BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia. Oleh sebab itu, sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

A B S T R A K Solomon & Rothblum

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang secara formal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Festinger (1957, hal. 3) disonansi kognitif adalah ketidaksesuaian

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Institut dalam era globalisasi saat ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menambah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

1.1 Latar Belakang. Hubungan Antara..., Bagus, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... vii. Daftar Bagan... x. Daftar Tabel... xi. Daftar Lampiran... xiii

Data Pribadi. Kelas/No. Absen. Alamat/Telp :... Pendidikan Ayah/Ibu. c. di bawah rata-rata kelas. Kegiatan yang diikuti di luar sekolah :.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kancah psikologi, fenomena prokrastinasi merupakan istilah lain dari

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

I. PENDAHULUAN. merupakan aset besar yang dimiliki oleh suatu negeri. Masa muda adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. Tahapan proses penyelesaian studi strata satu (S1) di perguruan tinggi

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah pendidikan formal (sekolah yang meliputi jenjang TK, SD, SMP, SMA hingga Perguruan tinggi). Perguruan Tinggi sebagai jenjang terakhir serta tertinggi dalam pendidikan formal di Indonesia mencoba untuk berperan serta dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. (www.wikipedia.com) Perguruan Tinggi di Indonesia mengadaptasi sistem kurikulum dan SKS. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. (www.wikipedia.com) Selain kurikulum terdapat juga sistem SKS (satuan kredit semester) yang merupakan suatu sistem penyelenggaraan pendidikan untuk menentukan dan mengatur beban penyelenggaraan program lembaga pendidikan yang dinyatakan dalam satuan SKS. SKS dalam pendidikan perguruan tinggi di Indonesia memungkinkan mahasiswa mengatur sendiri studi mereka setiap semester dan 1

2 juga mengatur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Mahasiswa seharusnya dapat menyelesaikan program studi mereka selama rentang waktu 3,5-5 tahun. (www.wikipedia.com). Menurut Ketentuan Peraturan Akademik Universitas Y Bandung, idealnya seorang mahasiswa dapat menyelesaikan studinya untuk memperoleh gelar sarjana adalah dalam jangka waktu empat tahun (delapan semester) atau selambat-lambatnya sebagai batas wajar toleransi keterlambatan adalah tujuh tahun (empat belas semester). Begitu pula dengan Jurusan X yang merupakan salah satu jurusan paling diminati dengan akreditasi A di Universitas Y Bandung. (www.x.ac.id). Idealnya, pendidikan di Jurusan X ini dapat ditempuh dalam waktu 4 tahun. Namun, pada kenyataannya tidak demikian yang terjadi pada 68% mahasiswa Jurusan X Universitas Y Bandung angkatan 2005 hingga 2007, mereka sudah lebih dari empat tahun melaksanakan studinya di perguruan tinggi, akan tetapi belum juga lulus. Menurut data yang didapat dari kepala TU Jurusan X Univeritas Y Bandung, pada mahasiswa angkatan tahun 2005, dari 226 mahasiswa yang mendaftar di jurusan X, hanya 36 mahasiswa yang dapat lulus tepat waktu. Pada angkatan tahun 2006, dari 231 mahasiswa yang masuk, hanya 66 mahasiswa yang dapat lulus tepat waktu. Dan pada tahun 2007 dari 248 mahasiswa yang masuk hanya 96 mahasiswa yang dapat lulus tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa dari sekian banyak mahasiswa yang masuk ke Jurusan X setiap tahunnya, hanya sebagian kecil mahasiswa yang dapat lulus tepat waktu.

3 Menurut Wakil Dekan bidang akademik Fakultas A Universitas Y, terdapat dua alasan paling umum yang membuat sebagian besar mahasiswa di jurusan X tidak dapat lulus tepat waktu, alasan pertama yaitu karena mahasiswa tidak lulus dalam beberapa mata kuliah sehingga mahasiswa-mahasiswa ini harus mengulang kembali mata kuliah tersebut, ketidaklulusan mahasiswa ini dapat disebabkan karena nilai yang didapat mahasiswa ini tidak mencukupi untuk lulus atau karena ketidakhadiran mahasiswa yang melebihi toleransi ketidakhadiran di kelas. Alasan kedua adalah karena keterlambatan mahasiswa di dalam penyelesaian pengerjaan skripsi. Ketua Jurusan X Universitas Y pun mengatakan bahwa memang alasan sebagian besar mahasiswa tidak dapat lulus tepat waktu adalah adanya keterlambatan mahasiswa dalam pengerjaan laporan skripsi. Ketua Jurusan pun menambahkan bahwa keterlambatan mahasiswa disebabkan karena tiga hal, yang pertama adalah karena mahasiswa jarang melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya, yang kedua adalah karena mahasiswa tidak menerapkan prinsip lebih banyak membaca sehingga sebagian besar mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan skripsinya dan yang terakhir adalah karena kebanyakan mahasiswa malas menulis, malas untuk merangkai kata-kata dalam mengerjakan laporan skripsinya. Di Jurusan X Universitas Y Bandung ini, terdapat beberapa syarat untuk menyelesaikan program sarjana dan mendapat gelar sarjana, seorang mahasiswa harus lolos dalam tahap penyaringan di semester dua dan empat dengan syarat memiliki IPK minimal 2.00 jika tidak mahasiswa akan dikeluarkan

4 dari fakultas, meniliki nilai toefl minimal 500 point, memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) akhir yang berjumlah minimal 2.00, menyelesaikan 144 sistem kredit semester termasuk sebagai salah satu syarat terpenting adalah pengerjaan skripsi dan lulus dalam sidang akhir dengan nilai minimal C. Untuk menempuh mata kuliah skripsi sendiri sebenarnya terdapat beberapa tahap. Pertama, mahasiswa akan menempuh mata kuliah metodologi penelitian yang berada pada semester VI. Mata kuliah metodologi penelitian bersifat teori, menjelaskan mengenai langkah-langkah untuk menyusun penelitian. Mata kuliah ini juga memiliki tuntutan tugas yang dikerjakan bersama-sama dengan kelompok. Mereka harus membuat rancangan penelitian secara berkelompok dan mempresentasikannya. Setelah lulus dari mata kuliah metodologi penelitian, mahasiswa baru dapat menempuh mata kuliah kerja praktek. Perusahaan-perusahaan yang sudah dipilih oleh mahasiswa untuk menjadi tempat kerja praktek mahasiswa dapat menjadi subjek penelitian mahasiswa dalam skripsinya. Pada tahap ini, mahasiswa sudah memulai mengerjakan bab 1. Setelah lulus pada mata kuliah kerja praktek, mahasiswa dapat melaksanakan sidang proposal untuk membahas bab 1 (Pendahuluan) yang telah mahasiswa kerjakan di semester VII-VIII. Jika bab 1 (Pendahuluan) mahasiswa telah lulus dalam sidang proposal, maka mahasiswa dapat mulai melanjutkan bab selanjutnya yaitu bab 2 (Tinjauan Pustaka), bab 3 (Pengambilan Data), bab 4 (Pengolahan Data), bab 5 (Analisis Data) dan bab 6 (Kesimpulan). Sebelum dapat menjalankan sidang akhir, mahasiswa harus melaksanakan seminar yang

5 merupakan try out sebelum sidang, seminar ini dikondisikan seperti sidang namun hanya dihadiri oleh minimal 8 orang mahasiswa lain dan dosen pembimbing. Seminar ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa agar lebih percaya diri saat menjalani sidang nantinya. Syarat lainnya sebelum dapat melaksanakan sidang akhir adalah mahasiswa juga harus mengikuti sidang mahasiswa lain sebanyak delapan kali. Apabila, mahasiswa tersebut tidak dapat menyelesaikan skripsi dalam satu semester, itu artinya mahasiswa harus menempuh mata kuliah skripsi kembali dan menunda kelulusannya. Pernyataan mengenai keterlambatan mahasiswa dalam pengerjaan skripsi yang disampaikan oleh Wakil Dekan bidang akademik Fakultas A Universitas Y ini diperkuat oleh data yang diberikan oleh bagian tata usaha bidang akademik pada angkatan 2006 di semester VIII terdapat 197 mahasiswa yang menempuh mata kuliah skripsi namun hanya 82 mahasiswa yang dapat menyelesaikan mata kuliah ini dengan tepat waktu. Pada angkatan 2007 di semester VIII hanya 120 mahasiswa yang dapat menyelesaikan mata kuliah skripsi dengan tepat waktu dari 203 mahasiswa yang menempuh mata kuliah ini. Dan pada angkatan 2008 di semester VIII hanya 138 mahasiswa yang dapat menyelesaikan mata kuliah skripsi dengan tepat waktu dari 233 mahasiswa yang menempuh mata kuliah ini. Hal ini juga diakui oleh sepuluh orang mahasiswa yang diwawancarai, menurut mereka, mereka sadar bahwa adanya kewajiban mengenai skripsi yang harus mereka kerjakan dengan baik sebelum dinyatakan lulus dan memperoleh gelar sarjana. Mereka jugas sadar betul bahwa penundaan yang mereka lakukan

6 menimbulkan kecemasan yang mengganggu mereka. Kecemasan ini muncul saat mereka melihat teman-teman seangkatan mereka sudah lulus terlebih dahulu atau mengingat desakan dari orangtua yang meminta mereka agar cepat lulus. Mahasiswa-mahasiswa ini juga mengaku bahwa mereka telah merencanakan kerangka pengerjaan untuk mengerjakan skripsi pada waktu tertentu, akan tetapi ketika terjadi beberapa kendala dalam pengerjaan Skripsi mereka seperti ketidakcocokkan dengan dosen pembimbing, ketakutan akan kesalahan yang mereka buat dalam pengerjaan Skripsi, dan kesulitan dalam perijinan dengan tempat pengambilan data membuat mahasiswa-mahasiswa tersebut menjadi menunda pengerjaan Skripsi mereka dan lebih memilih untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang cenderung bersifat hiburan seperti menonton film, mendengarkan musik dan lain sebagainya. Penundaan yang mahasiswa lakukan secara terus menerus dalam pengerjaan pada akhirnya membuat mereka harus menempuh mata kuliah skripsi kembali. Perilaku menunda dalam istilah psikologi disebut dengan prokrastinasi. Prokrastinasi adalah kecenderungan untuk menunda tugas-tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya, termasuk tugas-tugas prioritas utama, hingga muncul perasaan cemas dan bersalah akan tetapi tindakan ini dilakukannya berulang-ulang (Solomon & Rothblum, dalam Ferrari, 1995). Berkaitan dengan masalah akademik, Solomon and Rothblum (1984) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai tingkah laku seperti pengerjaan tugas (homework), belajar untuk mempersiapkan ujian atau pengerjaan tugas makalah yang dilakukan di saat-saat terakhir sebelum tugas dikumpulkan atau ujian dilaksanakan. (http://eku.com.edu)

7 Menurut Solomon dan Rothblum (1984), terdapat 13 penyebab prokrastinasi pada awalnya dan setelah dilakukan faktor loading maka didapat 7 penyebab yang lebih signifikan. Tujuh faktor penyebab ini memiliki skor yang lebih signifikan dibanding keenam faktor lainnya. Ketujuh faktor penyebab ini memiliki skor yang bergerak dari 0.5 sampai 0.98. Tujuh alasan tersebut adalah fear of failure (ketakutan akan kegagalan), aversiveness of task (ketidaksukaan terhadap tugas), difficulty making decisions (kesulitan dalam membuat keputusan), dependency (dependensi dan keinginan untuk dibantu), lack of assertion (kurangnya kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara asertif), risk-taking (kemampuan dalam mengambil risiko), dan rebellion against control (adanya keinginan memberontak). Di dalam prokrastinasi sendiri terdapat 6 area, yaitu tugas mengarang, belajar menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, menghadiri pertemuan dan kinerja akademik secara keseluruhan (Solomon & Rothblum, 1984, dalam Ferrari, 1995). Berdasarkan teori yang dikemukakan Solomon dan Rothblum diketahui bahwa skor untuk keenam area dapat dihitung secara mandiri/terpisah, oleh karena itu peneliti memutuskan untuk meneliti hanya empat area yang berkaitan dengan Skripsi. Keempat area tersebut adalah tugas menulis, tugas membaca, tugas administratif akademik, dan tugas menghadiri pertemuan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada sepuluh orang mahasiswa Jurusan X Universitas Y Bandung yang menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu semester, didapat pula hasil bahwa mereka menunda mengerjakan skripsi adalah karena beberapa alasan. Delapan orang mengatakan bahwa penyebab

8 mereka melakukan penundaan terhadap skripsinya adalah karena adanya rasa malas untuk mengerjakan skripsi, tiga diantaranya mengaku merasa malas untuk menuangkan kata-kata dalam bentuk tulisan, dua orang yang lain mengaku merasa malas dalam mengerjakan skripsi karena malas membaca bahan untuk skripsinya sedangkan dua orang yang lainnya mengaku menunda mengerjakan skripsinya karena merasa malas melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingnya setelah merasa tidak memiliki jalan pemikiran yang sama dengan dosen pembimbing dalam pengerjaan skripsinya. Dan satu orang terakhir mengaku merasa malas mengerjakan skripsi karena sistem perijinan tempat mengambil data memiliki prosedur yang rumit. Dua orang yang lainnya mengaku menunda pengerjaan skripsinya karena alasan lain, yaitu karena merasa takut salah lagi untuk kesekian kalinya saat mengajukan laporan skripsi pada pembimbing. Masalah prokrastinasi khususnya prokrastinasi dalam bidang akademik merupakan masalah yang menarik dan perlu diteliti karena penyebab prokrastinasi akademik bisa terjadi pada area yang berbeda pada masing-masing mahasiswa. Banyak kesempatan berkembang akan terlewatkan begitu saja, karena penundaan yang mereka lakukan. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai kontribusi penyebab prokrastinasi terhadap empat area prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X Universitas Y Bandung.

9 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH Masalah yang hendak diteliti adalah seberapa besar kontribusi penyebab prokrastinasi terhadap empat area prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X Universitas Y Bandung. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Maksud Penelitian Penelitian ini diadakan untuk memperoleh gambaran mengenai penyebab prokrastinasi akademik dan empat area prokrastinasi akademik yang dialami mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X Universitas Y Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penyebab prokrastinasi terhadap empat area prokrastinasi akademik yang dialami mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X Universitas Y Bandung. 1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai kontribusi penyebab prokrastinasi akademik terhadap empat area

10 prokrastinasi akademik yang dialami mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X Universitas Y. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian mengenai prokrastinasi pada subjek yang berbeda. 1.4.2 Kegunaan praktis 1. Memberikan informasi kepada pihak jurusan dan dosen wali agar lebih dapat memahami penyebab prokrastinasi yang dialami oleh mahasiswanya sehingga baik pihak jurusan maupun dosen wali dapat memikirkan langkah-langkah yang dapat ditempuh seperti memberikan motivasi dan konseling pada mahasiswa untuk menanggulangi prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut. 2. Memberikan informasi kepada dosen pembimbing mengenai penyebab dan pada area mana mahasiswa melakukan prokrastinasi sehingga pembimbing dapat memberikan dorongan dan membantu mahasiswa yang tergolong prokrastinator dalam menyelesaikan skripsinya. 3. Memberikan informasi mengenai prokrastinasi akademik kepada mahasiswa Jurusan X Universitas Y Bandung sebagai evaluasi diri agar paham mengenai prokrastinasi akademik prokrastinasi akademik dan penyebab prokrastinasi sehingga diharapkan mahasiswa tersebut mampu untuk melakukan perubahan diri dan menghindari perilaku prokrastinasi.

11 1.5 KERANGKA PEMIKIRAN Mahasiswa yang sedang menempuh kembali mata kuliah skripsi di jurusan X di Universitas Y Bandung diakui sebagai seorang individu yang berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal. Masa dewasa awal menurut K.Warner Schaie (dalam Santrock, 2004) berada pada fase mencapai prestasi (achieving stage) adalah fase yang melibatkan penerapan intelektualitas pada situasi yang memiliki konsekuensi besar dalam mencapai tujuan jangka panjang, seperti pencapaian karir dan pengetahuan. Masa dewasa awal dengan rentang usia antara 20 sampai 30 tahun, dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang lebih kompleks daripada masa sebelumnya. Salah satu tugas perkembangan yang dituntut dari masa ini adalah kemandirian secara ekonomi. Oleh karenanya, perguruan tinggi sebagai salah satu jenjang dalam pendidikan dapat digunakan sebagai salah satu batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan. Mahasiswa yang berada di dalamnya dituntut untuk mengatur waktu dan prioritas tanggung jawab yang mahasiswa miliki seoptimal mungkin agar dapat menyelesaikan pendidikannya sesuai dalam batas waktu minimum yang telah ditentukan. Langkah terakhir yang harus dikerjakan oleh mahasiswa sebelum dinyatakan lulus dan mendapatkan gelar sarjana adalah mahasiswa diwajibkan mengerjakan suatu laporan yang seringkali disebut sebagai skripsi. Hal ini berlaku pula di Jurusan X Universitas Y sebelum dapat dinyatakan lulus dan meraih gelar sarjana, mahasiswa diharuskan mengerjakan suatu laporan ilmiah yang biasa disebut dengan skripsi. Namun pada kenyataannya, banyak kasus yang terjadi saat mahasiswa mengalami kesulitan

12 dalam hal penyelesaian pengerjaan laporan skripsi sehingga mahasiswa harus menempuh kembali mata kuliah skripsi dan hal ini tentu saja berdampak langsung pada terhambatnya kelulusan mahasiswa. Mahasiswa sadar betul adanya kewajiban mengenai skripsi yang harus mereka kerjakan dengan baik sebelum dinyatakan lulus dan memperoleh gelar sarjana namun tidak sedikit juga dari mereka yang menganggap ini sebagai sebuah beban. Bagi mereka, skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang wajib dilakukan namun juga merupakan suatu beban dalam pengerjaannya. Mereka menghayati ada banyak faktor yang menjadi penghambat mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya sehingga membuat mahasiswa tidak dapat menyelesaikan skripsinya dalam satu semester. Hambatan yang seringkali dialami oleh para mahasiswa tersebut diantaranya adalah rasa malas yang dirasakan mahasiswa saat harus menuangkan kata-kata dalam bentuk tulisan, membaca bahan untuk pengerjaan skripsinya, adanya ketidakcocokan pemikiran dengan dosen pembimbing setelah beberapa kali melakukan bimbingan, dan perasaan takut salah untuk kesekian kalinya dalam pengajuan laporan. Mahasiswa yang mengalami kesulitan-kesulitan ini seringkali mengalami keterlambatan dalam mengumpulkan laporan skripsi. Biasanya, mereka akan melakukan penundaan terhadap penyelesaian pengerjaan laporan skripsi karena beberapa alasan dan penundaan yang mereka lakukan inilah yang disebut sebagai prokrastinasi. Prokrastinasi sendiri adalah suatu kecenderungan untuk menunda tugas-tugas yang bermanfaat dan penting bagi dirinya, termasuk tugas-tugas prioritas utama, hingga muncul perasaan cemas dan bersalah akan tetapi tindakan

13 ini dilakukannya berulang-ulang (Solomon & Rothblum, dalam Ferrari, 1995). Prokrastinasi juga dapat didefinisikan sebagai penundaan penyelesaian tugas, yang biasanya menghasilkan keadaan tidak bahagia (Ferrari, Johnson, & McCown, 1995; Milgram, 1991 dalam thesis Kelly Binder, 2000) atau ketidaknyamanan subyektif (Burka & Yuen, 1983). Berkaitan dengan masalah akademik, Solomon and Rothblum (1984) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai tingkah laku seperti pengerjaan tugas (homework), belajar untuk mempersiapkan ujian atau pengerjaan tugas makalah yang dilakukan di saat-saat terakhir sebelum tugas dikumpulkan atau ujian dilaksanakan. Menurut, Solomon dan Rothblum (1984) terdapat enam area prokrastinasi akademik, yaitu tugas menulis karya ilmiah/ mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, tugas membaca mingguan, tugas administratif akademik, menghadiri pertemuan dan aktivitas akademik secara umum. Namun, disesuaikan dengan kondisi yang ada, enam area ini akan dispesifikkan menjadi empat area yaitu tugas menulis laporan skripsi, tugas membaca bahan skripsi, tugas administratif akademik penunjang skripsi, serta tugas menghadiri pertemuan yang berkaitan dengan skripsi. Berdasarkan teori Solomon dan Rothblum (1984), terdapat 7 alasan yang lebih signifikan sebagai penyebab prokrastinasi. Tujuh alasan tersebut adalah fear of failure (ketakutan akan kegagalan), aversiveness of task (ketidaksukaan terhadap tugas), difficulty making decisions (kesulitan dalam membuat keputusan), dependency (dependensi dan keinginan untuk dibantu), lack of assertion (kurang mampu mengutarakan pendapat secara asertif), risk-taking

14 (kemampuan dalam mengambil risiko), dan rebellion against control (pemberontakkan terhadap kontrol). Ketujuh alasan ini menjadi penyebab mahasiswa Jurusan X Universitas Y melakukan prokrastinasi akademik di empat area akademik yaitu tugas menulis laporan skripsi, tugas membaca bahan skripsi, tugas administratif akademik penunjang skripsi, serta tugas menghadiri pertemuan yang berkaitan dengan skripsi. Penundaan yang dilakukan mahasiswa karena ketakutan terhadap kegagalan di area menulis laporan skripsi merupakan suatu situasi di mana mahasiswa menghayati bahwa penulisan laporan skripsi yang sudah mahasiswa kerjakan semampunya akan terus menerus direvisi karena tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh dosen pembimbingnya. Ketakutan terhadap kegagalan pun menjadi salah satu penyebab penundaan di area membaca bahan untuk skripsi saat mahasiswa memilih menunda tugas membaca bahan karena mahasiswa merasa takut tidak memahami isi bahan atau literatur berbahasa Inggris yang berkaitan dengan pengerjaan skripsinya. Adanya ketakutan tidak mendapat respon yang baik dari pihak-pihak yang berkaitan dengan perizinan di perusahaan menjadi salah satu alasan penundaan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan urusan administratif akademik. Mahasiswa memilih menunda untuk menghadiri pertemuan seperti bimbingan karena adanya merasa ketakutan tidak mendapatkan respons yang diharapkan dari dosen pembimbing, seringnya mahasiswa mendapatkan respon yang tidak diharapkan membuat mahasiswa menunda menghadiri bimbingan.

15 Penundaan yang dilakukan mahasiswa dalam tugas menulis dapat disebabkan oleh ketidaksukaan mahasiswa terhadap tugas tersebut. Hal ini terjadi karena ketidaksukaan mahasiswa saat diharuskan oleh dosen pembimbing untuk melakukan revisi secara terus menerus. Alasan ini juga dapat menyebabkan mahasiswa menunda membaca bahan atau literatur yang berkaitan dengan pengerjaan skripsinya karena mahasiswa tidak memiliki ketertarikan dalam kegiatan membaca. Ketidaksukaan mahasiswa terhadap tugas juga dapat menyebabkan mahasiswa menunda mengurus perizinan karena ketidaksukaan mahasiswa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal administratif seperti mengurus perizinan ke perusahaan yang dapat dikatakan cukup rumit. Terakhir, penyebab yang sama dapat menyebabkan mahasiswa menunda menghadiri bimbingan karena ketidaksukaan mahasiswa terhadap kegiatan yang mengharuskannya berpikir secara cepat, mempertahankan apa yang telah mahasiswa kerjakan dengan berbagai cara dan berdiskusi dengan dosen selama bimbingan berlangsung. Penundaan yang disebabkan oleh ketergantungan terhadap orang lain di area menulis adalah situasi mahasiswa memunda mengerjakan laporan skripsi karena mahasiswa merasa membutuhkan atau mengharapkan bantuan dari orang lain untuk menulis laporan skripsinya. Ketergantungan terhadap orang lain juga membuat mahasiswa menunda membaca bahan untuk skripsi karena mahasiswa menunggu adanya orang lain yang memberikan bahan atau literatur untuk skripsinya. Ketergantungan terhadap orang lain di area administratif akademik membuat mahasiswa menunda mengurus perizinan untuk skripsi karena

16 mengharapkan bantuan dari pihak dalam perusahaan untuk mengurus perizinan yang berkaitan dengan pengambilan data pada perusahaan. Dan yang terakhir, ketergantungan mahasiswa terhadap orang lain membuat mahasiswa menunda menghadiri bimbingan karena mahasiswa menunggu dosen menghubungi mahasiswa untuk melaksanakan bimbingan ataupun menunggu mahasiswa lain untuk mengajak bimbingan. Kurang mampunya mahasiswa menyampaikan pendapat membuat mahasiswa menunda tugas menulis karena mahasiswa enggan mengakui pada dosen pembimbing bahwa mahasiswa merasa kurang mampu merangkai kata-kata dalam mengerjakan laporan (mahasiswa lebih mampu menyampaikan pemikiranpemikiran skripsinya secara lisan daripada dituangkan secara tertulis dalam bentuk laporan). Penundaan yang dilakukan mahasiswa dalam tugas membaca karena kurangnya kemampuan dalam menyampaikan pendapat membuat mahasiswa menunda tugas membaca karena mahasiswa enggan mengutarakan pada dosen pembimbing bahwa mahasiswa belum memahami isi literatur yang berkaitan dengan skripsinya. Kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat juga membuat mahasiswa melakukan penundaan dalam hal administratif saat mahasiswa enggan bertanya mengenai prosedur untuk mengurus perizinan yang berkaitan dengan skripsinya pada perusahaan. Kurang mampu menyampaikan pendapat saat menghadiri pertemuan membuat mahasiswa melakukan penundaan karena mahasiswa kesulitan untuk menyampaikan apa yang sudah mahasiswa kerjakan, mahasiswa lebih dapat menulis daripada menyampaikan isi laporan skripsi dalam bentuk lisan dengan dosen pembimbing.

17 Penundaan karena kesulitan dalam membuat keputusan di area menulis membuat mahasiswa menunda tugas menulis karena mahasiswa mengalami kesulitan saat menentukan apa yang akan mahasiswa tulis pada setiap bab yang akan mahasiswa kerjakan. Kesulitan dalam membuat keputusan di area membaca juga membuat mahasiswa menunda tugas membaca karena mahasiswa mengalami kesulitan saat menentukan bahan yang akan mahasiswa gunakan untuk skripsinya. Sulit membuat keputusan yang berkaitan dengan administratif akademik membuat mahasiswa melakukan penundaan karena mahasiswa mengalami kesulitan untuk memilih langkah apa yang akan mahasiswa lakukan terlebih dahulu dalam mengurus perijinan pada perusahaan. Alasan ini juga membuat mahasiswa menunda menghadiri pertemuan karena mahasiswa mengalami kesulitan saat harus menentukan dengan dosen utama atau dosen pendamping mahasiswa akan melakukan bimbingan terlebih dahulu. Keberanian mahasiswa dalam mengambil risiko mungkin membuat mahasiswa memilih topik/subjek skripsi yang terlalu berat ataupun terlalu ringan. Didasari alasan ini, mahasiswa yang memilih topik/subjek terlalu berat dapat melakukan prokrastinasi dalam tugas menulis dan membaca dengan alasan bahwa topik/subjek yang mahasiswa pilih sulit untuk diselesaikan dan membutuhkan waktu karena tidak mudah untuk menuliskan ataupun mendapatkan bahan untuk pengerjaannya. Sementara mahasiswa yang memilih topik/subjek terlalu ringan dapat melakukan prokrastinasi di tugas menulis dan membaca dengan alasan bahwa topik/subjek ini akan mudah untuk diselesaikan dan ada banyak data yang tersedia untuk menjadi referensi dalam pengerjaan skripsinya sementara rentang

18 deadline pengumpulan skripsi masih panjang, sehingga mahasiswa memilih untuk melakukan kegiatan lainnya diluar pengerjaan skripsi. Alasan ini juga dapat membuat mahasiswa menunda tugas administratif akademik, saat mahasiswa mengambil subjek yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk diambil datanya, jika terlalu sulit mahasiswa beralasan bahwa prosedurnya perijinannya pengambilan datanya terlalu rumit sedangkan jika terlalu mudah, mahasiswa akan akan menunda mengurus perijinan karena merasa rentang deadline masih panjang. Keberanian untuk mengambil risiko juga dapat menyebabkan mahasiswa menunda tugas menghadiri bimbingan karena mahasiswa merasa rentang pengumpulan skripsi masih panjang sehingga menunda bimbingan dengan dosen pun tidak akan menjadi masalah. Penundaan yang terjadi karena adanya pemberontakan terhadap kontrol biasanya bisa jadi merupakan suatu bentuk protes mahasiswa baik terhadap orang tua maupun terhadap dosen. Penundaan yang disebabkan oleh pemberontakkan terhadap kontrol dalam tugas menulis adalah situasi saat mahasiswa menunda tugas menulis karena mahasiswa merasa bahwa aturan dalam penulisan laporan skripsi terlalu rumit. Pemberontakkan terhadap kontrol di area membaca membuat mahasiswa menunda tugas membaca karena mahasiswa tidak setuju dengan bahan atau literatur yang dianjurkan oleh dosen pembimbingnya. Alasan ini pun dapat membuat mahasiswa menunda tugas administrasi akademik karena mahasiswa merasa bahwa perijinannya dalam pengambilan data dipersulit oleh pihak perusahaan. Alasan ini pun dapat membuat mahasiswa menunda tugas menghadiri pertemuan karena mahasiswa merasa bahwa setiap kali bimbingan, dosen

19 pembimbing menuntut terlalu banyak pada dirinya dan hal itu membuat mahasiswa menjadi cemas. Terdapat tujuh alasan penyebab prokrastinsi di dalam prokrastinasi akademik dan terdapat empat area prokrastinasi akademik. Penyebab yang satu dapat berkontribusi pada berbagai area sehingga penyebab prokrastinasi bisa saja terjadi pada area yang berbeda untuk masing-masing mahasiswa.

20 Fear of failure Aversiveness of task Tugas mengarang/ menulis laporan ilmiah Mahasiswa yang sedang menempuh kembali mata kuliah skripsi Penyebab prokrastinasi Difficulty making decisions Dependency Tugas membaca Prokrastinasi akademik Lack of assertion Kinerja administratif Risk-taking Menghadapi pertemuan Rebellion against control Bagan 1.1 Bagan kerangka pikir

21 1.6 Asumsi Penelitian Dari uraian di atas maka dapat diambil asumsi sebagai berikut : 1. Mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di jurusan X di Universitas Y kota Bandung diasumsikan melakukan prokrastinasi. 2. Prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di jurusan X di Universitas Y kota Bandung diasumsikan melakukan prokrastinasi dapat dilihat melalui keempat area, yaitu tugas menulis laporan ilmiah, tugas membaca, tugas administratif akademik, serta menghadiri pertemuan. 3. Prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di jurusan X di Universitas Y kota Bandung dilakukan atas alasan fear of failure (ketakutan akan kegagalan), aversiveness of task (ketidaksukaan terhadap tugas), difficulty making decisions (kesulitan dalam membuat keputusan), dependency (dependensi dan keinginan untuk dibantu), lack of assertion (kurang mampu mengutarakan pendapat secara asertif), risk-taking (kemampuan dalam mengambil risiko), dan rebellion against control (keinginan untuk memberontak terhadap kontrol). 1.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan asumsi yang telah dijabarkan diketahui bahwa: 1. Fear of Failure akan memberikan kontribusi pada prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata

22 kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X di Universitas Y kota Bandung. 2. Aversiveness of Task akan memberikan kontribusi pada prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X di Universitas Y kota Bandung. 3. Difficulty Making Decisions akan memberikan kontribusi pada prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X di Universitas Y kota Bandung. 4. Dependency akan memberikan kontribusi pada prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X di Universitas Y kota Bandung. 5. Lack of Assertion akan memberikan kontribusi pada prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X di Universitas Y kota Bandung. 6. Risk -Taking akan memberikan kontribusi pada prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X di Universitas Y kota Bandung.

23 7. Rebellion Against Control akan memberikan kontribusi pada prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah skripsi lebih dari satu kali di Jurusan X di Universitas Y kota Bandung.