat-surat pendek yang terkumpul pada juz 30, dari surat An-Naba sampai An-Nas. Hal tersebut sesuai dengan hasil survey dan wawancara awal yang dilakukan peneliti pada beberapa lembaga PAUD di kota Surakarta dan sekitarnya yang telah menetapkan target hafalan Al-Qur an juz 30 dalam pembelajarannya, salah satunya adalah di PAUD PALMA Banjarsari, Surakarta. PAUD PALMA merupakan salah satu lembaga PAUD Islam yang pembelajaranya sudah dirancang sedemikian rupa agar lulusannya mampu menghafal surat-surat yang ada di juz 30. Pembelajaran di PAUD PALMA hanya berlangsung dari hari Senin sampai dengan Kamis dengan lama pembelajaran menghafal Al-Qur annya berkisar 1 jam. Pembelajaran menghafal Al-Qur an di lembaga ini dimulai dari kelompok bermain, selanjutnya berjenjang sampai siswa lulus dari TK kelompok B dengan jumlah surat yang dijadikan terget adalah 39 surat. Target yang telah ditetapkan akan dapat tercapai apabila anak memiliki kemampuan dalam menghafal Al-Qur an yang memadai. Kemampuan menghafal Al-Qur an seseorang menurut para ahli yang telah dirangkum oleh Sofiah (2013) dalam penelitiannya dapat dilihat dari 4 aspek diantaranya adalah kelancaran dalam menghafal (tahfidz), penguasaan tajwid, fashahah, dan terakhir kecepatannya dalam menghafal Al-Qur an. Pada teknisnya, lembaga ini menggunakan 1 indikator ketercapaian dalam menilai kemampuan menghafal Al- Qur an yaitu kelancaran dalam menghafal, serta dalam penerapan

4 pembelajarannya, menggunakan pula beberapa metode menghafal Al-Qur an, antara lain metode wahdah, tasmi, jama, talqin, murajaah, tajwid dan terakhir melakukan setoran hafalan kepada ustadzah pengampu. Hal demikian dirancang untuk memudahkan anak dalam mencapai prestasi belajar dalam hal hafalan Al-Qur an yang telah ditargetkan pihak lembaga. Akan tetapi, pada kenyataannya, kemampuan menghafal Al-Qur an pada anak di PAUD PALMA terutama pada kelompok B yang merupakan kelas terakhir sebelum lulus terlihat sangat bervariasi. Hal ini didasarkan hasil observasi pada survey awal yang peneliti lakukan dengan mengkhususkan pada penilaian aspek kelancaran menghafal Al-Qur an anak. Qasim (2015) menjelaskan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dalam menghafal Al-Qur an, salah satu yang paling dominan adalah faktor konsentrasi belajar anak. Hal tersebut juga didukung oleh Sellers (Dewi, Rusmawati, & Ratnaningsih, 2015: 108) yang menyebutkan bahwa kemampuan untuk berkonsentrasi adalah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Sejalan dengan itu, Dimyati & Mudjiono (2009 : 239) menyatakan bahwa, Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Semakin tinggi kemampuan anak dalam melakukan konsentrasi belajar, semakin tinggi pula prestasi yang akan dicapai, begitupun sebaliknya. Lebih lanjut, oleh Surya (2003) dijelaskan bahwa hal tersebut kemudian didukung oleh telaah para ahli yang mengemukakan bahwa sebagian besar penyebab rendahnya prestasi belajar adalah lemahnya anak dalam melakukan konsentrasi. Hal ini menunjukan bahwa, semakin tinggi kemampuan anak dalam memusatkan perhatian pada pembelajaran menghafal Al-Qur an, baik dari isi bahan belajar maupun proses memperolehnya, maka prestasi belajar berupa kemampuan menghafal Al-Qur an yang dicapai juga akan tinggi. Akan tetapi, hal tersebut akan sulit dilakukan oleh anak usia dini, terkhusus pada anak TK kelompok B karena menurut Judarwanto (Ambarnianti, 2012: 2),..., untuk anak usia 5 tahun rata-rata hanya mampu berkonsentrasi selama 14 menit. Oleh sebab itu, apabila kita sesekali menemui anak-anak yang

5 bermain sendiri, tidak memperhatikan guru, tidak bisa mengikuti arahan dari guru, tidak perhatian terhadap pelajaran, dan anak betah berjam-jam berada diluar kelas pada waktu pembelajaran berlangsung adalah hal wajar. Selain itu, menurut Suyanto (2005) anak usia 5-6 tahun pada hakikatnya masih bersifat egosentris. Lebih lanjut, Jamaris (2013) menjelaskan bahwa egosentris adalah ketidakmampuan anak untuk melihat keadaan dari sudut pandang orang lain. Dalam bukunya, Jamaris (2013) menuliskan, Piaget menjelaskan bahwa anak yang egosentris menganggap bahwa semua orang akan melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu sama seperti dirinya. Hasan (2010) menyebutkan bahwa anak usia 4 tahun sampai masuk jenjang pendidikan dasar merupakan anak usia prasekolah dan diusia tersebut anak memiliki tempat pendidikan berupa Taman Kanak-kanak (TK) yang mengusung prinsip bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Maka dari itu dunia anak prasekolah dapat disebut dunia bermain. Akan tetapi, berbeda kondisi apabila perilaku-perilaku yang telah peneliti sebutkan diatas terjadi secara terus-menerus dan setiap hari. Contoh perilaku-perilaku tersebut sesuai dengan pendapat para ahli yang telah disimpulkan oleh Setiani (2014 : 25) dalam penelitiannya dengan menyatakan bahwa, Masalah pembiasaan konsentrasi siswa sering terjadi ketika mereka tidak bisa memberi perhatian yang penuh saat proses belajar berlangsung, siswa cenderung beraktifitas sendiri tanpa aturan, dan mereka juga enggan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hal tersebut juga peneliti temukan di PAUD PALMA, Banjarsari, Surakarta. Hasil survey lanjutan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang peneliti lakukan pada waktu pembelajaran menghafal Al-Qur an berlangsung di kelompok B PAUD PALMA pada tanggal 12 sampai 15 Februari 2016 menunjukan bahwa sebagian anak terindikasi memiliki tingkat konsentrasi belajar yang rendah dan sebagian lain terindikasi memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Hal ini terlihat dari perilaku beberapa anak yang berlari-larian, bermain diluar pembelajaran, ada yang mengantuk, serta pada saat setoran hafalan Al-Qur an anak sudah lupa dengan materi atau surat yang baru saja diajarkan. Akan tetapi untuk anak dengan tingkat konsentrasi yang tinggi terlihat lebih diam

6 dalam memperhatikan guru, sangat aktif mengikuti perintah guru dalam melafalkan ayat Al-Qur an yang dicontohkan, dan pada waktu diminta guru untuk mengulangi hafalan yang baru saja diajarkan untuk dinilai, anak langsung dengan mudah melafalkannya. Para guru juga menuturkan bahwa dalam proses penilaian hafalan terhadap anak yang terindikasi memiliki tingkat konsentrasi yang rendah, gurulah yang pada akhirnya harus menyesuaikan keadaan anak atau dengan kata lain penilaian dilakukan guru tidak selalu pada waktu pembelajaran menghafal Al-Qur an berlangsung. Akan tetapi, guru kelas juga menambahkan bahwa perbedaan tingkat kemampuan menghafal setiap anak tidak tergantung pada tingkat konsentrasi belajar yang dimiliki oleh masing-masing anak pada waktu pembelajaran menghafal Al-Qur an berlangsung, sehingga untuk anak-anak yang terindikasi memiliki tingkat konsentrasi rendah cenderung tidak dianggap sebagai suatu masalah. Hal ini menunjukan bahwa belum jelasnya peran serta konsentrasi belajar terkait hubungannya dengan kemampuan menghafal Al-Qur an. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR AN PADA ANAK KELOMPOK B DI PAUD PALMA, BANJARSARI, SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan diatas, maka dapat diidentifikasikan bahwa masalah yang terpapar adalah belum jelasnya peran serta konsentrasi belajar terkait hubungannya dengan kemampuan menghafal Al-Qur an pada anak kelompok B. C. Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini terletak pada kedua variabel. Pertama, pada variabel konsentrasi belajar peneliti membatasi dalam waktu pengambilan datanya, yaitu hanya pada waktu pembelajaran menghafal Al-Qur an

7 yang berlangsung dengan kisaran waktu 1 jam, sedangkan pada variabel kemampuan menghafal Al-Qur an, peneliti memberikan batasan pada item surat dalam Al-Qur an yang digunakan dalam penelitian yaitu hanya pada surat-surat yang ada di juz 30. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan diatas, maka rumusan masalah yang peneliti pakai dalam penelitian ini, yaitu Adakah hubungan antara konsentrasi belajar dengan kemampuan menghafal Al-Qur an pada anak kelompok B di PAUD PALMA, Banjarsari, Surakarta tahun ajaran 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara konsentrasi belajar dengan kemampuan menghafal Al- Qur an pada anak kelompok B di PAUD PALMA, Banjarsari, Surakarta tahun ajaran 2015/2016 F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat di tinjau dari dua aspek yakni teoritis dan praktis. Adapun manfaat dari masing-masing aspek sebagi berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan anak usia dini, khususnya pada aspek nilai agama dan moral. b. Sebagai referensi untuk peningkatan hafalan Al-Qur an anak usia dini, khususnya pada kajian faktor menghafal Al_qur an dengan fokus kajian konsentrasi belajar. c. Sebagai masukan, wawasan, dan inovasi dalam pengembangan metodemetode pembelajaran, khususnya metode menghafal Al-Qur an.

8 2. Manfaat Praktis a. Bagi Anak Usia Dini 1) Meningkatnya semangat anak dalam menghafal Al-Qur an. b. Bagi Pendidik 1) Dapat meningkatnya kepercayaan diri pendidik. 2) Dengan penelitian ini pendidik dapat semakin meningkatkan kompetensi keprofesionalannya. 3) Dengan penelitian ini pendidik dapat mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik. c. Bagi Taman Kanak-Kanak 1) Memberikan sumbangan yang positif dalam rangka mengevaluasi dan memperbaiki pembelajaran menghafal Al-Qur an pada anak usia dini. 2) Memberikan masukan bagi sekolah untuk aktif dalam melaksanakan pembelajaran yang aktif dan inovatif.