Relai Arus Lebih ( Overcurrent Relay ) Tipe CO-9 Sebagai Proteksi Elektris Switchgear 3A Pada PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS CADANGAN GAS TURBIN GENERATOR PADA PLTGU TAMBAK LOROK BLOK II

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No. 02 Mei 2017 ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI PADA TRANSFORMATOR TENAGA GAS TURBINE GENERATOR 1.1 PLTGU TAMBAK LOROK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Suatu sistem pengaman terdiri dari alat alat utama yaitu : Pemutus tenaga (CB)

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Pertemuan ke :2 Bab. II

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR PLTU UNIT 1 DAN 2 TAMBAK LOROK

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PROTEKSI MOTOR BERBASIS MOTOR MANAGEMENT RELAY WDZ-430EX DI PLTU PACITAN

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN PEMISAH ( PMS ) PADA GARDU INDUK 150 kv SRONDOL PT. PLN ( PERSERO ) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

KOORDINASI RELAY PENGAMAN DAN LOAD FLOW ANALYSIS MENGGUNAKAN SIMULASI ETAP 7.0 PT. KRAKATAU STEEL (PERSERO) TBK

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

RELE ARUS LEBIH (OVERCURRENT RELAY)

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR TENAGA PLTGU TAMBAK LOROK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Prinsip Dasar Proteksi a). Proteksi Sistem Tenaga

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN SISTEM KONTROL PEMBANGKIT

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

Makalah Seminar Kerja Praktek Sistem Proteksi Generator Turbin Gas Berbasis REG 216 Pada PLTGU Muara Tawar Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GARDU INDUK TRANSFORMATOR

PEMBUATAN MODUL SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SEBAGAI ALAT PRAKTIKUM DI LABORATORIUM TEKNIK KONVERSI ENERGI

PEMELIHARAAN CB DAN ROTATING DIODA, SERTA SISTEM OPERASI PADA PLTU UNIT 3 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Studi Koordinasi Proteksi PT. PJB UP Gresik (PLTGU Blok 3)

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

BAB II LANDASAN TEORI

OCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

Kata kunci : sistem proteksi, motor 056K102M, GE MULTILIN 369, overload, phase unbalance, acceleration time, mechanical jam, dan ground fault

PENGGUNAAN RELAY DIFFERENSIAL. Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

SISTEM PROTEKSI RELAY

Analisa Koordinasi Rele Pengaman Transformator Pada Sistem Jaringan Kelistrikan di PLTD Buntok

BAB IV GROUND FAULT DETECTOR (GFD)

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

BAB II LANDASAN TEORI

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

BAB III PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rifgy Said Bamatraf Dosen Pembimbing Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT Dr. Dedet Chandra Riawan, ST., M.Eng.

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

POWER SWITCHING PADA AUTOMATIC TRANSFER SWITCH DALAM MENJAGA KEANDALAN POWER SUPPLY YANG DICATU DARI PLN DAN GENSET

BAB II LANDASAN TEORI

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

BAB II LANDASAN TEORI

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

PERALATAN PEMUTUS DAYA YANG FUNGSI UTAMANYA MENCATAT DAN MEMUTUSKAN DAYA LISTRIK KE PERALATAN / BEBAN.

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG

BAB IV PEMELIHARAAN PEMUTUS TENAGA (CIRCUIT BREAKER) DI APP DURI KOSAMBI

Makalah Seminar Kerja Praktek PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR TENAGA PADA PLTU TAMBAK LOROK UNIT III

Transkripsi:

Relai Arus Lebih ( Overcurrent Relay ) Tipe CO-9 Sebagai Proteksi Elektris Switchgear 3A Pada PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang Jonatan Martino W.S. 1, Karnoto,ST. MT 2 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang 50275, Semarang, (024) 7460053-7460055; Fax (024) 7460055 Email:jonatanmartino@gmail.com Abstrak Kebutuhan manusia akan penggunaan energi listrik semakin tinggi. Maka akan meningkatkan pula kemampuan suatu pembangkit untuk memproduksi energi listrik untuk kebutuhan manusia. Oleh karena itu dibutuhkan pula peralatan pada pembangkit yang mampu menunjang produksi energi listrik dengan kehandalan yang tinggi. Suatu peralatan dan komponen yang memiliki kehandalan yang sangat bagus pasti memerlukan system proteksi untuk mejaga dari gangguan. Hal ini sangat penting dalam hal pemeliharaan dan pengoperasi produksi energi listrik di PT. Indonesia Power UBP Semarang PLTU Unit 3. Sistem proteksi sendiri memiliki jenis yang sangat banyak pada setiap komponen untuk menjaga gangguan yang mungkin terjadi saat beroperasi. Relai proteksi adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang dirancang untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada peralatan system tenaga listrik di pusat pembangkitan, terutama pada switchgear. Dalam kerja praktek kali ini, bertujuan untuk memahami dan mengetahui Relai Arus Lebih ( Overcurrent relay ) tipe CO 9 sebagai proteksi elektris Switchgear 3A pada PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang. Dengan laporan ini diharapkan para pembaca dapat belajar mengenai sistem kerja, syarat, analisa kegagalan dan pemeliharaan Relai Arus Lebih. Kata Kunci Sistem proteksi, Switchgear,Rrelai arus lebih. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada akhir-akhir ini kebutuhan manusia akan penggunaan energi listrik semakin tinggi. Maka akan meningkatkan pula kemampuan suatu pembangkit untuk memproduksi energi listrik untuk kebutuhan manusia. Oleh karena itu dibutuhkan pula peralatan pada pembangkit yang mampu menunjang produksi energi listrik dengan kehandalan yang tinggi. Suatu peralatan dan komponen yang memiliki kehandalan yang sangat bagus pasti memerlukan system proteksi untuk mejaga dari gangguan. Hal ini sangat penting dalam hal pemeliharaan dan pengoperasi produksi energi listrik di PT. Indonesia Power UBP Semarang PLTU Unit 3. Sistem proteksi sendiri memiliki jenis yang sangat banyak pada setiap komponen untuk menjaga gangguan yang mungkin terjadi saat beroperasi. Relai proteksi adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang dirancang untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada peralatan system tenaga listrik di pusat pembangkitan, terutama pada switchgear. Dalam kerja praktek kali ini, penulis bertujuan untuk memahami dan mengetahui Relai Arus Lebih ( Overcurrent relay ) tipe CO 9 sebagai proteksi elektris Switchgear 3A pada PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang. Dengan laporan ini diharapkan para pembaca dapat belajar mengenai sistem kerja, syarat, analisa kegagalan dan pemeliharaan Relai Arus Lebih. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami aplikasi ilmu yang dipelajarinya dalam perkuliahan di dunia kerja. 2. Mengetahui fungsi sistem proteksi. 3. Mengetahui dan memahami sistem proteksi dengan menggunakan Relai arus lebih. 4. Mengetahui syarat, analisa kegagalan dan pemeliharaan Relai Arus Lebih pada Switchgear 3A pada PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang. C. Batasan Masalah Dalam penyusunan makalah laporan kerja praktek ini, pembahasannya hanya di batasi pada Relai Arus Lebih ( Overcurrent relay ) tipe CO 9 sebagai proteksi elektris Switchgear 3A pada PLTU Unit 3 PT. Indonesia Power UBP Semarang. Dan juga tidak membahas secara detail tentang struktur internal relai dan pengujian Relai arus lebih. 1 Mahasiswa 2 Dosen Pembimbing 1

II. DASAR TEORI 2.1 Switchgear Switchgear adalah komponen peralatan peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan kontrol. Switchgear sering disebut cubicle karena peralatan peralatan tersebut dikemas plat blok berbentuk almari dengan pintu di bagian depan yang bisa di buka dan di tutup menurut standar operasi yang diminta. Dan dalam pegertian secara umum adalah peralatan yang berfungsi sebagai penghubung dan pemutus antara dua sisi dengan tujuan tertentu. Gambar 2.1 Switchgear Untuk fungsi lainnya adalah : 1. Fungsi Switching (melalui Circuit Breaker atau Load Break Switch atau Disconnecting Switch, dll) 2. Fungsi Proteksi (Switchgear dilengkapi dengan fuse atau relay untuk proteksi beban seperti overcurrent, overload, reverse power, under/ over voltage, dll) 3. Fungsi pengukuran (switchgear dilengkapi dengan meter untuk pengukuran besaran listrik seperti arus, tegangan, kwh, frekuensi, power faktor, dll) 4. Fungsi Monitoring (switchgear dilengkapi dengan pilot indicator/ fasilitas monitoring untuk memonitor statis seperti on/ off maupun abnormal/ trip). Konstruksi Switchgear terdiri dari : 1. Box panel 2. Bus bar 3. Peralatan hubung 4. Circuit breaker 5. Switch pemutus beban (LBS) 6. Switch / disconnecting switch (S/DS) 7. Pemutus lebur (Fuse) 8. Trafo tegangan ( PT ) 9. Trafo Arus ( CT ) 10. Relai Proteksi 11. Overcurrent Relay 12. Undervoltage Relay 13. Diferensial Relay 14. KWh meter 15. Ampere meter 16. Volt meter 17. Frekuensi meter 18. Kabel-kabel control dan pengukuran 2.2 Operasi Switchgear Unit Switchgear di desain sesuai dengan fungsinya yaitu menyambungkan dan / atau memutuskan beban / rangkaian daya. Pada sisi luar/depan Switchgear terdapat : 1. Tombol-tombol untuk mengeksekusi operasi 2. Bagian-bagian untuk mengatur kondisi system ( tegangan, frekwensi ) 3. Switch- Switch / handel operasi peralatan secara langsung 4. Switch- Switch control untuk operasi on-off peralatan Dalam pengoperasian Switchgear dibagi dalam dua operasi yaitu : 1. Operasi ON ( closing ), pada posisi ON disconnecting switch dan circuit breaker di tutup ( operasi on ) 2. Operasi OFF ( opening ), pada posisi OFF circuit breaker dan disconnecting switch di buka ( operasi off ) Jadi, disconnecting switch hanya dapat / boleh beroperasi on atau off apabila circuit breaker dalam posisi terbuka. Dan, untuk menghindari kesalahan operator, kondisi operasi Switchgear ini hanya dapat dijamin dengan cara : 1. Interloching secara mekanikal (dengan kunci interlocking). 2. Kontrol elektrik, terutama pada Switchgear yang tidak memungkinkan mechanical interlock. 2.3 Gangguan pada Switchgear Switchgear umumnya terhubung dengan beban berupa motor-motor listrik sebagai penggerak alat-alat bantu pembangkit seperti pompo air pengisi, pompa air pendingin, pemanas dll. Peralatan ini mempunyai nilai investasi yang besar maka untuk itu gangguan-gangguan yang timbul perlu segera ditanggulangi. Kondisi operasi yang tidak normal dan menyebabkan gangguan pada switchgear dapat di klasifikasikan sebagai berikut : 2.3.1 Gangguan Panas / Beban Lebih Mekanik Beban lebih mekanis dapat disebabkan antara lain karena : 1. Prolonged overloading, dapat disebabkan oleh beban lebih yang berubah-ubah dalam periode sesaat (cyclic overloading ) 2. Stalling, adalah keadaan dimana beban, seperti motor yang tidak dapat berputar pada waktu start akibat beban yang berlebihan (macet, dsb). Stalling menyerap arus/tenaga listrik yang sangat besar yang dapat menimbulkan kerusakan total belitan motor dan akibatnya timbul panas yang berlebihan 2

2.3.2 Gangguan Lisrik Gangguan ini disebabkan karena ada ketidaknormalan yang terjadi seperti : 1. Gangguan hubung singkat antar fasa 2. Ganguan hubung singkat fasa ke tanah 3. Gangguan fasa terbuka ( open circuit ) 2.3.3 Gangguan Sistem 1. Mendeteksi, mengukur dan menentukan bagian sistem yang terganggu serta memisahkan secepatnya. 2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang terganggu. 3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain, yang tidak terganggu di dalam sistem tersebut dan dapat beroperasi normal serta mencegah meluasnya gangguan. 4. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik. Adanya ketidaknormalan pada sistem penyaluran tenaga ke beban yang dapat terjadi antara lain : 1. Tegangan tidak seimbang (unbalanced voltage ) Suplai tegangan tidak seimbang menyebabkan terjadinya pemanasan pada beban 2. Urutan fasa terbalik ( phase reversal ) Biasanya terjadi karena kesalahan pemasangan kembali terminal suplai setelah selesai perbaikan motor yang menyebabkan motor berputar dengan arah yang salah. 3. Tegangan kurang atau lebih ( under voltage, over voltage ) Suplai tegangan yang kurang/ lebih dapat menyebabkan kenaikan arus motor pada beban yang sama, sehingga belitan motor akan mengalami pemanasan lebih. Dan tegangan berlebihan dapat menyebabkan umur isolasi menurun bahkan tembusnya kekuatan isolasi. 4. Frekuensi rendah (under frequency) Turunya frekueni suplai menyebabkan turunya putaran motor yang berarti turunya kemampuan motor tersebut. Apabila motor dipaksa untuk memutar beban yang sama, motor akan menderita beban lebih. 2.4 Fungsi Relai Proteksi Switchgear Gambar 2.2 Relai proteksi pada switchgear Pada prinsinya relai proteksi yang terpasang pada sistem tenaga listrik mempunyai tiga macam fungsi, yaitu: 3 III. PEMBAHASAN 3.1 Relai Arus Lebih ( Overcurrent relay Relai arus lebih adalah suatu relai dimana bekerjanya berdasarkan adanya kenaikkan arus yang melewatinya. Agar peralatan tidak rusak biia dilewati arus yang melebihi kemampuannya, selain peralatan tersebut diamankan terhadap kenaikan arusnya, maka peralatan pengamannya harus dapat bekerja pada jangka waktu yang telah ditentukan. Fungsi Relai Arus Lebih : Relai arus lebih sebagai sebagai relai proteksi mempunyai fungsi : 1. Untuk pengamanan jika terjadi beban lebih. 2. Untuk mengisolasi daerah gangguan menjadi sekecil mungkin. 3. Untuk dapat memberikan suplai listrik dengan keandalan yang tinggi. 3.2 Syarat Relai Arus Lebih Untuk dapat memenuhi fungsi-fungsi relai seperti diatas, maka relai arus lebih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Cepat bereaksi Relai harus cepat bereaksi / bekerja bila sistem mengalami gangguan atau kerja abnormal. Kecepatan bereaksi dari relai adalah saat relai muiai merasakan adanya gangguan sampai dengan pelaksanaan pelepasan circuit breaker (C.B) karena komando dari relai tersebut. Waktu bereaksi ini harus diusahakan secepat mungkin sehingga dapat menghindari kerusakan pada alat serta membatasi daerah yang mengalami gangguan / kerja abnormal. Mengingat suatu sistem tenaga mempunyai batasbatas stabiiitas serta kadang-kadang gangguan sistem bersifat sementara, maka relai yang semestinya bereaksi dengan cepat kerjanya perlu diperlambat (time delay), seperti yang ditunjukkan persamaan : top = tp + tcb dimana : top = total waktu yang dipergunakan untuk memutuskan hubungan tp tcb = waktu bereaksinya unit relai = waktu yang dipergunakan untuk pelepasan C.B Pada umumnya untuk top sekitar 0,1 detik kerja peralatan proteksi sudah dianggap bekerja cukup baik.

2. Selektif Yang dimaksud dengan selektif disini adalah kecermatan pemilihan dalam mengadakan pengamanan, dimana hai ini menyangkut koordinasi pengamanan dari sistem secara keseluruhan. Untuk rnendapatkan keandalan yang tinggi, maka relai pengaman harus mempunyai kemampuan selektif yang baik. Dengan demikian, segala tindakannya akan tepat dan akibatnya gangguan dapat dieliminir menjadi sekecil mungkin. Berikut diberikan contohnya pada Gambar : Gambar 2.3 Sistem Tenaga Listrik Yang Sederhana Mengalami Gangguan Pada Titik K 6. Murah / economy Relai sebaiknya yang murah, tanpa meninggaikan persyaratan-persyaratan yang telah tersebut di atas. 3.3 Relai Arus Lebih Berbanding Terbalik ( Inverse ) Tipe CO 9 Relay arus lebih dengan karakteristik waktuarus berbanding terbalik adalah jenis relay arus lebih dimana jangka waktu relay muiai pick-up sampai dengan selesainya kerja relay tergantung dari besarnya arus yang melewati kumparan relaynya, maksudnya relay tersebut mempunyai sifat terbalik untuk nilai arus dan waktu bekerjanya. Adapun rangkaian dan karakteristiknya dapat dilihat pada gambar : DaIam sistem tenaga Iistrik seperti gambar di atas, apabila terjadi gangguan pada titik K, maka hanya C.B.6 saja yang boleh bekerja sedangkan untuk C.B.1, C.B.2 dan C.B. - C.B. yang lain tidak boleh bekerja. 3. Peka / sensitif Relai harus dapat bekerja dengan kepekaan yang tinggi, artinya harus cukup sensitif terhadap gangguan didaerahnya meskipun gangguan tersebut minimum, selanjutnya memberikan jawaban / response. 4. Andal / reliabiiity Keandalan relai dihitung dengan jumlah relai bekerja / mengamankan daerahnya terhadap jumlah gangguan yang terjadi. Keandalan relai dikatakan cukup baik bila mempunyai harga : 90 % - 99 %. Misal, dalam satu tahun terjadi gangguan sebanyak 25 X dan relai dapat bekerja dengan sempurna sebanyak 23 X, maka : Gambar 2.4 Rangkaian Relai Arus Lebih Berbanding Terbalik Bentuk sifat keterbalikan antara arus dan waktu kerja ini bermacam-macam, akan tetapi kesemuanya itu dapat digolongkan menjadi 3 golongan sebagai berikut: 1. Berbanding terbalik biasa (inverse) tipe CO 8 2. Sangat berbanding terbalik (very inverse) tipe CO 9 3. Sangat berbanding terbalik sekali (extremely inverse) CO 11 KeandaIan relai = 23 25 100 % = 92 % Keandalan dapat di bagi 2 : 1. Dependability : Relai harus dapat diandalkan setiap saat. 2. Security : Tidak boleh salah kerja / tidak boleh bekerja yang bukan seharusnya bekerja. Gambar 2.5 Karakteristik Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik 5. Sederhana / simplicity Makin sederhana sistem relai semakin baik, mengingat setiap peraiatan / komponen relai memungkinkan mengalami kerusakan. Jadi sederhana maksudnya kemungkinan terjadinya kerusakan kecil (tidak sering mengalami kerusakan). 4

1. Blok tap 2. Tap screws 3. Magnet tetap 4. Time dial 5. Kontak diam 6. Kontak gerak utama 7. Piringan induksi 8. Damping magnet 2. Indicating instantaneous Gambar 2.6 Karakteristik relai arus lebih tipe CO-9 Relai ini di gunakan untuk melindungi rangkaian satu phasa dan phasa banyak. Relay arus lebih berbanding terbalik tipe CO 9 terdiri dari bagian time delay, indicating instantaneous, indicating contactor switch (ICS), dan ICS taps. Gambar 2.9 Bagian Indicating instantaneous 3. Indicating contactor switch (ICS) dan ICS taps. Gambar 2.7 Konstruksi Ralai arus lebih tipe CO-9 1. Time delay 2. Indicating instantaneous 3. Indicating contactor switch (ICS) 4. ICS taps. 1. Time delay Gambar 2.10 Indicating contactor switch (ICS) dan ICS tap 3.4 Pemeliharaan Relai Pemeliharaan relai adalah memelihara peralatan/komponen dari perangkat proteksi tersebut tetap tetap dalam kondisi baik, sehingga bila terjadi gangguan pada sistem pembangkit maka peralatan relai proteksi dapat bekerja semestinya. Gambar 2.8 Bagian time delay arus lebih 5 1. Pemeliharaan rutin Pemelihraan peralatan relai proteksi pembangkit pada dasarnya dilakukan dalam kurun waktu dua tahun dengan keadaan pembangkit tidak beroperasi, kecuali untuk relai static diperlukan pemeriksaan rutin setiap tahun dalam keadaan pembangkit beroperasi. 2. Pemeliharaan korektif Pemeliharan korektif biasanya dilakukan bila terjadi penyimpangan karakteristik dari relai proteksi sehingga perlu untuk mengadakan koreksi

penyetelan, dan disamping itu juga adanya penggantian komponen relai atau penggantian relainya sendiri. oleh karena itu perlu diadakan suatu pengujian kembali, dan pelakanaan individual relai seperti pada pemeliharaan rutin. 3. Pemeliharaan darurat Pemeliharaan darurat biasanya dilaksanakan apabila terjadi suatu gangguan pada unit pembangkit dimana salah satu perangkat relai gagal beroperasi untuk menyatukan pemutus tenaga. Setelah sumber kegagalan dalam peralatan proteksi ditentukan, maka diteruskan dengan perbaikan dan penggantian komponen yang rusak dan setelah perbaikan diperlukanpengujian kembali. 4. Pengujian Relai Pengujian relai dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : 1. Individual test Individual test (pengujian secara individu) adalah menguji relainya sendiri, untuk menentukan apakah relai tersebut mempunyai karakteristik sesuai dengan spesifikasinya. 2. Function test Function test adalah menguji secara keseluruhan fungsi dari masing-masing perangkat proteksi maupun pengawatannya, apakah fungsi dari masing proteksi sudah bekerja dengan semestinya. 3.5 Analisa Kegagalan Relai Untuk menganalisa kegagalan kerja relai proteksi harus diperhatikan indicator pada peralatan relai tersebut. Antara lain : 3.5.1 Indikator Indikator yang dimaksud adalah indikator operasi dari suatu relai proteksi. Keluarannya indicator pada suatu relai proteksi adalah suatu indikasi kerja relai proteksi, meskipun lebih lanjut perlu di teiti apakah relai tersebut bekerj dengan baik dan benar sesuai setting dan persyaratan yang ada. Indikator operasi yang ada pada relai proteksi adalah : 1. Flag Indicator (indikasi bendera) adalah indikator operasi yang bisa digunakan pada relai-relai elektromekanik berbentuk bendera berwarna (bisa warna merah, kuning, hijau, putih) dan tersembunyi. Indikator tersebut akan lepas dan tertarik keluar apabila relai bekerja. Bila terjadi gangguan, indikator-indikator ini penting sekali untuk diketahui dan dicatat oleh operator atau petugas relai guna penelitian lebih lanjut. Mengembalikan flag indicator ke posisi semula disebut me-reset relai. Mereset flag indicator dapat dilakukan dengan secara mekanis atau secara elektris melalui solenoid tergantung konstruksi yang dibuat olehpabrik. 2. Lamp indicator ( lampu indikasi ) adalah indikasi operasi suatu relai proteksi dapat pula berupa dengan lampu indikasi yang fungsinya samadengan flag indicator. Lampu indikasi banyak dipakai pada relairelai statik atau elektronik dengan lampu berwarna. 6 Untuk me-reset kembaliperlu dicatat indikasi yang terjadi. 3. Alarm, berupa lampu yang berkedip atau dengan klakson/buzzer/belatau annunciator. Pada umumnya alarm dipusatkan di ruang kontrol dan dipasang secara and gate atau paralel bersamaan dengan bekerjanya indikator-indikator tersebut di atas. 3.5.2 Selain indicator Kegagalan suatu sistem rele proteksi dapat dimungkinkan oleh kegagalan dari salah satu perangkat proteksinya, berikut ini : 1. Bekerja tetapi salah (false operation) False operation dapat dipisahkan menjadai dua keadaan, yaitu : Dalam kondisi gangguan, rele proteksi yang seharusnya tidak bekerja, tetapi ia bekerja (tidak selektif).dalam kondisi tidak terjadi gangguan, tetapi rele proteksi bekerja (tidak andal). 2. Gagal bekerja (fail to trip) Dalam kondisi gangguan, rele proteksi tidak bekerja dan tidak memutuskan PMT/PMB nya (tidak sensitif).dalam kondisi gangguan, sistem rele proteksi bekerja tetapi tidak memutuskan PMT/PMB nya (tidak andal). Namun yang terakhir ini kemungkinan gangguan lebih kepada kegagalan perangkat lainnya. Kemungkinan gangguan yang terjadi pada rele proteksi dan menyebabkan rele proteksi tidak berfungsi sebagaimana mestinya antara lain disebabkan oleh : Karakteristik rele sudah berubah, Kerusakan/ gangguan pada komponenkomponen rele, Kesalahan posisi setelan, Hilangnya catu daya. 3.5.3 Trafo Tegangan dan Trafo Arus PT (Potential Transformer) dan CT (Current Transformer) dalam suatu rangkaian proteksi berfungsi memonitor besaran-besaran arus, tegangan,daya dan frekuensi untuk dikirim sebagai masukkan ke rele proteksi.adanya ketidaknormalan nilai masukkan akibat adanya kerusakan atau kelainan pada PT dan CT diikuti dengan adanya gangguan dapat berakibat kegagalan kerja rele proteksi. Kerusakan yang mungkin terjadi adalah : 3.5.3.1 Pada PT 1. Ratio antara tegangan primer dan sekunder telah berubah. 2. Pengaman lebur sisi sekunder putus. 3. Putus atau hubung singkat gulungan primer atau sekunder. 3.5.3.2 Pada CT 1. Ratio antara arus primer dan sekunder telah berubah. 2. Putus atau hubung singkat pada belitan sekunder. 3. Kesalahan penggunaan tap ratio. 3.5.4 Pengawatan/wiring Pengawatan/wiring berfungsi menyalurkan atau meneruskan besaran-besaran sinyal listrik dari perangkat proteksi yang satu ke perangkat proteksi lainnya. Kerusakan atau kelainan pada sistem pengawatan dapat berakibat gagalnya fungsi proteksi.

Kerusakan/ kelainan pada sistem pengawat anantara lain : 1. Putus. 2. Lepas pada sambungan atau terminal. 3. Hubung singkat atau hubung tanah. 4. Kontak longgar 3.5.5 Sumber Daya Arus Searah (Dc Battery System). Sumber daya arus searah berfungsi menyediakan tenaga untuk kerja PMT.Kerja rele proteksi tidak ada artinya apabila di sisi lain terjadi kegagalan kerja PMT untuk mengisolir gangguan karena adanya kelainan atau ketidaknormalan. Pada sumber daya dc pada umumnya tidak tersedianya atau sudah tidak tersimpan lagi daya (Ah-nya) dapat disebabkan oleh : 1. Trip atau rusaknya alat pengisi baterai dalam waktu lama tanpa diketahui sebelumnya. 2. Berat Jenis larutan sudah tidak memenuhi syarat. 3. Lepas atau trip-nya sakelar utama atau sakelar pembagi di panel bagi. 3.5.6 PMT atau PMB. PMT/ PMB (Pemutus Tenaga/ Pemutus Beban) adalah perangkat atau bagian dari sistem proteksi yang berfungsi mengisolasi atau memutuskan gangguan atau peralatan yang terganggu. Kelainan atau kerusakan yang terjadi pada PMT/ PMB adalah : 1. Tidak bekerjanya kumparan pelepas (tripping coil). 2. Kerusakan pada sistem penggerak mekanis (hidraulik, pneumatik,pegas). 3. Jika sistem perangkat proteksi diidentikan sebagai indera manusia, maka rele proteksi sebagai otaknya, CT/ PT sebagai matanya, pengawatan sebagai urat-urat nadinya, baterai sebagai tenaganya dan PMT/ PMB sebagai kaki tangannya. Dapat dibayangkan apabila salah satu perangkat ini gagal berfungsi, maka tujuan atau sasaran yang diinginkan tidak mungkin tercapai. III. PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan kerja praktek di PT Indonesia Power UBP Semarang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. PLTU adalah sistem pembangkit listrik yang menggunakan uap yang telah di panaskan kemudian digunakan untuk memutar turbin. Sedangkan PLTGU adalah sistem yang menggabungkan antara sistem PLTG dengan PLTU. 2. Proses pembangkitan listrik dengan menggunakan uap air secara sederhana dasar dalam proses pembangkitan listrik mengikuti siklus Rankine. 3. Switchgear dalam pegertian secara umum adalah peralatan yang berfungsi sebagai penghubung dan pemutus antara dua sisi dengan tujuan tertentu. 7 4. Relai proteksi adalah suatu piranti baik elektrik maupun magnetik yang dirancang untuk mendeteksi suatu kondisi ketidaknormalan pada peralatan system tenaga listrik terutama pada switchgear. 5. Relai arus lebih dapat didefinisikan sebagai suatu relai yang didasarkan pada adanya kenaikan nilai arus yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. 6. Relai arus lebih dengan karakteristik waktu-arus berbanding terbalik adalah jenis relay arus lebih dimana jangka waktu relay muiai pick-up sampai dengan selesainya kerja relay tergantung dari besarnya arus yang melewati kumparan relaynya. 7. Pemeliharaan relai adalah memelihara peralatan/komponen dari perangkat proteksi tersebut tetap tetap dalam kondisi baik, sehingga bila terjadi gangguan pada sistem pembangkit maka peralatan relai proteksi dapat bekerja semestinya. B. Saran Saran yang bisa diberikan oleh penulis antara lain : 1. Seharusnnya proses penggantian bahan bakar ke gas PLTU Unit 3 dan PLTGU dilakukan lebih cepat agar dapat dioperasikan kembali sehingga membantu suplai listrik Jawa- Bali. 2. Penyusunan buku-buku yang berhubungan dengan topik yang ingin dibahas lebih ditata lebih rapih sesuai bidangnya. Agar pencarian lebih mudah dan tidak berantakan. 3. Referensi yang berada di dalam perpustakaan di PT Indonesia Power UBP Semarang sebaiknya dilengkapi dan diubah dalam bentuk data untuk memudahkan dalam proses pengambilan data. REFERENSI [1] Rao, Sunil S., Switchgear and Protection, Khanna Publishers, New Delhi. [2] Arismunandar, Artono. 1984. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita. [3] Tobing, Bonggas L. 2003. Peralatan Tegangan Tinggi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. [4] Via S. Cabota. Instruction Book For Electrical Equipment Vol II. Milano, Italy

BIODATA PENULIS Jonatan Martino W.S. lahir di Kudus pada tanggal 19 Maret 1993. Telah menempuh studi mulai dari MI Muhammadiyah Jati Kulon Kudus, SMP Negeri 2 Kudus dan SMA Negeri 1 Bae Kudus. Saat ini sedang melanjutkan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro konsentrasi Tenaga Listrik (Power), Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang. Menyetujui, Dosen Pembimbing Semarang, 12 Juni 2014 Karnoto,ST. MT NIP 196907091997021001 8