I. PENDAHULUAN. Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis. baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. Sebuah merek (brand) mempunyai kekuatan untuk memikat hati UKDW

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang begitu cepat. Globalisasi merambah semua jenis produk dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau jasa dari seseorang atau penjual dan untuk membedakannya dari

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakibatkan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Sejak dibukanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB I PENDAHULUAN. memberatkan bagi perusahaan yang akan menjual produknya di negaranya. Sesuai

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia usaha semakin hari semakin tinggi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

BAB I PENDAHULUAN. memaksa perusahaanuntuk mencapai keunggulan kompetitif agar mampu

BERITA NEGARA. BADAN POM. Notifikasi Kosmetika. Prosedur. Pengajuan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KOSMETIK

BAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada. Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi ini turut memicu

Brand adalah identitas tambahan dari suatu produk yang tak hanya. membedakannya dari produk pesaing, namun merupakan janji produsen atau

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perawatan kesehatan badan dan kecantikan kulit sudah dilakukan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lahan yang kering. Di Indonesia kacang tanah terpusat di Pulau Jawa,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin dinamis menuntut perusahaan. maupun wirausahawan untuk bergerak mengikuti selera konsumen dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pengusaha bermunculan menghadirkan produk dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan bisnis dalam era globalisasi makin dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMUSNAHAN KOSMETIKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. dapat dihindari dengan adanya persaingan maka perusahaan-perusahaan akan

BAB I PENDAHULUAN. memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia dan di sisi lain, perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di sektor pemasaran semakin tajam dari hari ke hari, terutama

BAB I PENDAHULUAN. dapat diketahui secara cepat. Informasi global, pengiriman berita dan data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pasar yang begitu pesat telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin ketat. Setiap perusahaan ingin berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di pasar sepatu Indonesia terdapat beragam merek sepatu baik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan (brand loyalty) loyalitas merek. Loyalitas terhadap merek

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN DOKUMEN INFORMASI PRODUK

Pertemuan Pertemuan 7 3

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemasaran merupakan ujung tombak bagi suatu perusahaan untuk tetap dapat

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran kini tak lagi sekedar sarana promosi. Didalamnya mencakup upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat persaingan dunia usaha di Indonesia sangat ketat karena setiap

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS KOSMETIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan salah satunya adalah dengan menciptakan brand. Brand suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

BAB V PENUTUP. 1. Brand awareness tidak berpengaruh signifikan terhadap purchase intention

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sepeda kembali tren sekitar tahun 2005-an, beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin. mengarahkan sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. toiletries adalah industri yang memproduksi produk produk konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. yang canggih. Banyak konsumen yang belum sempat mencoba seri terbaru

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usaha untuk memperkenalkan sebuah produk pada masyarakat pasti dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. waktu tahun 2010 sampai 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015), disertai

BAB I PENDAHULUAN. juga dari kebersihan dan kecantikan seseorang. Diera globalisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi perubahaan gaya hidup. Manusia selalu berusaha untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini khususnya menjelang era

BRANDING BRAND LOKAL DALAM MEA. Untuk Memenuhi Tugas Materi Khusus Ekonomi OSMARU. Program Studi atau jurusan : S1 Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam skala kecil dan besar, juga adanya berbagai kebebasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar (market share).

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

PEMASARAN INTERNASIONAL

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap niat pembelian Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). a. Mohammad Reza Jalilvand, Neda Samiei, Seyed Hessamaldin Mahdavinia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), PDB perkapita Indonesia atas dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

LAMPIRAN I KUESIONER AUDIT INTERNAL. Berikan tanda cek ( ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi internal yang dimiliki oleh

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2010 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS KOSMETIKA

,Jurnal Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang sangat kompetitif di era globalisasi sangat sekali memberikan peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. memperluas target pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang melakukan

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. alat transportasi yang relatif terjangkau, praktis dan efisien.pasar sepeda motor di

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kosmetik adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Yunani kuno. kosmetikus, artinya, upaya untuk memperindah tubuh manusia secara keseluruhan, mulai dari rambut, mata, bibir, kulit sampai ke kuku. Sedangkan, definisi kosmetik menurut keputusan kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 pada tanggal 5 Mei 2003 adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Dalam keputusan tersebut diatur juga mengenai kosmetik terbagi atas : 1) Kosmetik lisensi adalah kosmetik yang diproduksi di wilayah Indonesia atas dasar penunjukan atau persetujuan tertulis dari pabrik induk negara asalnya. 2) Kosmetik kontrak adalah kosmetik yang produksinya dilimpahkan kepada produsen lain berdasarkan kontrak. 3) Kosmetik import adalah produksi kosmetik yang dimasukan dan diedarkan di wilayah Indonesia. Dan masih dalam keputusan tersebut, kosmetika yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi standar dan persyaratan mutu dan persyaratan lain yang ditetapkan, diproduksi dengan cara pembuatan kosmetik yang baik dam terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. Menurut Retno (2001) pada dasarnya secara garis besar penggolongan kosmetik menurut kegunaanya adalah :

1) Kosmetik perawatan kulit (Skin care) digunakan untuk perawatan kulit, seperti sabun pembersih muka. 2) Kosmetik dekoratif (Riasan/ make-up) digunakan untuk tata rias, seperti bedak, lipstik dan lain-lain. Tujuan dari pembuatan kosmetik ini adalah tercapainya bentuk proporsi warna dan kehalusan bagian-bagian tubuh yang ideal. Untuk mencapai tujuan ini, maka bermunculanlah produk-produk kosmetik. Kosmetik bagi wanita adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidupnya. Pencitraan kepribadian seorang wanita seringkali dikompensasikan pada pemakaian kosmetik. Dalam memilih sebuah merek kosmetik, konsumen memiliki pilihan untuk tertarik atau tidak. Keputusan ini sering kali berhubungan dengan berhasil tidaknya sebuah produk membangun loyalitas terhadap mereknya (brand) yang didasari oleh kesadaran akan kebutuhan dan keinginan konsumen (Assael, 1992). Bagi wanita, keputusan untuk membeli sebuah produk tidak begitu saja terjadi, menurut Aaker (1995) ada beberapa hal yang mempengaruhinya, yaitu kebutuhan, sikap, kondisi demografis, gaya hidup dan karakteristik kepribadian serta stimulus pemasaran. Wanita yang menjadi konsumen utama produk kosmetik memiliki perilaku yang majemuk. Pengetahuan tentang perilaku inilah yang akan menjadi landasan dalam membangun citra merek. Keterlibatan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian sebuah produk menjadi pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pemasar. Untuk itulah, bagi perusahaan penting sekali mempelajari perilaku konsumen sebagai bagian dalam merancang segmen pasar. Pengetahuan ini akan membantu perusahaan

dalam membidik target pasar yang diinginkan. Manfaat dari pengetahuan tentang perilaku konsumen adalah : 1. Mendefiniskan dan mensegmentasi pasar 2. Menentukan kebutuhan dan keinginan dari segmen pasar 3. Mengembangkan strategi yang didasarkan pada kebutuhan, sikap dan persepsi konsumen 4. Mengevaluasi strategi pemasaran 5. Menilai perilaku konsumen di masa yang akan datang Era globalisasi dan keikutsertaan Indonesia pada lembaga-lembaga seperti World Trade Organization (WTO), Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pacifik Economic Cooperation (APEC), Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) dan lain-lain semakin mendorong pemerintah untuk lebih terbuka atas masuknya perusahaan asing yang menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan-perusahaan luar untuk beroperasi di Indonesia. Persaingan dan pemasaran global ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang harus menjadi perhatian pelaku bisnis, yaitu ekonomi, politik, teknologi, sosial budaya, kepedulian akan lingkungan dan lain-lain. Banyaknya merek yang beredar di pasar Indonesia, membuat para konsumen memiliki banyak pilihan produk dan merek, serta bebas memilih produk dan merek yang disukai, hal ini semakin meningkatkan persaingan, Dengan demikian, para pemasar harus mampu menjadikan produk dan mereknya sebagai produk dan merek unggulan serta terpilih oleh konsumen.

Merek merupakan nama atau simbol yang membedakan (seperti logo, cap atau kemasan), dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa tertentu yang membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh pesaingnya. Sebuah merek akan dikaitkan dengan persepsi kualitas, di mana persepsi kualitas tersebut memiliki wujud yang berbeda untuk masing-masing tipe industri. Persepsi kualitas itu sendiri didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atas jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan, atau merupakan suatu perasaan yang tidak tampak dan menyeluruh mengenai suatu merek. Persepsi kualitas akan memberikan nilai dengan mempengaruhi atau menjadi alasan untuk membeli, diferensiasi atau posisi sebagai karakteristik penting dari merek. Persepsi kualitas merupakan tahapan menuju brand loyalty yang akhirnya akan meningkatkan nilai ekuitas merek, setelah kesadaran merek dan asosiasi merek, di mana konsumen sudah bisa memahami sebuah produk hanya dari eksistensi, fungsi, citra dan mutunya. Yang lebih penting nantinya adalah kenyataan bahwa persepsi kualitas dan asosiasi merek bisa menguatkan kepuasan konsumen dengan pengalaman penggunaannya. Ekuitas merek produk yang dimiliki oleh perusahaan menjadi hal yang sangat penting, karena para pemain dalam bisnis dapat menjadikannya sebagai keunggulan kompetitif. Semakin kuat ekuitas merek produk, semakin kuat daya tariknya untuk menggiring konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut, itu berarti akan menghantarkan perusahaan meraup keuntungan dari waktu ke waktu. Ekuitas merek dapat dikelompokkan ke dalam beberapa elemen, yaitu kesadaran akan nama/ merek (brand awareness), asosiasi merek (brand association), kualitas merek (brand quality),

loyalitas merek (brand loyalty) dan ekuitas merek lainnya seperti paten, cap, logo dan lain sebagainya. Merek juga dapat diasosisikan dengan negara asalnya (Country Of Origin/ COO), di mana negara asal tersebut berpengaruh pada penilaian konsumen atas produk, termasuk pada produk kosmetik dalam hal ini kosmetik dekoratif. Konsumen cenderung memiliki kesan dan nilai tertentu pada produk yang dihasilkan oleh suatu negara. Merek pada produk kosmetik memegang peranan penting. Melalui merek lah konsumen mengenal sebuah produk. Itulah sebabnya dibutuhkan positioning yang tepat dan efektif agar konsumen memiliki citra produk yang positif terhadap produk yang ditawarkan produsen. Menurut data dari Badan POM, perusahan kosmetik yang berdiri di Indonesia yang berasal dari Amerika ada 161 perusahaan, dari China 151 perusahaan, dari Perancis 359 perusahaan, dari Jepang 169 perusahaan dan perusahaan asli Indonesia mulai dari perusahaan kecil sampai besar ada 2217 perusahaan. Walaupun perusahaan yang berasal dari Indonesia jauh lebih banyak, tetapi kosmetik impor masih menguasai pasar domestik hingga 50% (Indrietta, g2009). Oleh karena itu harus dilihat apa yang menyebabkan konsumen lebih memilih produk impor. Apakah image dari COO yang menyebabkan persepsi konsumen terhadap produk menjadi lebih baik atau lebih buruk dan lain sebagainya. Pembangunan persepsi konsumen atas produk dan merek tidak akan cukup dilakukan hanya dengan melakukan komunikasi pemasaran akan tetapi juga dengan pembangunan elemen-elemen dari merek itu sendiri serta pengeksploitasian asosiasi sekunder, diantaranya COO (Soehadi, 2005). Dengan demikian, perusahaan dihadapkan

pada permasalahan apakah pelanggan dan pengguna produk kosmetik dekoratif sensitif dan perhatian terhadap negara asal merek produk yang mereka pilih. I.2 Rumusan Masalah Dari uraian-uraian di atas, maka secara spesifik permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik responden? 2. Bagaimana pengaruh COO terhadap persepsi kualitas dan evaluasi produk kosmetik dekoratif? 3. Apabila konsumen sudah dapat mempersepsikan kualitas dan mengevaluasi suatu produk (kosmetik dekoratif) berdasarkan dari pengamatan COO-nya, apakah hal ini dapat mempengaruhi keinginan membeli konsumen? 4. Bagaimana produsen lokal dan pemasar mengatasi tantangan yang ada berupa banyak masuknya produk (kosmetik dekoratif) impor? I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasikan karakteristik responden? 2. Menganalisis pengaruh COO terhadap persepsi kualitas dan evaluasi produk kosmetik (dekoratif) 3. Menganalisis pengaruh COO, evaluasi dan persepsi konsumen terhadap keinginan membeli produk kosmetik

4. Merumuskan strategi yang harus dilakukan produsen lokal dan pemasar untuk mengatasi tantangan berupa banyak masuknya produk (kosmetik dekoratif) import

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB