KONSEP DESAIN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA RESOR DI DAERAH BERIKLIM TROPIS LEMBAB Oleh: Devina Rachmawati, Sri Nastiti NE, Gusti Ngurah Antaryama Latar Belakang Penyumbang terbesar industri konstruksi bangunan. Bangunan mengkonsumsi 40% dari total energi di seluruh dunia, 16% air besih, 25% kayu hutan (UNCHS,1993). Bangunan bertanggung jawab atas emisi gas CO 2 yang dikeluarkan sebesar 50% (Petrocian, 2001). Resor menyumbang 78 ton gas emisi CO 2 dan menghabiskan 26.000 L generator diesel berbahan bakar solar tiap (www.energymatters.com.au). Global warming Diperlukan penerapan prinsip-prinsip dan konsep arsitektur ekologis sudut pandang dan pendapat para ahli tentang arsitektur ekologis 1
Tujuan Mengevaluasi dan menjelaskan prinsip-prinsip arsitektur ekologis diterapkan pada eko-resor Mengeksplorasi dan menganalisa prioritas desain terkait dengan penerapan prinsip arsitektur ekologis Manfaat Acuan penentuan prinsip-prinsip desain dan aspek penilaian merencanakan konsep desain pada bangunan eko-resor di daerah tropis lembab. Masukan terhadap Konsil Bangunan Hijau Indonesia assessment GREENSHIP untuk eko-resor yang berada di daerah beriklim tropis lembab di Indonesia. Acuan kegiatan mengurangi dampak pemanasan globaldari sisi perencanaan arsitektur ekologis Objek Penelitian Sarinbuana Eco-Lodge Desa Wanagiri, Selemadeg, Tabanan-Bali a a Bali Eco-Stay Selemadeg Timur, Tabanan-Bali PPLH Seloliman Kec. Trawas, Kab. Mojokerto Jatim. 2
Metoda Penilaian Data Kombinasi antara eksploratif dan evaluatif. Teknik pengumpulan data antara lain dengan teknik pemotretan, interview, pengukuran, pengamatan, dan pembagian kuisioner. Metoda Penilaian Data Aspek Penilaian Pembangunan Tapak Efisiensi dan Konservasi energi Variabel Penilaian Desain Tapak Desain Lansekap Jenis Konstruksi Bangunan Pemanfaatan potensi tapak sebagai sumber energi alternatif Konfigurasi massa bangunan Orientasi bangunan Proporsi denah Rasio antara luasan bukaan dengan permukaan dinding Bentuk dan material atap Pembayangan Pemilihan lampu Kontrol lampu Indikator Penilaian Konfigurasi massa bangunan menyebar Tingkat kerapatan massa bangunan rendah Luasan tanah non perkerasan semaksimal mungkin (GREENSHIP menetapkan minimal 30% dari luas total lahan) Konstruksi sistem panggung Sumber energi alternatif Konfigurasi massa bangunan menyebar Orientasi bangunan U-S Proporsi denah persegi panjang dengan rasio 2:1 menghadap U-S Nilai WWR 10-20% Material atap yang tidak menyerap panas Pemilihan lampu hemat energi Peletakan Saklar lampu mudah dijangkau Beban konsumsi listrik rata-rata/bulan max.40,80 KWh/GN (lihat pada tabel 3.4. Konsumsi energi dan air bersih) 3
Aspek Penilaian Konservasi Air Variabel Penilaian Pemanfaatan potensi tapak / kondisi klimatologi daerah sebagai sumber energi alternatif Desain penampungan air hujan Desain toilet dan Kamar mandi Pemilihan kloset dan alat keluaran air Pemanfaatan daur ulang air kotor Kesehatan dan Konfigurasi massa bangunan Kenyamanan Oi Orientasi ibukaan Proporsi denah Rasio antara luasan bukaan dengan permukaan dinding Bentuk dan material atap Pembayangan Pemilihan lampu Kontrol lampu Pemilihan material maupun Indikator Penilaian Implementasi penampungan air hujan (ada tidaknya dan kegunaan) Toilet dan kamar mandi dirancang kering Debit keluaran air 4.5 L untuk kloset 9 L untuk shower 7 L untuk keran Implementasi kolam daur ulang air kotor (ada tidaknya dan kegunaan) Beban kubikasi air PDAM/bulan dalam setahun (lihat tabel1. Energy and water consumption) Hasil survey tamu resor Sb Seberapa sering dan banyak orang menggunakan lampu padasiang hari Seberapa jauh dengan sumber bising Tanpa kandunganformaldyhde, tanpa kandungan asbestos, tanpa kandungan lead contained paint Aspek Penilaian Sumber dan Daur Material Variabel Penilaian Pemilihan material pada elemen bangunan (atap, dinding, lantai, dll.) Lapisan akhir material Proses material Indikator Penilaian Material ramah lingkungan (merujuk pada GREENSHIP) Material didapat sedekat mungkin dari lokasi resor Inovasi penggunaan kembali Pengolahan sampah material bekas atau sisa Proses pengolahan material dikerjakan oleh warga setempat Penerapan prinsip 3R Adanya kebijakan ekologis terkait pemilihan bahan Konservasi Flora dan Fauna (Manning) Manajemen Turis (Manning) Jalinan kerjasama dengan organisasi konservasi lingkungan Data flora dan fauna Rancangan fasilitas turisme Terdapat data flora dan fauna Program pemantauan yang komprehensif Fasilitas turisme yang tidak berdampak negative terhadap lingkungan 4
Analisis Data Data hasil observasi lapangan baik berupa data pengukuran, pencatatan nantinya akan dikaji dengan tolak ukur penilaian sebagai berikut: Kriteria penilaian sebuah arsitektur ekologis menggunakan metode penilaian GREENSHIP untuk bangunan yang sudah ada Kriteria penilaian sebuah eko-resor menggunakan penilaian dari Manning Manning (2001) Standar Konsumsi Energi dan Air (Warnken, 2001) Pembahasan Hasil TEPAT GUNA LAHAN Sarinbuana Eco-Lodge daerah hutan yang berbatasan b dengan kawasan konservasi hutan hujan tropis Batu Karu. Bali Eco-Stay di hamparan sawah subak dan PPLH Seloliman lereng gunung Penanggungan Ketiga objek penelitian lokasi yang mempunyai potensi alam yang masih alami umumnya tidak didukung dengan sarana infrastruktur yang baik, sehingga untuk menjangkau lokasi dibutuhkan kendaraan pribadi dan sulit dijangkau oleh transportasi umum. Pemilihan lokasi ini bertentangan dengan rating penilaian GREENSHIP terkait aksesbilitas. 5
EFISIENSI DAN KONSERVASI ENERGI Ketiga objek penelitian desain arsitektur dirancang sesuai dengan ekosistem sekitar. Penggunaan sistem Mechanical& Electrical (ME) baik penghawaan maupun pencahayaan yang pasif untuk menekan beban konsumsi listrik. Keberhasilannya beban konsumsi ratarata/bulannya yang memang di bawah standar angka maksimal untuk sebuah eko-resor. Bali Eco-Stay pemanfaatan potensi tapak sebagai pembangkit listrik alternatif berupa mikro hydro yang menghasilkan daya 4400VA. PPLH Seloliman menghasilkan daya 15.000 watt, mampu mengurangi jejak karbon yang dihasilkan oleh PLN maupun genset. KONSERVASI AIR Ketiga objek penelitian sumber mata air pegunungan untuk seluruh kebutuhan air bersihnya. Bali Eco-Stay dan PPLH Seloliman, air hujan irigasi. Air hujan seharusnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin (tingkat curah hujan yang sangat tinggi sepanjang tahun). Kontrol konsumsi air bersih kurang diperhatikan tidak ada implementasi alat meteran air. Masalah konservasi air bersih inii kurang diperhatikan dengan baik dengan alasan dapat didapat dengan mudah dan gratis. Bali Eco-Stay mempunyai kontrol paling baik karena seluruh klosetnya sudah menggunakan dual flush. 6
SUMBER DAN DAUR MINERAL Sarinbuana Eco-Lodge dan Bali Eco-Stay material bangunan maupun perabot sudah diterapkan dengan sangat baik (dari pemilihan sumber materialnya,,proses pengolahan material sampai dengan desainnya). PPLH Seloliman material masih belum bisa dikatakan baik beberapa material didatangkan dari luar jawa (kayu Ulin dari Kalimantan). Ketiga objek penelitian, prinsip 3R untuk pengolahan sampahnya sudah diterapkan dengan sangat baik. Cara pengolahannya dilakukan secara mandiri maupun melibatkan kerjasama dengan lembaga atau badan pengolahan sampah setempat. KESEHATAN DAN KENYAMANAN DALAM BANGUNAN Ketiga objek penelitian tidak mendapati masalah kenyamanan dalam bangunan baik terkait kenyamanan thermal, visual, dan akustik. Desain arsitektural sangat memperhatikan kondisi ekosistem sekitarnya membuat kenyamanan para tamu dapat tercapai. Masalah kesehatan terkait kualitas udara dalam bangunan belum pernah diadakan pengujian secara kuantitas. Hasil survey lapangan melalui l pembagian kuesioner menyatakan tidak terdapat keluhan kesehatan dari tamu terkait kualitas udara. 7
KONSERVASI FLORA DAN FAUNA (MANNING) Sarinbuana Eco-Lodge dan Bali Eco-Stay rancangan lansekap berupa pembagian komposisi lahan elemen lunak lebih besar ± 75% dan ± 85% dari elemen keras memperlihatkan bahwa eko-resor ini masih memperhatikan ekosistem aslinya. Pemilihan vegetasi untuk lansekap memadukan vegetasi asli yang spesifik dan produktif dengan vegetasi hias yang didapat dari lokal. Rancangan ini mengakibatkan kekayaan jenis flora semakin bertambah. Sarinbuana Eco-Lodge bertambahnya jenis keanekaragaman flora ini menyebabkan peningkatan spesies fauna terutamanya burung dan serangga ditunjang dengan adanya pendataan flora dan fauna yang dilakukan secara berkala 6 bulan sekali. Bali Eco-Stay tidak ditunjang dengan pendataan flora dan fauna penilaian untuk rating ini menjadi kurang. PPLH Seloliman ditunjang dengan adanya pendataan konservasi flora, namun pendataan t b t tid k k f d di Rangkuman Hasil Penilaian Eko- Resor Rating Nilai Max. Sarinbuana Eco-Lodge Bali Eco Stay PPLH Pembangunan Tapak yang Sesuai 16 13 13 14 Efisiensi i i dan Konservasi Energi 36 34 36 36 Konservasi Air 20 5 6 4 Sumber dan Daur Material 12 11 10 9 Kesehatan Udara Dalam Bangunan & Kenyamanan 15 13 13 14 Total Nilai Keseluruhan 99 76 78 77 Bali Eco-Stay mendapatkan rating tertinggi sebagai eko-resor. Hasil penilaian dari ketiga resor tersebut hasilnya adalah relatif sama atau tidak terlalu signifikan perbedaan diantara ketiganya. Jika dilihat masing-masing nilai per ratingnya dari ketiga eko-resor maka nilai ketiganya relatif mendekati nilai maksimum yang ditetapkan oleh GREENSHIP. 8
KESIMPULAN Desain arsitektur eko-resor di daerah beriklim tropis lembab khususnya di Indonesia sudah menerapkan prinsip-prinsip arsitektur ekologis dengan cukup baik walaupun ada salah satu prinsip yang kurang diperhatikan. Prinsip-prinsip yang telah diterapkan dengan cukup baik: prinsip arsitektur ekologis tidak hanya memikirkan lingkungannya secara lokal/regional melainkan juga global, l prinsip arsitektur ekologis tumbuh dari tempatnya, prinsip penghematan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui yang memperhatikan aspek efisiensi dan konservasi terkait energi, prinsip kesehatan dan kenyamanan manusia, prinsip perhitungan ekologis dan 9