Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam

dokumen-dokumen yang mirip
MAKALAH PESERTA RELEVANSI HUKUM WARIS ISLAM DAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh: Hamdani

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Sistem patriarki menempatkan perempuan berada di bawah sub-ordinasi

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

HAM DAN DEMOKRASI DASAR DASAR POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

BAB I PENDAHULUAN. pusaka peninggalan mayit kepada ahli warisnya. 1

PERNYATAAN UMUM TENTANG HAK-HAK ASASI MANUSIA

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017. HUKUM WARIS ISLAM DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA 1 Oleh: Abdul Rahmad 2

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Penjelasan umum Undang-undang Nomor

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

BAB IV PRAKTEK PEWARISAN HARTA PUSAKA TINGGI TIDAK BERGERAK DALAM MASYARAKAT ADAT MINANGKABAU DI NAGARI PARIANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

Warisan Wanita Digugat!

PEREMPUAN BALI DALAM PERWALIAN ANAK : SUATU STUDI GENDER DALAM HUKUM

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

ATAU BERKEPERCAYAAN. Nicola Colbran Norwegian Centre for Human Rights. Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH

PEREMPUAN DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Agustus 2016; disetujui: 14 Oktober 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Perspektif jender hak pekerja wanita untuk menyusui anaknya saat

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1

Analisis Hukum Islam Terhadap Pembagian Waris Dalam Adat Minang (Studi Kasus Di Desa Biaro Gadang, Sumatera Barat)

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

BAB V INSTRUMEN-INSTRUMEN INTERNASIONAL TENTANG PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA. 1. Memahami dan mengetahui sistem internasional hak-hak asasi manusia;

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Analisa Media Edisi Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK SIPIL DAN POLITIK 1 MUKADIMAH

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan patrilinial yang menyebabkan sistem pertalian kewangsaan

Prinsip Dasar Peran Pengacara

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Denpasar. Pada zaman dahulu, perempuan wangsa kesatria yang menikah dengan

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG TRADISI MELARANG ISTRI MENJUAL MAHAR DI DESA PARSEH KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM KEWARISAN

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN: KONVENSI DAN KOMITE. Lembar Fakta No. 22. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

1. Asal muasal dan standar

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB I PENDAHULUAN. selalu hidup bahagia, damai dan sejahtera yang merupakan tujuan dari perkawinan yaitu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Transkripsi:

Cara Pandang HAM dan Islam terhadap Bagian Perempuan Dalam Hukum Waris Islam Muhammad Ilyas Program Studi Pendidikan Islam, Fakultas Pascasarjana, Universitas Ibnu Khaldun ABSTRAK Tulisan ini mengkaji tentang cara pandang HAM dan Islam terhadap bagian perempuan dalam warisan yang terdapat dalam hukum Islam. Islam telah mengatur aturan pembagian waris dalam Al-Qur an secara detail. Bahkan bisa dikatakan bahwa skema hukum waris Islam diakui merupakan salah satu skema yang paling menyeluruh dan terinci. Dalam masalah waris pada dasarnya Islam mengatur bahwa bagian perempuan adalah setengah dari bagian yang didapat oleh laki-laki. Ketentuan ini sudah dipahami dan diterima oleh umat Islam sejak dahulu. Akan tetapi di masa modern ini ada beberapa kalangan terutama pengusung HAM internasional dan kalangan feminis yang mempermasalahkan aturan pembagian tersebut. Mereka berpandangan bahwa Islam memberikan seperangkat hukum yang mendiskreditkan perempuan dalam hal waris. Pembagian waris dengan perbandingan 2: antara laki-laki dan perempuan merupakan bentuk diskriminasi atas dasar jenis kelamin dan hal ini tidak sesuai dengan HAM internasional. Dalam tulisan ini, penulis ingin menegaskan sekaligus menolak pandangan yang mengatakan bahwa Islam mendiskreditkan perempuan dalam masalah waris, menolak gagasan para pemikir yang mengiginkan kesamaan hak waris antara laki-laki dan perempuan secara mutlak. Kata Kunci: Perempuan, Hukum, Waris, Islam, HAM.

PENDAHULUAN Masalah waris merupakan salah satu masalah sosial yang sangat penting di tengah masyarakat. Islam sebagai agama yang memiliki konsep yang menyeluruh pun memberikan perhatian yang besar terhadap masalah ini. Bahkan skema hukum waris Islam diakui sebagai sistem pengurutan yang paling menyeluruh dan terinci di dunia. Secara umum hukum waris Islam memberikan aturan bahwa pewaris perempuan mendapatkan bagian setengah dari bagian pewaris laki-laki. Hal ini telah ditetapkan Allah l dalam Surat An-Nisa[4] Ayat. Allah l berfirman, Allah mensyari'atkan bagi kalian tentang (pembagian pusaka untuk) anakanak kalian. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan. HAM internasional memiliki prinsip kesetaraan tanpa memandang jenis kelamin. Perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam segala aspek. Menurut HAM sebagaimana hal ini dinyatakan oleh Komite Hak Asasi Manusia, perempuan memiliki hak yang setara dengan laki-laki. Menurut Komite Hak Asasi Manusia, Perempuan harus memiliki hak-hak waris yang setara dengan laki-laki saat masa perkawinan berakhir disebabkan oleh kematian salah satu pasangan. 2 Persamaan Hak Laki-laki dan Perempuan Ketika kita berbicara mengenai HAM, maka pijakan yang tepat adalah hukum HAM internasional yang dibuat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan partisipasi internasional. Hukum yang dirumuskan pada tahun 948 ini dikenal dengan The Universal Declaration of Human Right (UDHR) atau dikenal Mashood A. Baderin, Hukum Internasional Hak Asasi Manusia & Hukum Islam, Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, 200, hlm. 48. 2 Baderin, Hukum Internasional Hak Asasi Manusia & Hukum Islam, hlm. 49. 2

di Indonesia dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang memuat tentang pokok-pokok kebebasan, persamaan, pemilikan harga, hak-hak dalam perkawinan, pendidikan, hak kerja, dan kebebasan dalam beragama. Hukum ini dinyatakan sebagai hukum yang bersifat universal, untuk seluruh manusia, dan tidak terbatas pada komunitas tertentu termasuk komunitas agama tertentu. 3 Sedangkan norma-norma yang bertentangan dengannya tidak bisa diterima dan dianggap sebagai partikularisme lokal dan tradisi. 4 Di antara asas Hak Asasi Manusia yang dinyatakan dalam mukadimah DUHAM adalah menegaskan kembali kepercayaan pada hak dasar manusia, pada martabat dan nilai seorang manusia, dan persamaan hak laki-laki dan perempuan. 5 Secara umum DUHAM mengandung empat hal pokok. Pertama, hak indiviual atau hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Kedua, hak kolektif atau hak masyarakat yang hanya dapat dinikmati bersama orang lain. Ketiga, hak sipil dan politik. Keempat, hak ekonomi, sosial, dan budaya. 6 Bagian waris termasuk ke dalam hak ekomoni, sosial, dan budaya dimana antara laki-laki dan perempuan harus menikmati hak yang sama dalam masalah ekonomi, sosial dan budaya. Perempuan sebagai seorang manusia seharusnya tidak dibeda-bedakan termasuk pembedaan atas dasar jenis kelamin. Perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sama sehingga dalam masalah hak pun memiliki hak yang sama. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Pasal DUHAM berbunyi, Semua orang 3 Walapun tidak dapat dipungkiri bahwa standar universal yang dipaksakan bagi DUHAM memunculkan culture-based resistence to right (penolakan atas dasar perbedaan budaya). Konsepsi HAM PBB tersebut mendapatkan kritik dan penolakan dari sebagian negara Dunia Ketiga dan negara-negara berasaskan Islam. Lihat Mohammad Monib, Islah Bahrawi, Islam dan Hak Asasi Manusia Dalam Pandangan Nurcholis Madjis, Jakarta: Gramedia, 20, hlm. 8. 4 Lihat Budhy Munawar Rachman, Argumen Islam untuk Liberalisme: Islam Progresif dan Diskursusnya, Jakarta: Grasindo, 200, hlm. 8; Ramin Abd. Wahid, Maqashid al-syari'ah dan Penerapan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Islam, Malang: Poltekom Malang. 5 Achie Sudiarti Luhulima, Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan: UU No.7 Tahun 984 Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita, Jakarta: Buku Obor, 2006, hlm. 39. 6 Rachman, Argumen Islam untuk Liberalisme: Islam Progresif dan Diskursusnya, hlm. 9. 3

dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. 7 Pasal 2 DUHAM berbunyi, Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam DUHAM dengan tidak ada perkecualian apa pun, seperti perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin,... 8 Lebih khusus upaya penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan disuarakan melalui forum Sidang Umum PBB pada 8 Desember 976, yang kemudian dirumuskan dalam bentuk konvensi pada bulan Maret 980, dan diberlakukan secara resmi mulai tanggal 3 September 98. Dalam pasal konvensi tersebut berbunyi, Dalam rangka menghapus diskriminasi terhadap perempuan seperti pembedaan, pemisahan, dan pengekangan hak-hak perempuan yang didasarkan atas jenis kelamin maka setiap negara harus memberikan hak dan kebebasan yang sama antara laki-laki dan perempuan di berbagai bidang, seperti bidang politik, ekonomi, budaya, pendidikan, dan bidangbidang lain. Kemudian dalam pasal 2 disebutkan: Setiap negara harus menghapus segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan bersama-sama berupaya merumuskan kebijakan yang tepat yang didukung dengan kebijakan politik guna menghapus diskriminasi terhadap perempuan. 9 Pada september 994 dilaksanakan kongres kependudukan di Mesir yang salah satu tujuannnya adalah memberikan persamaan hak perempuan di segala bidang. Kongres perempuan tersebut secara terang-terangan menyerang Islam dan menuduh Islam sebagai agama yang di sebagian hukum-hukumnya telah melakukan diskriminasi terhadap perempuan. 0 Salah satu hukum Islam yang dianggap mendiskreditkan perempuan adalah hukum yang berkenaan dengan waris. Bagian perempuan dalam Hukum 7 Luhulima, Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan: UU No.7 Tahun 984 Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita, hlm. 44. 8 Luhulima, Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan: UU No.7 Tahun 984 Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita, hlm. 47. 9 Shalahuddin Sulthan, Ternyata Wanita Lebih Istimewa dalam Warisan: Perspektif Al-Qur an dan Berdasarkan Studi Kasus, Surabaya: Pusataka IIMaN,2008, hlm.. 0 Sulthan, Ternyata Wanita Lebih Istimewa dalam Warisan: Perspektif Al-Qur an dan Berdasarkan Studi Kasus, hlm. 24. 4

Waris Islam dipandang oleh hukum hak asasi internsional sebagai tidak taat-asas dengan prinsip kesetaraan untuk perempuan. Dari sini maka muncul issu persoalan yang menunut adanya pembaruan dan kesetaraan dalam pembagian waris yang diantaranya diusung oleh para feminis. Musdah Mulia, salah satu tokoh di Indonesia yang mengusung upaya pembaruan hukum kewarisan, membangun terobosan pemikiran dan mendorong keadilan gender dalam pembagian warisan antara laki-laki dan perempuan dengan mengajukan skema pembagian waris :. Musdah Muliah mengatakan bahwa skema pembagian waris 2: antara laki-laki dan perempuan tidak memiliki keadilan gender. Hukum Waris Islam Tidak Mendiskreditkan Perempuan Perlu diketahui bahwa Islam menetapkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki hak waris terhadap harta peninggalan orang tua maupun kerabatnya yang meninggal. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam Surat An-Nisa [4] Ayat 7, Allah l berfirman, Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. Penegasan bahwasanya perempuan mendapatkan bagian warisan tersebut merupakan penghargaan yang besar dari Islam terhadap perempuan. Sebelumnya di masyarakat Arab, tradisi yang ada tidak memberikan hak waris kepada perempuan dan anak-anak. Di masa sekarang juga masih ada hukum adat yang Muhib Hidayatullah, Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendekatan Gender dalam Pembagian Warisan: Studi Atas Pemikiran Siti Musdah Mulia, 20, Skripsi S pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta: tidak diterbitkan. 5

tidak menetapkan perempuan sebagai ahli waris, contohnya Hukum Adat Waris dalam masyarakat Batak Toba. Ketentuan pokok dalam hukum waris Batak Toba adalah bahwa hanya anak laki-laki yang menjadi ahli waris, anak perempuan bersama harta peninggalan ayahnya berpindah ke tangan ahli waris yang kemudian berdasarkan kebijaksanaannya sendiri atau adat menentukan bagian yang menjadi perolehan anak perempuan tersebut. Sedangkan janda dengan atau tanpa anak laki-laki tidak dapat mewarisi harta peninggalan suaminya. 2 Tuduhan diskriminasi pembedaan derajat perempuan bertolak dari hukum yang terdapat dalam Surat An-Nisa[4] Ayat, dimana Islam telah menetapkan bahwa bagian laki-laki adalah dua kali lipat bagian perempuan. Ketentuan waris dalam Al-Qur an ini tidak menunjukkan bahwa derajat wanita lebih rendah dibanding dengan laki-laki. Akan tetapi laki-laki mendapatkan bagian dua kali lipat daripada bagian perempuan disebabkan ia mendapat tanggung jawab yang harus dipenuhi terhadap istrinya yang notabene adalah perempuan. Bahkan ini lebih merupakan bentuk penghormatan ketimbang diskriminasi perempuan dan merupakan jaminan ekonomi yang diberikan kepada perempuan. Dengan ketentuan ini, Islam mengistimewakan perempuan atas lakilaki, dan sama sekali tidak menunjukkan kesuperioritasan laki-laki terhadap perempuan karena skema waris seperti ini didasarkan atas asas keseimbangan antara hak dan kewajiban yang justru akan mengarah kepada keadilan 3. Para mufassir menjadikan kewajiban laki-laki memberi nafkah kepada perempuan sebagai alasan bagi adanya pembagian waris laki-laki dua kali lipat warisan perempuan. Laki-laki memiliki tanggungan beban yang berlipat daripada wanita. Laki-laki disamping menafkahi dirinya sendiri, dia juga memiliki kewajiban menafkahi istri dan anak-anaknya. Sementara perempuan hanya menafkahi dirinya sendiri, jika ia menikah maka ia dinafkahi oleh suaminya. 4 2 Sulistiyowati Irianto, Perempuan Di Antara Berbagai Pilihan Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, hlm. 20. 3 Liat Nurjannah Ismail, Perempuan Dalam Pasungan: Bias Laki-laki dalam Penafsiran, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2003, hlm. 208; dan Sulthan, Ternyata Wanita Lebih Istimewa dalam Warisan: Perspektif Al-Qur an dan Berdasarkan Studi Kasus, hlm.. 4 Ismail, Perempuan Dalam Pasungan: Bias Laki-laki dalam Penafsiran, hlm. 206. 6

Maka dalam hal ini perempuan sebenarnya memiliki bagian yang lebih banyak jika dibandingkan dengan apa yang akan diperoleh oleh laki-laki yaitu di satu sisi ia memperoleh hak waris, di sisi lain ia juga memperoleh hak nafkah dari pihak laki-laki. Perempuan tidak dibebani kewajiban mencari nafkah untuk rumah tangga, menyediakan tempat tinggal, dan pembiayaan bagi anak-anak mereka. Jika dipandang secara lahiriah sebenarnya ketentuan seperti ini tampak merugikan laki-laki, bukan sebaliknya. Ketika perempuan mendapatkan harta waris, ia memiliki hak penuh atas harta itu. 5 Dalam kaitannya dengan tuduhan diskriminasi atas dasar jenis kelamin, dalam Islam bagian warisan untuk perempuan tidak selalu setengah dari bagian laki-laki. Akan tetapi jika kita cermati ada bebearapa kondisi yang mennyebabkan seorang perempuan memperoleh bagian waris yang sama dengan laki-laki. Di antaranya kondisi-konsisi sebagai berikut: 6 Ayah Ibu Anak /6 /6 Ashabah (Sisa) Ayah Ibu Dua Anak Perempuan /6 + Bagian Sisa /6 2/3 4 Suami Ayah Ibu Anak Perempuan /4 /6 + Bagian Sisa /6 /2 3 2 2 6 5 Ismail, Perempuan Dalam Pasungan: Bias Laki-laki dalam Penafsiran, hlm. 207. 6 Lihat Sulthan, Ternyata Wanita Lebih Istimewa dalam Warisan: Perspektif Al-Qur an dan Berdasarkan Studi Kasus, hlm. 4-45. 7

Ayah Nenek dari Garis Ibu (Ibunya Ibu) Anak Laki-laki /6 /6 Ashobah (Sisa) Ayah Nenek dari Garis Ibu (Ibunya Ibu) Dua Anak Perempuan /6 + Bagian Sisa /6 2/3 4 Suami Ibu Saudara Perempuan Seibu Saudara Laki-laki Seibu /2 /6 Bergabung dalam bagian /3 (masing-masing /6) 3 Beberapa contoh kasus tersebut di atas menunjukkan bahwa bagian lakilaki sama dengan bagian perempuan. Hal ini menjelaskan bahwa pembagian hak waris tidak semata hanya berdasarkan faktor jenis kelamin. Jadi salah jika ada yang mengatakan bahwa Hukum Waris Islam mendiskreditkan perempuan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa laki-laki mendapatkan bagian dua kali lipat lebih besar dari bagian wanita bukan semata-mata mendiskreditkan perempuan (menganggap perempuan lebih rendah), tetapi berdasarkan prinsip keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hubungan antara waris dan nafkah terlihat jelas dalam kasus pembagian waris di mana ahli warisnya adalah beberapa orang saudara laki-laki dan satu saudara perempuan seibu, dimana satu saudara laki-laki memperoleh bagian yang sama besar dengan satu saudara perempuan. Hal ini disebabkan tali kekerabatan diantara mereka lemah (jauh), sehingga saudara laki-laki tidak dibebani tanggung jawab untuk menafkahi saudara 8

perempuan seibu. Oleh karena itu Allah l memberikan ketentuan pembagian waris yang sama di antara mereka. Hal ini bisa dilihat dalam contoh berikut: Suami Ibu Saudara Laki-laki Seibu Saudara Perempuan Seibu /2 3 /6 Bergabung dalam bagian /3 (masing-masing /6) Jika yang menjadi ahli waris adalah saudara perempuan kandung bersama saudara laki-laki kandung, maka bagian saudara perempuan kandung adalah setengah dari bagian saudara laki-laki kandung. Namun, adanya tali kekerabatan yang lemah di antara saudara perempuan dan saudara laki-laki seibu menyebabkan masingmasing dari mereka, baik laki-laki maupun perempuan, memperoleh bagian yang sama besar. Penutup Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa skema waris dalam Islam tidaklah bersifat diskriminasi gender. Akan tetapi perbedaan bagian antara laki-laki dan perempuan tersebut didasari atas keseimbangan antara hak dan kewajiban masing-masing ahli waris baik laki-laki maupun perempuan. Pada kasus-kasus dimana skema waris membagi antara bagian laki-laki dan perempuan dengan bagian yang sama besarnya menunjukkan pembeda bagian tersebut tidak semata-mata atas dasar perbedaaan jenis kelamin. Jadi ketentuan hukum Islam yang Allah l turunkan sesuai dengan prinsip keadilan dilihat dari berbagai sisi. Tidak sebagaimana pandangan HAM yang hanya melihat dari satu sisi saja yaitu jenis kelamin - yang justru hakikatnya mencerminkan ketidakadilan. 9

DAFTAR PUSTAKA Abd. Wahid, Ramin. Maqashid al-syari'ah dan Penerapan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Islam. Malang: Poltekom Malang. Baderin, Mashood A. 200. Hukum Internasional Hak Asasi Manusia & Hukum Islam, Jakarta: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Hidayatullah, Muhib.20. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendekatan Gender dalam Pembagian Warisan: Studi Atas Pemikiran Siti Musdah Mulia, Skripsi S pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta: tidak diterbitkan. Iskandar, Pranoto. 202. Hukum HAM Internasional: Sebuah Pengantar Kontekstual.Cianjur: IMR Press. Irianto, Sulistiyowati. 2005. Perempuan Di Antara Berbagai Pilihan Hukum, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ismail, Nurjannah. 2003. Perempuan Dalam Pasungan: Bias Laki-laki dalam Penafsiran, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. Luhulima, Achie Sudiarti. 2006. Bahan Ajar Tentang Hak Perempuan: UU No.7 Tahun 984 Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Jakarta: Buku Obor. Monib, Mohammad, Islah Bahrawi. 20. Islam dan Hak Asasi Manusia Dalam Pandangan Nurcholis Madjis. Jakarta: Gramedia. Rachman, Budhy Munawar. 200. Argumen Islam untuk Liberalisme: Islam Progresif dan Diskursusnya. Jakarta: Grasindo. Sulthan, Shalahuddin. 2008. Ternyata Wanita Lebih Istimewa dalam Warisan: Perspektif Al-Qur an dan Berdasarkan Studi Kasus. Surabaya: Pusataka IIMaN. 0