Negara Hadapi Risiko Likuiditas

dokumen-dokumen yang mirip
Pengendalian Konsumsi BBM Bersubsidi

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013

CATATAN ATAS APBN-P 2015 DAN PROSPEK APBN 2016

Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah

NAIK LAGI, UTANG PEMERINTAH RI KINI RP 3.323,36 TRILIUN

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

WAJIBKAN INDUSTRI MEMRODUKSI MOBIL BER-BBG: Sebuah Alternatif Solusi Membengkaknya Subsidi BBM. Oleh: Nirwan Ristiyanto*)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Bukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.

Faktor Minyak & APBN 2008

PENYERAPAN ANGGARAN DALAM APBN

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

Simulasi Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) tahun 2014

patokan subsidi (Mean of Pajak BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Biro

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

TANTANGAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2014

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Subsidi BBM pada APBN. Komposisi Subsidi pada APBN 55% 50% 44% 44% 43% 35% 33% 33% APBN APBN LKPP LKPP LKPP APBN. Perkembangan Subsidi BBM ( )

Mengapa Harga BBM Harus Naik?

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRS. LAURENS BAHANG DAMA KETUA KOMISI V DPR-RI. Aspek Ekonomi Politik, Subsidi BBM, APBN dan Transportasi Massal dalam Kerangka Ekonomi Hijau

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

JIKA SUBSIDI BBM DIPATOK RP PER LITER

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA

APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

Konversi BBM ke BBG: Belajar dari Pengalaman Sebelumnya

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dengan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

Salah Kaprah Subsidi BBM Indonesia

[107] Akal-Akalan Cari Alasan Tuesday, 10 September :39

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan dua hal penting dalam perpsektif kebijakan fiskal. Pada tahun 2013,

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

CATATAN ATAS ASUMSI MAKRO DALAM RAPBN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. berlalu ditandai dengan jatuhnya perusahaan-perusahaan kelas dunia,

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

Pengaruh Perubahan Asumsi Makro Terhadap Defisit APBN Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

R E F E R E N S I No. 07/ REF/ V/ BAN/ 2008

Written by David Dwiarto Wednesday, 11 September :48 - Last Updated Wednesday, 11 September :58

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

2 Koordinator Bidang Perekonomian, perlu dilakukan perubahan terhadap Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2013 tentang Har

Transkripsi:

http://sinarharapan.co/news/read/140528037/negara-hadapi-risiko-likuiditas-span-span- Negara Hadapi Risiko Likuiditas 28 Mei 2014 Saiful Rizal/Faisal Rachman Ekonomi Kemampuan membayar utang pemerintah makin melemah lantaran terus mencari utang baru. JAKARTA - Pencapaian lifting minyak hingga April 2014 masih berada di kisaran 804.000 barel per hari (bph), jauh di bawah target dalam APBN 2014 yang mengharapkan lifting minyak dapat mencapai 840.000 bph. Pemerintah bahkan mengajukan perubahan capaian target lifting minyak tersebut dalam APBN Perubahan 2014 di kisaran 818.000 bph. Dalam keterangannya, anggota Komisi VII DPR, Rofi Munawar mengatakan, lifting minyak dan gas (migas) yang rendah telah menyebabkan defisit pada anggaran negara. Menurutnya, realisasi lifting yang tidak mencapai target telah menyebabkan APBNP 2014 mengalami penurunan cukup signifikan. "Lifting yang rendah telah menyebabkan defisit pada anggaran negara. Di sisi lain, dalam APBN-P tekanan nilai tukar rupiah diprediksi naik mencapai 10,2 persen. Tentunya akan semakin memperburuk struktur anggaran karena importasi minyak masih akan cukup tinggi," kata Rofi, Selasa (27/5). Ia mengungkapkan, realisasi lifting minyak periode Desember 2013 sampai Maret 2014 baru di kisaran 797.000 bph. Situasi itu, menurutnya, menunjukkan SKK Migas tidak mampu mengembangkan industri migas nasional. Tudingan itu bukan tanpa alasan, sebab Rofi juga menyebut SKK Migas tidak pernah bisa mencapai target yang ditetapkan APBN. Bahkan, ia mengatakan, setiap tahun perolehan lifting migas menurun. "Lifting minyak memang sudah lama menurun. SKK Migas telah berjanji akan mengompensasinya dengan kenaikan gas. Namun, hingga kini tidak kunjung ada hasilnya," ucapnya. Bila terus mengandalkan sumur yang sudah ada, Rofi menilai akan sangat sulit untuk 1

meningkatkan produksi. Karena itu, ia mengatakan, diperlukan suatu rencana strategis yang dapat mengurangi unplanned shutdown. Bila tidak, ia memprediksi, pada 2015 lifting minyak bisa berada di bawah 800.000 bph. Selain lifting minyak, ia juga menyebut, lifting gas masih lebih rendah dibanding target yang telah ditetapkan. Menurutnya, target lifting gas ditetapkan sebesar 1.240.000 barel setara minyak per hari (bsmph). Namun, realisasinya hanya mencapai 1.224.000 ribu bsmph. Padahal, bila target lifting minyak sebesar 870.000 bph dapat terpenuhi, penerimaan negara diperkirakan dapat mencapai US$ 30 miliar. Namun, bila lifting hanya mencapai 818.000 bph, penerimaan negara akan berkurang US$ 3 miliar. Dengan begitu, terjadi defisit anggaran dalam APBN Perubahan sebesar 2,5 persen, yang diakibatkan penerimaan negara turun dari Rp 1.667,1 triliun menjadi Rp 1.597,7 triliun. Di sisi lain, belanja negara naik dari Rp 1.842,5 triliun menjadi Rp 1.849,4 triliun. Salah satu yang membuat meningkatnya belanja negara adalah bertambahnya subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 65 triliun, menjadi Rp 285 triliun. Pembengkakan ini lantaran deviasi kurs rupiah yang cukup besar, dari Rp 10.500 per dolar AS, menjadi Rp 11.700 per dolar AS. Lebih Tinggi Menteri ESDM, Jero Wacik mengatakan, sebelumnya Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) awalnya sempat mengajukan target lifting hingga akhir tahun ini hanya sebesar 804.000 bph. Namun, pemerintah meminta agar lifting minyak bisa dinaikkan menjadi 818.000 bph. "Kami akan melakukan terobosan agar target lifting sebesar 818.000 bph bisa tercapai. Saat ini sedang proses, nanti kami panggil KKKS yang produksinya bisa naik 2.000-3.000 bph," ujarnya beberapa waktu lalu. Risiko Likuiditas Ekonom Iman Sugema mengatakan, negara saat ini menghadapi masalah likuiditas. Pasalnya, kemampuan membayar utang pemerintah makin melemah lantaran kian lama, negara harus terus mencari utang baru hanya untuk membayar bunga utang sebelumnya. 2

Iman menuturkan, defisit keseimbangan primer pada APBN belakangan, merupakan masalah yang serius. Ia menggambarkan, sejak 2012 sampai 2013 defisit primer dirancang dalam APBN-P terus membengkak. "Dari Rp 52 triliun di 2012 menjadi Rp 89,8 triliun di 2013 dan akan diubah dalam APBNP 2014 menjadi Rp 115 triliun. Sebelumnya, kami nggak pernah alami defisit primer, baru 2012 sampai sekarang," ujarnya. Untuk diketahui, keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja, tidak termasuk kewajiban pembayaran bunga utang (earning before interest). "Jika defisit untuk membayar bunga utang saja kita harus pinjam baru, jadi gali lubang tutup lubangnya bukan hanya bayar utang pokok, tetapi juga bunga utang," ujarnya. Ia menggambarkan, jika hal ini terjadi di perusahaan, situasi seperti ini tak berkesinambungan dan tak layak diberi utang. "Karena cash flow-nya nggak bisa bayar bunga utang, apalagi utang pokoknya," ujarnya. Ia menerangkan, dalam kasus negara memang konteksnya agak berbeda. Kondisi tersebut bukan berarti tak ada lembaga donor yang tak mau kasih pinjam. "Indonesia sedang menghadapi risiko likuiditas. Pemerintah kesuitan membayar bunga utang dan pokoknya. Memang ini bukan masalah negara bangkrut atau tidak, melainkan ada risiko likuiditas," ucapnya. Misalnya saja, investor asing hengkang dan tak mau lagi membeli obligasi negara maka pemerintah akan kesulitan membayar bunga dan pokok utang. Kalau saja keseimbangan primer masih positif, ia melanjutkan, otomatis beban untuk bayar utang masih ringan karena pemerintah bisa mencicil bayar pokok plus bunganya. "Likuiditas sejauh ini sangat mengandalkan hot money. Jika keluar, pemerintah sulit berutang kembali. Presiden mendatang itu harus market friendly, bukan yang bikin takut. Pemilik modal bisa hengkang," tuturnya. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) menilai, perekonomian nasional tahun ini akan sangat terpengaruh kebijakan subsidi energi yang diambil. Pemerintah perlu memperjelas kebijakan ini lantaran Indonesia masih memiliki risiko lain, termasuk dari luar negeri. 3

Asisten Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Muslimin Anwar dalam diskusi bertemakan "Menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan Berkelanjutan" di Bandung, akhir pekan lalu mengatakan, faktor dalam negeri yang akan paling menjadikan risiko perekonomian nasional adalah anggaran beban subsidi BBM dalam APBN 2014. "Beban anggaran subsidi dalam APBN masih menjadi risiko terbesar perekonomian nasional. Jika bisa ditekan, ini akan menjadi momentum untuk memaksimalkan porsi anggaran kita," kata Muslimin. Masalahnya, tatkala anggaran subsidi BBM dalam APBN 2014 sudah cukup tinggi, pemerintah justru menambah anggaran belanja subsidi BBM pada Rencana APBN-P 2014. Jika sebelumnya dipatok di angka Rp 210,7 triliun, bertambah dalam APBNP menjadi Rp 285 triliun. Pengamat ekonomi, Anton Hermanto Gunawan meyakini, saat ini sudah selayaknya pemerintah mencabut subsidi untuk BBM. Selain memberatkan anggaran, subsidi BBM menyebabkan diskriminasi harga yang mengakibatkan kebocoran. Anton menyebut, murahnya harga BBM subsidi seperti premium dan solar di Indonesia, berpotensi akan kembali dijual keluar negeri dengan harga yang lebih mahal. "Kejelekan utama dari penerapan subsidi BBM itu membuat diskriminasi harga. Kalau kita tidak bisa memisahkan pasarnya, akan ada kebocoran. Kalaupun kita bisa memisahkan pasarnya, akhirnya orang beli yang murah kemudian dijual keluar negeri ataupun orang yang tadi seharusnya beli yang mahal," ucapnya. Ia menegaskan, pengurangan subsidi BBM melalui price discrimanation (perbedaan harga) tidak akan berhasil sampai kapanpun. Janganlah menerapkan price discrimination, sampai kapan pun tidak akan berhasil, ucapnya. Justru price discrimination membuka disparitas harga semakin lebar sehingga ada yang memanfaatkan untuk mencari keuntungan. Melakukan pembatasan-pembatasan konsumsi BBM diyakininya pun tidak akan pernah berhasil. Ia lebih setuju jika pengurangan subsidi BBM dengan menaikkan harga secara bertahap sehingga masyarakat nantinya terbiasa dengan kenaikan harga BBM da tidak kaget lagi. 4

Memang, ia mengakui, jika menaikkan harga BBM akan menimbulkan gejolak. Namun, gejolak tersebut dipastikannya hanya berlangsung selama dua bulan. Untuk meredam gejolak tersebut, pemerintah, menurutnya, bisa menyiapkan program subsidi langsung untuk masyarakat yang benar-benar tidak mampu. Jika dana subsidi BBM yang disalurkan ini tepat sasaran, defisit anggaran tidak melebar terus, tuturnya. Sumber : Sinar Harapan 5