BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Sumber :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN. Disusun Oleh : Nama : Hendri Tandiono NIM :

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

L2

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB 3 METODE PENELITIAN. dalam mengumpulkan data harus dilakukan studi lapangan, survei atau. observasi ke tapak secara langsung.

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB IV ANALISIS. IV.1 Aspek Manusia. IV.1.1 Pelaku, Jenis Kegiatan, Karakteristik. Gambar IV-1 Rata-Rata Waktu dari Kegiatan Harian Atlet

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB III. Metode Perancangan. sarana atau tempat untuk refreshing. Hal ini tidak terlepas dari metode

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

Dukuh Atas Interchange Station BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

PERANCANGAN BANGUNAN HEMAT ENERGI DENGAN PENDEKATAN PERANCANGAN PASIF PADA ASRAMA ATLET DI SENAYAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Jakarta adalah kota yang setiap harinya sarat akan penduduk, baik yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB III METODE PERANCANGAN. ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. yang ada pada daerah Malang selatan sehingga muncul ide untuk merancang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah

BAB III METODE PERANCANGAN. harus diperhatikan dengan teliti agar menghasilkan hasil yang maksimal.

BAB III METODE PERANCANGAN. merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang diperoleh dari studi

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

-BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

BAB 3 METODE PERANCANGAN. tempat atau fasilitas yang memadai. Banyaknya masyarakat Kota Pasuruan yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAPORAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AKHIR

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berubah dibandingkan dengan perancangan bangunan tempat ibadah pada masa

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN. sebagai alat visual metode merancang arsitektur. Adapun tahapan dan kerangka dari

REDESAIN STADION DAN SPORT HALL JATIDIRI SEMARANG

KOMPLEKS OLAHRAGA SURABAYA DI JAWA TIMUR Penekanan Desain Arsitektur High - Tech

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Perancangan. adalah melalui jalur pariwisata.

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PROYEK

Kegiatan Harian Atlet BAB IV ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Angka pertambahan penduduk yang tinggi dan perkembangan pesat di

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode Perancangan merupakan cara berfikir dengan menyesuaikan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

RUMAH SUSUN SEWA ANGGOTA TNI KOPASSUS DI KAWASAN CIJANTUNG JAKARTA TIMUR KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB III METODE PENELITIAN

STUDIO TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISA TAPAK

Ichsan Ahmadi

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi / Tugas Akhir Angkatan 60 Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Arsitektur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENGAPLIKASIAN KONSEP HEMAT ENERGI DI WISMA ATLET SENAYAN. TUGAS AKHIR Semester Genap Tahun 2010/2011

PENERAPAN KULIT BANGUNAN YANG BERKELANJUTAN PADA WISMA ATLET DI SENAYAN

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Pendidikan Atlet Binaan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan tema combined methapor dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Toyota Retail Sales Sumber : Toyota Retail Sales Progress, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Judul Proyek. Kota Jakarta adalah tempat yang dianggap menyenangkan oleh mayoritas

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak cabang olahraga yang dapat menjadi kebanggaan, seperti sepakbola, bulutangkis, atletik, renang, tinju, dan sebagainya. Namun ironisnya, untuk mendukung kesemuanya itu masih terganjal beberapa masalah yang justru menjadi point amat penting untuk memajukan cabang-cabang olahraga tersebut. Faktanya, para atlet cabang-cabang olahraga tersebut pun banyak mengeluhkan beberapa masalah, salah satunya adalah kurangnya kebutuhan ruang tinggal untuk para atlet sebelum menjalani pertandingan untuk lebih fokus menyiapkan konsentrasi, mental, tenaga, pikiran, strategi, dan sebagainya. Khususnya di Jakarta sebagai jantung ibukota, Kawasan Gelora Bung Karno Senayan merupakan kawasan yang cukup baik dan lengkap dengan lingkungannya yang menunjang sebagai fasilitator untuk tempat pemusatan latihan dari para atlet, namun ketersediaan kebutuhan akan ruang tinggal untuk para atlet di Senayan seperti yang telah disebutkan masihlah kurang untuk memenuhi kriteria yang selayaknya, khususnya yang sedang melakukan pemusatan latihan untuk pertandingan. Kondisi ruang tinggal untuk atlet yang ada dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Kebutuhan para atlet untuk tempat tersebut dirasakan sudah kurang cocok lagi dengan kebutuhan para atlet di jaman sekarang. Melihat keadaan tersebut, keberadaan wisma atlet dapat menjadi salah satu solusi untuk menjawab kebutuhan para atlet tersebut. Gambar I-1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber : www.gelorasenayan.com 1

Selain itu, kegiatan harian atlet khususnya di Senayan, Jakarta membutuhkan mobilitas yang berbeda dengan kegiatan harian atlet pada umumnya, yang membedakan adalah lingkungan dan kegiatan pemusatan latihannya yang difokuskan pada Kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Apabila mobilitas kegiatan harian para atlet di Senayan, Jakarta didukung dengan ruang-ruang pencapaian kegiatan yang baik maka dapat berdampak positif bagi para atlet, khususnya dalam pembentukan perilaku para atlet. Selain itu, mobilitas kegiatan harian para atlet di Senayan, Jakarta khususnya terkait dengan kegiatan pemusatan latihan perlu didukung juga oleh suatu rancangan ruang yang dapat mengintegrasikan hubungan antara kegiatan dengan baik dan kegiatan dengan lingkungan/kawasan berada. Hal ini diperkuat oleh Rapoport (1979) yang menyatakan bahwa dalam membentuk perilaku seseorang di dalam arsitektur diperlukan aksi dan reaksi yang tepat. Aksi dan reaksi tersebut erat kaitannya dengan gerak. Gerak dalam arsitektur terbentuk dari sub-sub kegiatan yang saling berhubungan (dapat dilakukan oleh satu orang atau lebih). Pencapaian kegiatan bukanlah melulu dari cepat atau tidaknya bergerak tetapi dari mudah atau tidaknya seseorang bergerak sehingga diperlukan rancangan ruang yang dapat secara mudah mengakomodasikan pencapaian kegiatan tersebut. Dari hasil wawancara terhadap tiga orang atlet di Hotel Atlet Century, Senayan, mereka masing-masing merindukan adanya komunikasi yang jelas antara bangunan dengan tempat mereka latihan yakni di Kawasan Gelora Bung Karno Senayan. Meskipun harus berpindah dari kawasan satu dengan lainnya, mereka menginginkan adanya kemudahan akses/sirkulasi menuju tempat mereka latihan. Oleh sebab itu, sangatlah diperlukan suatu rancangan ruang yang dapat mengintegrasikan hubungan antar kegiatan baik dalam bangunan maupun dengan lingkungan/kawasan berbeda. Hal senada juga dinyatakan oleh sebuah sumber olahraga SNC for AF (2009), bahwa para atlet selain membutuhkan ruang tinggal, juga membutuhkan aksi aktif yang berbeda dengan orang lainnya. Aksi aktif yang dimaksudkan adalah kecenderungan perilaku agresif, cepat, dan kuat dari para atlet yang aktif. Aksi aktif ini membuat mereka membutuhkan ruang-ruang yang dapat mengakomodasikan mobilitas dari kegiatan mereka sehari-hari. 2

Bertolak pikir dari keadaan tersebut, mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan menjadi ide dan sumbangan dasar pemikiran rancangan wisma atlet bagi perkembangan kawasan dan para atlet sendiri untuk terjawab di masa datang. Dengan adanya kebutuhan ruang tinggal seperti wisma atlet di Senayan, Jakarta ini diharapkan para atlet dapat lebih fokus untuk menyiapkan konsentrasi, mental, tenaga, pikiran, strategi, dan sebagainya sebelum bertanding. Foto I-1 Kondisi Ruang Tinggal untuk Atlet di Senayan Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011 I.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan sasaran arsitektural dari proyek : Memenuhi kebutuhan arsitektural berupa ruang untuk para atlet. Menghasilkan rancangan ruang pada desain wisma atlet, baik itu ruang dengan ruang di dalam bangunan ataupun bangunan dengan lingkungan (dalam dan luar) berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan. Memenuhi kebutuhan para atlet akan fasilitas-fasilitas pada wisma atlet yang dapat memenuhi kebutuhan para atlet dalam melakukan mobilitas kegiatan harian mereka di Senayan. Menghasilkan sebuah kawasan yang mempertimbangkan aspek urban development. Tujuan arsitektural dari proyek : Menghasilkan desain wisma atlet yang merupakan kebutuhan berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan, Jakarta. 3

I.3 Lingkup Pembahasan Gambaran Proyek Kasus Proyek Kondisi wisma atlet di Senayan (Kawasan Gelora Bung Karno) saat ini dapat dikatakan cukup memprihatinkan. Kondisi bangunan yang tidak terawat serta luas setiap unit ruangannya dirasakan sudah kurang cocok lagi dengan kebutuhan para atlet di jaman sekarang. Beberapa kamar di wisma yang besarnya 3 x 3 meter itu dilengkapi dengan kipas angin dan beberapa lainnya dilengkapi dengan AC. Pada beberapa kamar kondisi pengudaraan alaminya terasa kurang lancar/sehat. Fasilitas yang ada di wisma pun masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan para atlet dalam melakukan kegiatan keseharian mereka. Sehingga ide untuk mendesain ulang kawasan tersebut adalah salah satu ide yang dapat dijadikan salah satu sumbangan pemikiran bagi perkembangan kawasan tersebut di masa yang akan datang. Pemilik Proyek Pengelola Kawasan Gelora Senayan. Peta I-1 Besaran Proyek Peta DKI Jakarta Ukuran luas bangunan proyek yang harus direncanakan sesuai dengan ketentuan peraturan adalah ± 27.230 m 2 (berdasarkan luas lahan bruto ± 10.892 m 2 ). Letak Proyek Letak Proyek Letak lokasi proyek secara administratif berada dalam wilayah DKI Jakarta, Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan Gelora, Kawasan Senayan, Jakarta Pusat. Lokasi U Sumber : http://www.wikipedia.org/ proyek itu sendiri terletak di arah selatan dari Kawasan Gelora Bung Karno tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan. 4

Peta I-2 Letak Lokasi Proyek Letak Proyek U Kondisi Eksisting Sumber : www.tatakota-jakartaku.net/ Lahan Tapak Peta I-3 Lahan Tapak Terhadap Kawasan Gelora Senayan 26 m 18 m GSB 10 m GSB 8 m Sumber : www.gelorasenayan.com 5

Foto I-2 Lahan Tapak Terhadap Kawasan Gelora Senayan Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011 a. Luas Lahan : ± 10.892 m 2 b. Bentuk Lahan : Persegi panjang, sisi bagian barat relatif tidak beraturan c. Regulasi Lahan : KDB 20%, KLB 2,5, Ketinggian max.24 lantai d. Batas Area Lahan : Utara : Jalan Pintu Satu Senayan & Kawasan Gelora Bung Karno Senayan Timur : Hotel Atlet Century, Gedung Pendidikan, & FX Lifestyle X nter Barat : Gedung Koni Pusat & Jalan Asia Afrika Selatan : Wisma Serba Guna e. Tata Ruang Lahan : Dengan tipe masa bangunan tunggal dan sebagian besar tata ruang untuk taman umum f. Peruntukan Lahan : Kut (Karya Umum Taman), 80% lahan diperuntukkan untuk taman umum g. Kontur Lahan : Topografi lahan secara garis besar relatif datar h. Kondisi Eksisting Lahan : Merupakan lahan terbangun (Wisma Fajar) dengan kondisi siap redesign 6

Lahan tapak memiliki karakteristik fisik memanjang dari arah samping kanan sebagai batas timur terus ke arah barat dengan sisi bagian barat relatif tidak beraturan. Lokasi lahan tapak sangat strategis karena tepat berada di Kawasan Gelora Bung Karno Senayan tepatnya di Jalan Pintu Satu Senayan. Demikian pula visibilitas lahan tapak secara keseluruhan memiliki keunggulan dengan letaknya yang strategis dan mudah dijangkau. Kondisi fisik lahan tapak sebagian besar arealnya memiliki tendensi secara keseluruhan rata. Dengan keadaan topografi demikian, lahan ini memiliki potensi untuk didesain dengan perancangan lansekap untuk menyempurnakan kondisi muka tanah tanpa proses cut & fill yang berlebih. Foto I-3 Batas Area Lahan Tapak Utara Timur Barat Selatan Sumber : Survei Lapangan, Jumat, 25 Februari 2011 Topik Perilaku harian atlet (daily behaviour of athletes). Tema Mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan terhadap desain wisma atlet. 7

I.4 Metodologi Karya tulis ini disusun dengan berdasarkan kepada dua pendekatan metode, antara lain : Pendekatan penelitian, untuk mendapatkan masalah arsitektural dan mendapatkan data-data sebagai landasan untuk analisis sehingga didapatkan konsep untuk suatu rancangan. Pendekatan desain, dilakukan dengan metode desain dari G. Broadbent dalam Design In Architecture yaitu teori pendekatan arsitektur yang menyatakan bahwa perancangan arsitektur dapat disarikan menjadi suatu proses penggabungan dari 3 sistem, yakni human system, environmental system, dan building system. 1. Pendekatan Penelitian Desain dan Pendekatan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat verifikatif (penerapan teori-teori). Penekanannya dengan menggunakan survei dan teori-teori berdasarkan mobilitas kegiatan harian para atlet khususnya di Senayan. Penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Paradigma Penelitian Gambar I-2 Paradigma Penelitian 8

Pemilihan Subyek Populasi Penelitian akan dilakukan pada ruang tinggal atlet yang memiliki karakteristik yang sama dengan wisma atlet pada umumnya, yakni atletatlet yang menginap di Wisma Atlet Ragunan (± 80 orang) dan Hotel Atlet Century (± 40 orang). Karakter populasi dipilih selain karena memiliki karakteristik yang sama dengan wisma atlet pada umumnya juga memenuhi beberapa kriteria, yakni mereka adalah atlet professional dan pelatnas, serta mereka terdiri dari berbagai cabang olahraga. Daerah inilah yang akan dijadikan populasi penelitian. Sampling dan Teknik Sampling Dari sekian banyak populasi seperti yang telah disebutkan diatas, besarnya ukuran sample dihitung menggunakan rumus Slovin sebagai berikut: Jumlah Sample = N / (1+N.e.e) N = Jumlah populasi e = Sampling eror ratio Sehingga untuk penelitian ini dimana diasumsikan sampling eror adalah 15%, maka didapat ukuran sample-nya adalah : Jumlah Sample = (80+40) / (1+120.0,15.0,15) = 32,333 dibulatkan 30 orang. Adapun dari banyak cara sampling yang ada, penulis memilih menggunakan metode proporsional Data yang terkumpul adalah hasil undian secara acak dengan sampling yang dependent (sampling dengan ciri dan sifat yang tidak sama namun dipilah secara proporsional). Sampel proporsional adalah sampel yang diambil dari suatu populasi dan setiap anggota populasi dengan dipilih secara proporsional karena mempunyai ciri, sifat, dan kesempatan yang tidak sama (Singarimbun dan Efendi, 1987 : 162). 9

Tempat Penelitian Penelitian rencana dilakukan di Wisma Atlet Ragunan dan Hotel Atlet Century (untuk sampel atlet di Senayan). Adapun alasan pemilihan rencana tempat-tempat penelitian ini adalah dikarenakan memiliki kriteria yang sama yakni sebagai ruang tinggal atlet (karakterisitik sama dengan kelas wisma atlet pada umumnya) sehingga memudahkan untuk memperbandingkan antara satu dengan yang lainnya dan untuk pengumpulan data berdasarkan sampling yang berhubungan dengan mobilitas kegiatan harian para atlet pada umumnya dan di Senayan pada khususnya. Waktu Pengumpulan Data Penelitian lapangan ini bersifat temporer (cross sectional), pengumpulan data dilakukan pada hari Jumat, 25 Februari 2011, pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB dan hari Minggu, 27 Maret 2001, pada pukul 08.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB. Adapun alasan dari pemilihan waktu tersebut karena hari Jumat merupakan hari beraktivitas normal dan hari Minggu adalah hari libur dengan aktivitas yang berbeda. Jenis Data Jenis data yang diambil adalah data kualitatif, di mana merupakan tanggapan-tanggapan dan persepsi dari para atlet dan data kuantitatif, di mana menggunakan skala nominal, ratio, dan interval. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan sistem observasi (survei/pengamatan langsung ke lapangan) dan sistem wawancara kepada masyarakat sekitar lokasi dan para atlet yang menjadi penghuni unit masingmasing wisma atlet tersebut. Wawancara berupa pertanyaan pertanyaan yang dirancang untuk mengambil informasi yang berhubungan dengan mobilitas kegiatan harian para atlet pada umumnya dan di Senayan pada khususnya serta faktor-faktor pendukung lainnya. Alat yang digunakan adalah perekam suara. Selain itu, pengumpulan data juga dilengkapi dengan data-data lingkungan sekitar lahan tapak dan studi pustaka/literatur untuk menguatkan data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya dengan sistem observasi dan sistem wawancara. 10

Analisis Analisis mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan Analisis mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan dilakukan secara deskriptif. Data yang telah terkumpul, baik data primer maupun data sekunder disajikan dalam bentuk tabel/diagram secara ringkas untuk mempermudah analisis dan kemudian digabungkan secara verifikatif dengan studi literatur/kepustakaan lainnya yang berhubungan. Hasil analisis dijadikan acuan untuk menjawab permasalahan arsitektur yang ada. Interpretasi Kegiatan interpretasi ini meliputi interpretasi tentang mobilitas kegiatan harian para atlet pada umumnya dan di Senayan pada khususnya. Kegiatan interpretasi ini dilakukan dengan teknik langsung (attended service) Peneliti terjun langsung ke lapangan dengan mengamati tingkah laku dan kegiatan harian para atlet. Selain itu, peneliti pun menempatkan diri sebagai audiens dan berinteraksi dengan para atlet. 2. Pendekatan Desain Problem statement didasari ke dalam system approach yang dikembangkan oleh G. Broadbent dalam Design In Architecture yaitu teori pendekatan arsitektur yang menyatakan bahwa perancangan arsitektur dapat disarikan menjadi suatu proses penggabungan dari 3 sistem yaitu : a. Human System, yang merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas dari manusia sebagai pelaku kegiatan. Pertimbangan segi humanis tersebut berdasarkan topik dan tema meliputi : atlet sebagai pelaku utama, mobilitas kegiatan atlet sehari-hari (pola kegiatan), program ruang, dan rancangan ruang. b. Environmental System, yang merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang menyangkut kondisi lingkungan kawasan sampai pada tapak yang direncanakan. Pertimbangan dalam segi lingkungan berdasarkan topik dan tema meliputi : sirkulasi/aksesibilitas (sirkulasi kendaraan meliputi mobil, motor, dan bus serta sirkulasi pejalan kaki meliputi atlet, pengelola, pengunjung, baik pengujung umum ataupun khusus seperti 11

pers/wartawan/reporter), kebisingan, polusi, mobilitas lingkungan (view, matahari, keadaan lingkungan sekitar, dan sebagainya), hubungan dari dalam ke lingkungan/kawasan Gelora Bung Karno Senayan, dan pertimbangan lingkungan sosial budaya (bangunan diharapkan dapat beradapatasi secara sosial dan budaya pada lingkungan sekitar tapak). c. Building System, yang merupakan pertimbangan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sistem bangunan. Pertimbangan segi bangunan meliputi, rancangan ruang, penggunaan material, metode pembangunan struktur, utilitas, dan konstruksi bangunan. Hasil dari system approach tersebut digunakan sebagai alat pemandu dalam membuat skematik desain, yaitu tahap awal dari fase problem solving. I.5 Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan karya tulis tugas akhir ini dibedakan menjadi 5 bagian besar, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang proyek, juga dibahas mengenai maksud dan tujuan arsitektural dari proyek. Bagian ini juga memuat lingkup pembahasan yang difokuskan pada pelaksanaan suatu pekerjaan dan meliputi gambaran proyek, metodologi yang digunakan dalam penelitian, dan metode desain. Selain itu, bagian ini pun memuat sistematika pembahasan dan kerangka berpikir dari metodologi yang digunakan. BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini dibahas mengenai tinjauan umum dari proyek, tinjauan khusus topik dan tema, kelengkapan data lainnya, dan relevansi pustaka pendukung (landasan teori, studi literatur, dan studi banding). 12

BAB III PERMASALAHAN Dalam bab ini dibahas mengenai identifikasi permasalahan arsitektural yang digali dan dikaji dari hasil tinjauan referensi dan landasan teori. Bagian ini pun memuat rumusan permasalahan arsitektural yang merupakan hasil dari identifikasi permasalahan arsitektural tersebut. BAB IV ANALISIS Dalam bab ini dibahas mengenai ketajaman dan relevansi pendekatan perancangan arsitektural sesuai dengan topik. Selain itu, pada bagian ini juga memuat tentang bagaimana penerapan ketajaman dan ketepatan teori arsitektural yang dipadukan dengan pendekatan khusus (topik) di dalam pendekatan perencanaan, yang meliputi : analisis kondisi dan potensi lingkungan (pengolahan lokasi, tapak, orientasi, mobilitas, karakter, sirkulasi, dan sebagainya), analisis kegiatan dan sistem ruang (mobilitas kegiatan, hubungan kegiatan, kebutuhan ruang, hubungan ruang, program ruang, bentuk ruang, dan sebagainya), dan analisis sistem bangunan (bentuk bangunan, struktur, dan utilitas bangunan). BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Dalam bab ini dibahas mengenai dasar perencanaan dan perancangan, konsep perencanaan dan perancangan (lokasi, tapak, ruang, estetika bangunan, struktur, dan utilitas bangunan), penekanan khusus dari konsep perencanaan dan perancangan, dan tuntutan rancangan. 13

I.6 Kerangka Berpikir Gambar I-3 Kerangka Berpikir JUDUL TUGAS AKHIR RANCANGAN WISMA ATLET SENAYAN-JAKARTA BERDASARKAN MOBILITAS KEGIATAN HARIAN ATLET DI SENAYAN LATAR BELAKANG AKTUALITA a. Wisma atlet Senayan yang bernama Wisma Fajar sudah tidak digunakan lagi sebagai wisma atlet b. Atlet merupakan individu yang memiliki kecepatan mobilitas/pergerakan. URGENSI Perlunya perencanaan wisma atlet yang mengakomodasikan mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan ORIGINALITAS Integrasi ruang pada wisma atlet di Senayan berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet khususnya di Senayan MAKSUD dan TUJUAN Menghasilkan desain wisma atlet yang merupakan kebutuhan berdasarkan mobilitas kegiatan harian atlet di Senayan, Jakarta F E PENELITIAN PERMASALAHAN ANALISIS Analisa permasalahan berdasarkan aspek manusia, bangunan, dan lingkungan LANDASAN TEORI TINJAUAN UMUM Wisma Atlet Wisma Atlet TINJAUAN KHUSUS Perilaku atlet Mobilitas kegiatan Latihan Lingkungan Ruang E D B A C K KONSEP PERANCANGAN Hasil dan kesimpulan dari analisis permasalahan SKEMATIK DESAIN PERANCANGAN 14