BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktiftas pelayanan kesehatan baru dimulai pada akhir abad ke -19,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penting bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan pelayanan prima rumah sakit di Indonesia tertuang dalam Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena rumah sakit memberikan pelayanan medik dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. berbagai program dan upaya kesehatan (Depkes, 2004). mutu pelayanan dan mutu hasil pemeriksaan di laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN. penting dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (Depkes RI, 1999). Peningkatan kebutuhan dalam bidang kesehatan ini

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk sosial dan bisnis, agar tercipta hubungan subsidi silang antara

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan baru yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Setiap orang melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit sekarang ini menjadi semakin penting dengan

BAB I PENDAHULUAN. 2. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran;

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang adil dan merata. Salah satu pelayanan kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan telah

BAB I PENDAHULUAN. serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang

PENETAPAN KINERJA. No Sasaran strategis Indikator Kinerja Target. (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB II DESKIPSI PERUSAHAAN

NOMOR 10 TAHUN LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Masalah

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

1 BAB I PENDAHULUAN. pengentasan kemiskinan. Tujuan MDGs di bidang kesehatan merupakan tujuan

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REMUNERASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 2 TAHUN 2012 T E N T A N G POLA TARIF BLUD RSUD PROF.DR.M.A HANAFIAH SM BATUSANGKAR

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA KLINIK DALAM STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI RS DR KARIADI SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM. Farichah Hanum

BAB 1 PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sejak pertama kali berdirinya suatu negara, pemerintah dan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kepada instansi pemerintah yang bertujuan menghasilkan barang dan/atau jasa

BAB 1 PENDAHULUAN. yayasan yang sudah disahkan sebagai badan hukum. rawat inap, rawat darurat, rawat intensif, serta pelayanan penunjang lainnya.

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

-1- BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

alternatif strategi bersaing yang tepat agar rumah sakit mampu bersaing dengan kompetitor lainnya. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di bidang keuangan negara meliputi Undang-undang No. 17

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dari pelaksanaan hak-hak asasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan

BAB I PENDAHULUAN. berbasis unit, dengan penghitungan unit cost yang detail sehingga mudah dalam

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

BAB 1 PENDAHULUAN. peradaban suatu bangsa. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang melaksanakan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 72 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, telah terjadi pertumbuhan yang sangat pesat di berbagai sektor industri,

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan dan fungsi rumah sakit sebagai sarana yang semata mata hanya melakukan aktiftas pelayanan kesehatan baru dimulai pada akhir abad ke -19, dimana dimasa masa sebelumnya rumah sakit berperan multi fungsi, sesuai dengan nama Hospital berasal dari bahasa Romawi yang berarti tempat mengungsi atau tempat penginapan sementara hospitality artinya keramahan. Pada masa itu semua aspek pembiayaan terkait dengan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga dokter semuanya ditanggung oleh pemilik atau yayasan keagamaan atau donatur. Proses pembiayaan seperti itu, secara perlahan terjadi perubahan seiring dengan waktu dan pola kepemilikan rumah sakit itu sendiri, dimana pihak swasta sudah mengembangkan pola asuransi sebagai acuan pembayaran terhadap pelayanan tersebut. persepsi terhadap aktivitas pelayanan rumah sakit berubah total, rumah sakit tidak lagi sebagai sarana pengobatan cuma cuma lagi, dan prinsip manajemen terhadap semua segmen pelayanan diaplikasi sebagai satu perusahaan yang mempertimbangkan aspek finasial, dengan perhitungan cost, benefit, efisiensi, dan efektivitas terhadap semua aktifitas pelayanan, baik terhadap Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, termasuk didalamnya pelayanan laboratorium (Djoko Wijono,MS,Dr,2008). Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin

meningkat dan sudah mengarah pada spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat lajunya pembangunan, semakin besar pula tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di lain pihak pelayanan rumah sakit yang memadai, baik di bidang diagnostik maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan diagnostik yang diselenggarakan oleh laboratorium klinik rumah sakit sangat perlu untuk menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Pusorowati (2004), mutu pada hakekatnya adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa. Sedangkan mutu pelayanan laboratorium klinik rumah sakit diartikan sebagai derajat kesempurnaan pelayanan laboratorium klinik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah masyarakat konsumen.

Upaya peningkatan mutu pelayanan laboratorium klinik merupakan serangkaian kegiatan yang komprehensif dan integral yang menyangkut struktur, proses dan outcome secara obyektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu serta kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan laboratorium yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna. Sasaran upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium di rumah sakit adalah meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien, dokter dan pemakai jasa laboratorium lainnya), meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan laboratorium, dan efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki (Mulyadi Bagus,et.al.,2001) Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis laboratorium dan kegiatan-kegiatan yang bersifat administrasi, serta manajemen laboratorium. Kegiatan teknis laboratorium meliputi seluruh kegiatan pra-analitik, analitik dan pasca-analitik. Kegiatan yang berkaitan dengan administrasi meliputi pendaftaran pasien / spesimen, pelayanan administrasi keuangan, dan pelayanan hasil pemeriksaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial meliputi pemberdayaan sumber daya yang ada, termasuk di dalamnya adalah penatalaksanaan logistik dan pemberdayaan SDM (Baker, J.J., (1998). Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.M. Djamil Padang, sebagai institusi pelayanan yang menjadi rumah sakit pusat rujukan untuk sumatera tengah, dengan sendirinya harus mengikuti perubahan perubahan yang mengacu pada undang undang kesehatan tersebut. dimana aspek mutu yang menjadi topik utama untuk acuan pelayanan kesehatan termasuk sub pelayanan laboratorium klinik, dimana

penyedian alat alat laboratorium klinik yang sesuai dengan kemajuan tekhnologi kedokteran dibidang pendekatan diagnostik, terapetik dan untuk follow up pasien merupakan hal yang tidak bisa dielakkan. Sementara untuk menyediakan peralatan peralatan laboratorium klinik tersebut membutuh biaya yang cukup tinggi, sehingga kajian efisiensi dan efektivitas terhadap biaya dan benefit, mutlak dilakukan dengan cermat. Semenjak didirikannya RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 1955 dengan nama Rumah Sakit Megawati, status dan fungsi rumah sakit dalam pengelolaan sumber daya baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarana dan prasarana telah berubah beberapa kali, antara lain, sebagai rumah sakit Negara yang semua aspek pembiayaan dan pendapatan langsung dikelola oleh pemerintah, kemudian berubah status menjadi rumah sakit Swadana, kemudian menjadi rumah sakit PERJAN (Perusahaan Jawatan), tetapi dalam aspek pengadaan semua masih dibawah kendali Pemerintah pusat dalam hal ini diatur oleh Kementrian Kesehatan. Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah RI No. 23 tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Pengelolaan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RI tahun 2005 Nomor 48), terhitung bulan Juni tahun 2006 berdasarkan PP 23 tahun 2005 tersebut tentang perusahaan Badan Layanan Umum (BLU), RSUP Dr. M. Djamil kembali menjadi Unit Pelaksanaan Teknis Kementrian Kesehatan dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU). Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. PPK-BLU adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. RSUP Dr. M. Djamil Padang yang telah berubah status menjadi rumah sakit BLU, dimana dengan status BLU ini, terjadi perubahan mendasar terhadap aspek pembiayaan dan pendapatan, rumah sakit diberikan kewenangan dalam mengatur sendiri pendapatannya tanpa disetor ke kas Negara, dan dibolehkan mengambil profit terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit untuk dimanfaatkan terhadap pengembangan fasilitas dan kesejahteraan karyawan, sementara aspek pembiayaan disamping dibiayai oleh dana BLU, subsidi pemerintah melalui Anggran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tetap diberikan oleh negara. Perubahan Status RSUP Dr. M. Djamil Padang ini, otomatis berdampak kepada aspek pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien, pihak manajemen diminta lebih jeli menghitung Cost dan Benfit dalam aspek perencanaan dan pengadaan baik Sumber Daya Manusia (SDM) maupun peralatan yang berazaskan efisiensi dan efektivitas terhadap peningkatan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Pengadaan alat laboratorium pada waktu yang lalu sebelum BLU, semua kebutuhan peralatan disediakan oleh pemerintah pusat. Karena keterbatasan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebagai satu satunya sumber pembiayaan rumah sakit, banyak peralatan laboratorium yang dibutuhkan Rumah sakit tidak dapat dipenuhi baik dari sisi mutu alat, maupun jumlahnya, sehingga pihak rumah sakit dengan persetujuan Kementerian Kesehatan terpaksa melakukan Kerja Sama Operasional (KSO) dengan pihak kedua untuk pengadaannya, dimana

dalam kerjasama tersebut pihak kedua menyediakan peralatan yang dibutuhkan sedangkan operasional alat tersebut dikerjakan oleh SDM rumah sakit, untuk pelunasan alat diambil dari biaya pembelian reagen ke pihak kedua dengan harga diatas pasar. Selisih harga tersebut ditujukan untuk angsuran pembelian alat. Instalasi Laboratorium Sentral sebagai pengelola pelayan laboratorium, diharapkan menjadi salah satu Revenue Center akan tetapi sering terjadi permasalahan menghitung pendapatan rumah sakit, sewaktu menyusun Rencana Belanja Anggaran (RBA), dimana terdapat selisih yang cukup besar antara perkiraan pendapatan dengan penerimaan, penghitungan pendapatan pada RBA berdasarkan Acrual Base artinya pendapatan dihitung hasil perkalian volume atau jumlah pemeriksaan yang dilakukan dikalikan dengan tarif tiap pemeriksaan, akibat adanya pembayaran harga reagen yang fluktuatif dan diatas harga pasar menyebabkan berkurangnya penerimaan dari yang diperkirakan, sehingga alih alih keuntungan yang didapatkan justru terjadi subsidi rumah sakit terhadap pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium klinik. Untuk lebih akuratnya perhitungan dalam perencanaan pengadaan peralatan yang dibutuhkan oleh Instalasi Laboratorium Sentral, dan penghitungan RBA rumah sakit, mutlak diperlukan kajian kelayakan untuk investasi peralatan laboratorium ini. Ada beberapa cara untuk menghitungnya salah satunya adalah dengan cara membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pelayanan tersebut dibandingkan dengan keuntungan yang diterima. Perhitungan ini kita kenal dengan analisa biaya manfaat atau Cost Benefit Analysis (CBA). Memang kajian penghitungan atau analisa keuntungan terutama pada peralatan laboratorium semata mata tidak bisa hanya dihitung dengan nilai finansialnya akan tetapi juga kebutuhan

pelayanan juga perlu diperhitungkan dengan menilai aspek efektifitas pelayanan yang diberikan alat tersebut terhadap hasil pelayanan yang bersifat non finansial seperti kesembuhan atau seberapa pentingnya ketersediaan alat tersebut untuk menunjang keseluruhan aspek pelayanan pada pasien. Analisa yang paing tepat terhadap ini adalah analisa biaya efektif atau Cost Effectiveness analysis (CEA). Tetapi pada penelitian ini penulis hanya mengangkat isu terkait kepada kelayakan investasi dengan pembiayaan sendiri terhadap pengadaan alat analisa kimia darah yaitu Cobas C111 Analyzer 1.2. Rumusan Masalah Berangkat dari permasalahan efisisensi dan efektivitas pelayanan yang dihadapi oleh pihak Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang terkait pembiayaan pemeriksaan laboratorium sentral, perlu ada kajian terkait pengadaan alat tersebut apakah pihak manajemen rumah sakit layak melakukan investasi dengan biaya sendiri terhadap pengadaan alat laboratorium Cobas C 11I Analyazer. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Melakukan analisis biaya manfaat (cost benefit analysis) terhadap kelayakan investasi alat laboratorium Cobas C111 Analyzer di RSUP Dr. M. Djamil Padang. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengukur unit cost pemeriksaan laboratorium Cobas C111 Analyzer 2. Menghitung Payback Period alat laboratorium Cobas C111 Analyzer

3. Mengukur tingkat kelayakan investasi alat laboratorium Cobas C111 Analyzer 4. Mengukur manfaat langsung dan manfaat tidak langsung alat laboratorium Cobas C111 Analyzer. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi rumah sakit sebagai bahan masukan atau pertimbangan terhadap pengambilan keputusan pengadaan alat laboratorium analisa gas darah Cobas C111 Analyzer 2. Menjadi model bagi pengadaan alat untuk pelayanan medis yang lain 3. Bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan referensi tentang pelaksanaan KSO alat laboratorium Cobas C111 Analyzer.