BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan tidak satupun makhluk hidup di kehidupan ini tidak membutuhkan air (Suripin, 2004). Peran penting air sangat diperlukan adanya sumber air yang dapat menyediakan air baik dari segi kuantitas dan kualitas. Sumber air minum di Indonesia berasal dari air permukaan (surface water), air tanah (ground water) dan air hujan. Air tercemar oleh limbah industri maupun limbah rumah tangga sehingga menyebabkan air tidak berfungsi sesuai kebutuhan (Ricki Mulia, 2005). Masalah pencemaran air di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Pencemaran air bersumber dari beberapa hal yaitu limbah pertanian, limbah rumah tangga, limbah industri dan penangkapan ikan akan mengakibatkan ekosistem rusak yang di dalam maupun di luar kehidupan air terganggu. Namun, dapat diatasi dengan berbagai cara baik dari diri sendiri maupun dari instansi pemerintahan. Salah satu logam berat yang merupakan sumber polusi dan perlu dihilangkan dalam perairan adalah logam chromium (Pratiwi DT, 2013). Logam chromium (Cr) merupakan unsur yang melimpah yang terdapat di alam dengan berbagai bentuk oksida, yaitu Cr (0), Cr (III) atau Cr trivalent, Cr (VI) atau Cr heksavalen. Chromium secara alami ditemukan di batuan, tumbuhan, hewan, tanah, gas, dan debu gunung berapi. Cr (VI) atau heksalen berasal dari proses industri. Penggunaan logam chrom biasanya terdapat pada industri pelapisan logam, 1
2 industri cat dan zat warna tekstil. Beberapa logam berat ternyata telah mencemari air, Inhalasi Chromium dapat menimbulkan kerusakan pada tulang hidung, paru paru, liver dan kanker. Ketika chromium merupakan suatu campuran di dalam produk kulit dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit oleh karena itu kandungan logam berat khususnya chromium dalam limbah industri harus diminimalkan sebelum dibuang ke lingkungan (Widowati, Wahyu. 2008) Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Mentri Kesehatan No. 492/Menkes/Per/IV/2010 baku mutu limbah yang boleh dialirkan ke air permukaan untuk Cr (VI) sebesar 0,05-1 mg/l dan untuk Cr (total) sebesar 0,1-2 mg/l. Chromium dapat diturunkan kadarnya dengan adsorben seperti tempurung kelapa, batu kapur, serbuk gergaji kayu, dan cangkang telur. Pemanfaatan cangkang telur Horn sebagai bahan material penyerap merupakan salah satu teknologi yang murah karena bahan bakunya mudah didapat. Cangkang telur Horn mengandung CaCO 3 dan protein asam mukopolisakarida yang dapat dikembangkan menjadi adsorben, fungsi penting asam mukopolisakarida adalah dapat mengikat ion logam berat yang kemungkinan dapat dijadikan adsorben untuk menyerap logam berat yang terkandung dalam limbah electroplating (Chumlong Arunlertaree, 2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Nyoman Wira Prasidha (2012) proses adsorpsi cangkang telur sebagai adsorben dibedakan atas beberapa ukuran (mesh) yaitu 10, 30, 60 dan 100 mesh dengan variasi waktu kontak 30, 60, 90, 120 menit sebagai variabel bebas dalam penelitian dan kecepatan pengadukan sebagai
3 variable tetap. Limbah cair yang digunakan adalah limbah electroplating yang mengandung logam berat Pb sebesar 35,80 mg/l. Sistem yang digunakan dalam penelitian studi adsorpsi ini adalah menggunakan system batch. Sehubungan dengan hal diatas perlu dilakukan penelitian mengenai penurunan kadar ion chrom (Cr 6+ ) dalam air dengan menggunakan cangkang telur Horn pada konsentrasi 5%b/v dengan lama perendaman 30, 60, 90, 120 menit. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat rumusan masalah Adakah pengaruh variasi lama perendaman menggunakan cangkang telur Horn 5%b/v terhadap penurunan kadar ion chrom (Cr 6+ ) dalam air? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh variasi lama perendaman menggunakan cangkang telur Horn 5% b/v terhadap penurunan kadar ion chrom (Cr 6+ ) dalam air. 2. Tujuan Khusus a. Optimasi panjang gelombang dan waktu kestabilan spektrofotometer. b. Menetapkan Kadar Chrom (Cr) awal pada sampel air. c. Menetapkan kadar Chrom (Cr) dalam air setelah dilakukan penambahan cangkang telur Horn konsentrasi 5%b/v dengan lama perendaman 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit.
4 d. Menghitung prosentase (%) penurunan kadar Chrom (Cr) dalam air setelah penambahan cangkang telur Horn konsentrasi 5%b/v dengan lama perendaman 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit. e. Mengetahui lama perendaman cangkang telur Horn yang tertinggi dalam menurunkan kadar Chrom (Cr) dalam air. f. Menganalisis pengaruh variasi lama waktu perendaman cangkang telur Horn 5%b/v terhadap penurunan kadar ion Chrom (Cr 6+ ) dalam air. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat cangkang telur Horn dalam menurunkan kadar ion chrom (Cr 6+ ) dalam air. 2. Bagi Masyarakat Memberikan informasi pada seluruh masyarakat tentang pemanfaatan cangkang telur Horn yang digunakan untuk menurunkan kadar ion chrom (Cr 6+ ) dalam air, sehingga mempermudah masyarakat untuk memperoleh air bersih. 3. Bagi Universitas Sebagai inventaris perpustakaan dan sebagai referensi untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.
5 E. Keaslian Penelitian Tabel 1 Keaslian penelitian Penulis instansi (Tahun) Judul penelitian Hasil penelitian Fransiska Anita Meysella Prodi DIII Analis Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang 2014 Penurunan Kadar Chrom (Cr) Dalam Air Menggunakan Arang Tempurung Kelapa Konsentrasi 10% b /v Dengan Variasi Lama Perendaman Hasil penelitian adalah analisis Chrom dilakukan pada panjang gelombang optimum 540 nm dengan waktu kestabilan 10 menit. Didapatkan kadar Crom awal 10,00 ppm dan prosentase penurunan kadar Chrom setelah perendaman 8 jam, 16 Jam, 24 Jam, 32 Jam, dan 40 Jam berturut-turut adalah 13,20 ± 0,00%, 23,30 ± 0,00%, 34,80 ± 0,00%, 60,00 ± 0,00% dan 87,60 ± 0,00%. Ada pengaruh lama perendaman arang tempurung kelapa konsentrasi 10% b /v, dengan lama perendaman 16 Jam, 24 Jam, 32 Jam, 40 Jam dan 48 Jam dengan penurunan kadar Cr dalam air. Dewa Nyoman Wira Prasidha Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jatim 2012 Adsorpsi Logam Berat Pada Limbah Industri Elektroplating Menggunakan Kulit Telur Dengan proses adsorpsi cangkang telur sebagai adsorben dibedakan atas beberapa ukuran (mesh) yaitu 10, 30, 60 dan 100 mesh dengan variasi waktu kontak 30, 60, 90, 120 menit sebagai variabel bebas dalam penelitian dan kecepatan pengadukan sebagai variabel tetap. Limbah cair yang digunakan adalah limbah electroplating yang mengandung logam berat Pb sebesar 35,80 mg/l. Sistem yang digunakan dalam penelitian studi adsorpsi ini adalah menggunakan system batch. Setelah analisa menggunakan AAS apat dikatakan dalam waktu 90 menit dengan ukuran cangkang telur 100 mesh paling baik menurunkan kadar Pb dalam limbah electroplating yaitu sebesar 98,90%.
6 Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian di atas adalah pada adsorben yang digunakan yaitu cangkang telur ayam Horn 5%b/v dengan lama perendaman 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit.