PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PRODUKSI, PEREDARAN GARAM DAN PENANGGULANGAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG GARAM KONSUMSI BERYODIUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

Air demineral SNI 6241:2015

Air mineral SNI 3553:2015

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

Air mineral alami SNI 6242:2015

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM DI DAERAH

TEKNOLOGI PENGOLAH GARAM RAKYAT SEBAGAI SALAH SATU UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR INDONESIA

MENGAPA DAN BAGAIMANA IODISASI GARAM RAKYAT DI INDONESIA? Oleh Arif Rahman Hakim, S.St.Pi (Penyuluh Perikanan Pada Pusat Penyuluhan KP, BPSDMKP)

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM WALIKOTA SERANG,

PEMBERLAKUAN SNI MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB. Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Kementerian Perindustrian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI E

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.21, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. PUPUK. Fosfat. Spesifikasi. Teknis. Perlindungan.

Lampiran 1 Standard Mutu Bahan Baku dan Bahan pembantu

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN GARAM IMPOR DAN PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 360/MPP/Kep/5/2004 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR : 2 TAHUN 2011 TENTANG

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.556, 2009 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Label. Pencantuman.

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berklorofil. Dilihat dari ukurannya, rumput laut terdiri dari jenis

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN TRADISIONAL-3 (2-1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

KEBUTUHAN GARAM INDUSTRI NASIONAL. Hotel Santika Bogor Senin : 7 November 2016

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 29/M-DAG/PER/6/2009??/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

DRAFT PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan.

Perda No. 9 / 2004 tentang Pelarangan Peredaran Garam Konsum Tida Beriodium di Kab Magelang. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-IND/PER/2/2008

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Perdagangan Antarpulau Gula Kristal Rafinasi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.../PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGENDALIAN IMPOR KOMODITAS PERGARAMAN

KEBIJAKAN PEMBERLAKUAN SNI MINYAK GORENG SAWIT SECARA WAJIB (Permenperin No.87/M- IND/PER/12/2013 dan Revisinya)

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Terasi udang SNI 2716:2016

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PRODUKSI DAN PEREDARAN GARAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN MASALAH GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)

PRODUKSI GULA CAIR DARI PATI SAGU SULAWESI TENGGARA

Minuman sari buah SNI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/M-DAG/PER/10/2011 TENTANG BARANG DALAM KEADAAN TERBUNGKUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20,2009 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Pupuk. Pemberlakuan. SNI. Pencabutan.

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 23 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 15 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA NOMOR : 21/IATT/PER/10/2007 TENTANG

PERBANDINGAN PENGGUNAAN NAOH-NAH DENGAN NAOH-NA 2 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT IMPURITIES PADA PEMURNIAN GARAM DAPUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

1. Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Perikanan 2. Tenaga Pengajar di jurusan Teknologi Hasil Perikanan Universitas Negeri Gorontalo

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

PENGUATAN INDUSTRI GARAM NASIONAL MELALUI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN DIVERSIFIKASI PRODUK

Analisis Mutu Garam Tradisional di Desa Siduwonge Kecamatan Randangan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10)

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/M-DAG/PER/9/2005 TENTANG KETENTUAN IMPOR GARAM MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

Menteri Perindllstrian Reptlblik Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia. Minyak goreng. Badan Standardisasi Nasional ICS

PENGUATAN KEMITRAAN INDUSTRI PENGGUNA DAN PETANI GARAM. Disampaikan : Ir. M. Zainal Alim, MM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Penanaman Modal. Izin Usaha. Izin Perluasan. Pelimpahan. Kewenangan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2016, No Peraturan Menteri Perdagangan tentang Ketentuan Ekspor Produk Pertambangan Hasil Pengolahan dan Pemurnian; Mengingat: 1. Undang-Undang

Rekristalisasi Garam Rakyat Untuk Meningkatkan Kualitas

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2014 BADAN POM. Kemasan Pangan. Pengawasan. Perubahan.

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :42/M-IND/PER/11/2005 TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa penggunaan garam beriodium yang tepat dan sesuai Persyaratan merupakan salah satu upaya untuk pencegahan dan penanggulang gangguan terhadap kesehatan manusia sebagai akibat kekurangan iodium; b. Bahwa dalam rangka meningkatkan produksi dan pendistribusian garam beriodium sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beriodium sebagai upaya dalam memenuhi kebutuhan garam beriodium yang semakin meningkat, perlu diatur kembali ketentuan pengolahan dan pengemasan garam beriodium berdasarkan Standar Nasional Indonesia dengan mencabut surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995 tentang persyaratan Teknis Pengolahan, Pengemasan, dan Pelabelan Garam Beriodium; c. Bahwa untuk itu perlu di keluarkan Peraturan Manteri Perindustrian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 tahun 1981 tantang Metrologi Legal (lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3193); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3817); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3330); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beriodium; 7. Keputusan presiden Republik Indonesia Nomor 187/M tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8/M Tahun 2005; 8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia;

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2005; 10. Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 29/M/SK/2/1995 tentang pengesahan serta Penerapan Standar Nasional Indonesia dan Penggunaan Tanda SNI secara wajib terhadap 10 (sepuluh) macam Produksi Industri; 11. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 753/MPP/Kep/11/2002 tentang Standarisasi dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia; 12. Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; 13. Keputusan Sekretaris Dewan/Ketua Pelaksana Harian Dewan Standarisasi Nasional Nomor 1405/IV- 2.06/HK/1/1995 tentang Persetujuan Pengangkatan 112 Standar Nasional Indonesia (SNI); M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PENGOLAHAN, PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Garam Beriodium adalah garam konsumsi yang komponen utamanya natrium Khlorida (NACL) dan mengandung senyawa iodium melalui proses iodisasi serta memenuhi SNI Nomor 01-3556-2000 dan/atau revisinya. 2. Pengolahan Garam beriodium adalah proses pencucian dan iodisasi, yang menghasilkan garam beriodium, yang memenuhi SNI Nomor 01-3556-2000 dan/atau revisinya. 3. Pengemasan garam beriodium adalah cara melindungi garam beriodium yang diperdagangkan agar tetap terjamin mutu dan berat isinya dengan menggunakan bahan dan teknologi kemasan yang memenuhi persyaratan. 4. Pelabelan garam beriodium adalah pemberian tanda SNI, nama perusahaan dan tanda-tanda lain yang dipersyaratkan pada kemasan garam beriodium yang diperdagangkan. 5. Sentra produksi garam adalah wilayah penghasil garam melalui proses penguapan. Pasal 2 (1) Garam yang dapat diiodisasi wajib memenuhi persyaratan kualitas garam bahan baku sesuai SNI 01-4435-2000 dan atau revisinya. (2) Garam yang belum memenuhi syarat sebagai garam bahan baku untuk diiodisasi sesuai SNI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditingkatkan kualitasnya melalui proses pencucian sesuai persyaratan teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. Pasal 3

(1) Proses Pencucian garam sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) dapat dilakukan di sentra produksi atau di luar sentra produksi. (2) Proses pencucian yang di lakukan di luar sentra produksi hanya dapat di lakukan oleh perusahaan garam yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. mempunyai izin pencucian garam; dan b. mempunyai peralatan pencucian garam yang terpasang. (3) Garam yang telah dicuci di sentra produksi dan memenuhi persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) dan akan di pasarkan keluar sentara produksi harus disertai surat keterangan dari pemerintah daerah Kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang perindustrian tempat asal garam, yang menyatakan bahwa garam telah memenuhi persyaratan pencucian (4) Garam yang belum dicuci di sentra produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan akan dipasarkan keluar sentra produksi harus di sertai surat keterangan permintaan garam dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang perindustrian tempat tujuan pemasaran garam. Pasal 4 (1) Proses iodisasi garam yang dilakukan di sentra atau di luar sentra produksi wajib memenuhi persyaratan teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini. (2) Proses iodisasi garam, pengemasan dan pelabelan garam beriodium yang dilakukan di sentra atau di luar sentra produksi garam wajib dilakukan secara terpadu. Pasal 5 Dengan ditetapkan Peraturan Menteri ini, Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 77/M/SK/5/1995 tentang Persyaratan Teknis, Pengolahan, Pengemasan dan Pelabelan Garam Beriodium dinyatakan tidak berlaku. Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 29 November 2005 MENTERI PERINDUSTRIAN ANDUNG A. NITIMIHARDJA

LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTRI PERINDUSTRIAN NOMOR : 42/M-IND/PER/11/2005 TANGGAL : 29 November 2005 1. KETENTUAN PROSES PENCUCIAN PERSYARATAN TEKNIS PENCUCIAN GARAM Pencucian garam adalah proses pemurnian garam secara mekanis untuk mengurangi ion Ca +2, Mg +2, SO 4-2 dan kotoran lainnya termasuk logan berat. Garam untuk konsumsi harus memenuhi persyaratan pada : Surat Keputusan Mentri Perindustrian no. 29/M/SK/2/1995 Tanggal 16 februari 1995 Tentang Pengesahan Serta Penerapan SNI dan Penggunaan Tanda SNI Secara Wajib Terhadap 10 Macam Produk Industri; Garam bahan baku sesuai SNI 01-4435-2000 Syarat Mutu Garam Bahan Baku Untuk Industri Garam Beriodium No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1. Keadaan : - Bau Normal - Rasa Asin - Warna Putih normal 2. Natrium Klorida (NaCI) Min. 94,7 3. 4. 5. 5.1 5.2 5.3 6. Air (H2O) Bagian yang tidak larut didalam air Cemaran logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Raksa (HG) Cemaran Arsen (AS) - - - % (b/b) Adbk % (b/b) % (b/b) Adbk Maks. 7 Maks. 0,5 Maks. 10,0 Maks. 10,0 Maks. 0,1 Maks. 0,1 Keterangan :b/b = bobot/bobot Adbk = atas dasar bahan kering Proses pencucian dilakukan secara kontinu agar diperoleh kualitas garam yang konsisten sesuai persyaratan SNI.

LAMPIRAN II PERATURAN MENTRI PERINDUSTRIAN R.I NOMOR : 42/M-IND/PER/11/2005 TANGGAL : 29 November 2005 PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN GARAM BERIODIUM 1. KETENTUAN PROSES IODISASI Proses iodisasi adalah fortifikasi iodium pada garam untuk keperluan konsumsi manusia dalam rangka pelaksanaan. Keputusan Presiden no. 69 tahun 1994 tentang pengadaan garam beriodium. Fortifikasi iodium dilakukan melalui penambahan senyawa kalium liodat atau KLO 3 kedalam garam bahan baku yang telah dicuci, secara kontinu dan homogen sehingga memenuhi persyaratan SNI 01-3556-2000 Syarat Mutu Garam Konsumsi Beriodium No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan 1. % (b/b) Maks. 7 2. % (b/b) adbk Min. 94,7 3. 4. 4.1 4.2 4.3 5. Kadar air (H2O) Kadar NaCL (natrium klorida ) dihitung dari jumlah klorida (CL) Lodium dihitung sebagai kalium lodat ( KLO 3 ) Cemaran Logam : Timbal (Pb) Tembaga (Cu) Raksa (Hg) Arsen (As) Min. 30 Maks. 10 Maks. 10 Maks. 0,1 Maks. 0,1 Keterangan : b/b Adbk = bobot/ bobot = atas dasar bahan kering 2. KETENTUAN PERALATAN PROSES IODISASI Peralatan iodisasi yang digunakan pada prinsipnya secara kontinu untuk menjamin homogenitas kandungan iodium dalam garam yaitu : Sistem penetesan (drip feeding system) pada belt conveyor atau screw conveyor, atau Sistem penyemprotan (spray mixing system), atau Sistem penyemprotan garam yang telah dikeringkan ( dry mixing system) MENTRI PERINDUSTRIAN RI ADUNG A. NITIMIHARDJA

LAMPIRAN III PERATURAN MENTRI PERINDUSTRIAN R.I NOMOR : 42/M-IND/PER/11/2005 TANGGAL : 29 November 2005 PERSYARATAN PENGEMASAN DAN PELABELAN GARAM BERIODIUM 1. KETENTUAN PENGEMASAN Garam yang akan dipasarkan, wajib dikemas dalam wadah yang ditutup rapat sehingga aman selama pengangkutan dan penyimpanan. Untuk menjamin ketetapan berat isi bersih garam, maka pengisian dan penimbangan dilakukan secara optimis. Sedangkan penutupan kemasan dapat dilakukan secara mekanis atau manual. 2. KETENTUAN BERAT Berat bersih isi garam kosumsi yang diperdagangkan adalah 50 kg, 25 kg, 5 kg, 1 kg, 500 g, 250 g dan 100 g. 3. KETENTUAN BAHAN PENGEMASAN Bahan kemasan untuk isi bersih 50 kg dan 25 kg adalh karung plastik jenis poly-propylene (PP) yang bagian dalamnya dilapisi dengan kantong plastik warna dasar putih. Bahan kemasan untuk isi bersih 5 kg,1 kg, 500 g, 250 g dan 100 g adalah plastik polypropylene (PP) atau poly-ethylene (PE) dengan ketebalan minimum 0,5 mm 4. KETENTUAN PELABELAN Pada kemasan garam kosumsi harus ditulis dengan jelas keterangan berupa : Tulisan Garam Beryodium ; Kandungan kalium lobat (KIO3) minimal 30 ppm. Berat bersih ; Tanda / logo SNI Nomor Pendaftaran dari Badan POM ; Komposisi Isi Garam Konsumsi Merek Dagang Nama dan alamat Perusahaan Pada kemasan garam bahan baku harus ditulis dengan jelas keterangan berupa : Tulisan Garam Bahan Baku ; Berat Bersih Nama dan alamat perusahaan Untuk garam bahan baku yang belum dicuci tambahkan keterangan berupa tulisan Garam Bahan Baku Belum Dicuci. 5. KETENTUAN PERALATAN PROSES PENCUCIAN Peralatan yang dapat digunakan pada proses pencucian garam adalah : Bak- bak pencucian termasuk bak pencampuran ( pengadukan ) atau mixing chamber ; Alat pengaduk Pompa (mixing pump) ;

Ban berjalan atau belt conveyor ; Screw conveyor Gabungan / kombinasi a,b,c,d dan e. 6. KETENTUAN AIR PENCUCI Air pencuci merupakan air larutan jenuh garam (brine) yang bersih dengan persyaratan : Konsentrasi 20 25 o Be Kandungan Magnesium (Mg) tidak melampui 10 ppm. Logam berat Timbal (Pb) dan Tenaga (Cu) tidak melampui 10 ppm. 7. KETENTUAN PROSES PENGERINGAN Proses pengeringan wajib dilakukan terhadap garam yang telah dicuci agar kandungan air tidak melampui 7% (b/b). Peralatan yang dapat digunakan pada proses pengeringan adalah: Alat pengering putar (centrifuge); Alat pengering temperatur tinggi (dryer). MENTRI PERINDUSTRIAN RI ADUNG A. NITIMIHARDJA LAMPIRAN IV CONTOH SURAT KETERANGAN PEMASOKAN GARAM KOP SURAT SURAT KETERANGAN PEMASOKAN GARAM Nama Jabatan Saya yang bertanda tangan dibawah ini: :. :.. Dengan ini menerangkan bahwa garam yang akan dikirim/dipasarkan oleh: Nama Perusahaan/Koperasi/ Kelompok Petani/Perorangan*) Alamat Volume :.. :. : (ton) Ke penerima garam Nama Perusahaan/Koperasi/ Perorangan*) :

Alamat :.. Merupakan garam yang telah dicuci di sentra produksi garam dan memenuhi persyaratan teknis. Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. (Nama tempat), tanggal bulan tahun Pejabat Pemda Ttd Cap Tembusan: 1... 2. *) Pilihan ( ) LAMPIRAN V CONTOH SURAT PERMINTAAN GARAM YANG BELUM DICUCI KOP SURAT Nomor : Lamp. : (Nama tempat), tanggal bulan tahun Perihal : Permintaan Garam Kepada Yth: (Pejabat Daerah Asal Garam/Sentra Produksi) di-. Saya yangbertanda tangan dibawah ini: Nama :. Jabatan :.. Dengan ini menerangkan adanya permintaan garam yang berasal dari sentra produksi di., yang selanjutnya akan dicuci oleh: Nama (Perusahaan/Koperasi/Perorangan*) :. Alamat :

Volume (Ton) :.. kasih. Demikian surat permintaan garam ini dibuat, atas perhatian dan kerjasamanya dimsapiakan terima Pejabat Pemda Ttd Cap Tembusan: 3... 4. *) Pilihan ( )