RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Jenis Data Data Primer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 16 Pohon angsana di Kota Yogyakarta (a) dan di Kota Solo (b).

STUDI PERBANDINGAN STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI DAUN MAHONI

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang ada 37 perusahaan (5,65%). Industri berskala kecil ada 144 perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan bermotor telah lama menjadi salah satu sumber pencemar

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

MORFOMETRIK STOMATA TUMBUHAN TREMBESI (Samanea saman Jacq.) DI SEKITAR PT. SEMEN PADANG. Yurike Yolanda, Lince Meriko, Elza Safitri

AKUMULASI TIMBAL (PB) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (CODIAEUM VARIEGATUM)

BAB I PENDAHULUAN. Jalur hijau di sepanjang jalan selain memberikan aspek estetik juga dapat

Studi Anatomi Daun Saccharum spp. sebagai Induk dalam Pemuliaan Tebu

III. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

STRUKTUR ANATOMI DAUN AKASIA DAN MAHONI AKIBAT PENGARUH GAS DAN MATERI VULKANIK PASCA LETUSAN GUNUNG MERAPI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRUKTUR STOMATA PADA DAUN BEBERAPA TUMBUHAN HIDROFIT SEBAGAI MATERI BAHAN AJAR MATA KULIAH ANATOMI TUMBUHAN

Adaptasi Anatomis Tanaman Kedelai Varietas Slamet Akibat Perbedaan Ketinggian Tempat Anatomical Adaptation of Soybean 'Slamet' on Various Altitude

AKUMULASI TIMBAL (Pb) DAN STRUKTUR STOMATA DAUN PURING (Codiaeum variegatum Lam. Blume)

INDEKS DAN KERAPATAN STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2009 sampai bulan Juli 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

HUBUNGAN ANTARA INDEKS LUAS DAUN DENGAN IKLIM MIKRO DAN INDEKS KENYAMANAN

PENGARUH POLUTAN TERHADAP STRUKTUR MORFOLOGI STOMATA DAUN TREMBESI (Samanea saman (Jacg) Merr)

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Sebagai pusat kota wisata, perindustrian dan perdagangan, kota Bandung

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Kegiatan tersebut mengakibatkan adanya unsur-unsur gas, baik itu karbon

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

KARAKTERISASI ANATOMI STOMATA DAUN SAGU (Metroxylon sagu Rottb.) PADA TAHAP ANAKAN DAN NYORONG

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

ANGSANA (Pterocarpus indicus) SEBAGAI BIOINDIKATOR UNTUK POLUSI DI SEKITAR TERMINAL LEBAK BULUS. Abstract

PENGARUH KETERSEDIAAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens) SKRIPSI DWI INTAN HARDILA

KARAKTERISTIK MORFOLOGI, ANATOMI, DAN KANDUNGAN KLOROFIL LIMA KULTIVAR TANAMAN PENYERAP POLUSI UDARA Sansevieria trifasciata RATNASARI

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

Dengan Judul PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

DENGAN JUDUL PENGGUNAAN TUMBUHAN SEBAGAI BIOINDIKATOR DALAM PEMANTAUAN PENCEMARAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL. Tingkat perubahan warna, panjang kedalaman zona perubahan warna serta tingkat wangi dinyatakan dalam nilai rata-rata ± simpangan baku.

di kawasan - kanra s an yang tercemar at.au dengan cara pe_

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata

IDENTIFIKASI STRUKTUR ANATOMI DAUN ANGSANA DAN BERINGIN AKIBAT PENGARUH GAS DAN MATERI VULKANIK PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI CHOIRUNNISA WIHDA DESYANTI

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. dikota-kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

KANDUNGAN TIMBAL (Pb) PADA TANAMAN PENEDUH DI JALAN TUANKU TAMBUSAI KOTA PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada November 2013-Mei 2014 di

PERBEDAAN KADAR TIMBAL (Pb) DI UDARA BADAN JALAN BERDASARKAN KERAPATAN TANAMAN PENGHIJAUAN DAN DENSITAS KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG

KERAGAMAN MANGGA CENGKIR DI KABUPATEN INDRAMAYU RITA HANDAYANI

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi kehidupan di dunia ini ( Arya, 2004: 27).

PENGARUH UMUR TANAMAN LIDAH MERTUA ( Sansevieria sp. ) DALAM MENYERAP TIMBAL DI UDARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

Densitas Stomata 120 Menit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Morfologi Tanaman Begonia

TINGKAT KEMAMPUAN PENYERAPAN TANAMAN HIAS DALAM MENURUNKAN POLUTAN KARBON MONOKSIDA

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah alat transportasi. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan alat

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

PENDAHULUAN Latar Belakang

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

ADAPTASI ANATOMIS POHON PADA ROOF GARDEN (Studi Kasus: Kondominium Taman Anggrek, Jakarta)

Sediaan Mikroskopis untuk Pengamatan dengan Mikroskop Elektron Transmisi (TEM). Pengukuran Parameter Fotosintesis . Pengamatan Anatomi Daun HASIL

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana IPB 2. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 3

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

Impact of Air Pollution on Vegetation at Bogor Botanical Garden ABSTRACT

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal Dibawah ini adalah bahan bahan yang diperlukan dalam proses fotosintesis, kecuali...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Anatomi Tanaman Katuk dan Patah Tulang

Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata

BAB I PENDAHULUAN.

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Karakteristik Morfologi dan Anatomi, serta Kandungan Klorofil Lima Kultivar Tanaman Penyerap Polusi Udara Sansevieria trifasciata.

ke tiga dan seterusnya kurang efektif dalam mereduksi konsentrasi partikel timbal di udara. Halangan yang berupa vegetasi akan semakin efektif

PENDAHULUAN. Tabel 1 Lokasi, jenis industri dan limbah yang mungkin dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas pemikiran yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). dengan berubahnya kurikulum dari tahun pelajaran ke tahun pelajaran

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpanan In Vitro Bobot Basah

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Kerusakan daun tanaman sebagai bioindikator pencemaran udara (studi kasus tanaman peneduh Jalan Angsana dan Mahoni dengan pencemar udara NO dan SO2)

ANATOMI JARINGAN DAUN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN Celosia cristata, Catharanthus roseus, DAN Gomphrena globosa PADA LINGKUNGAN UDARA TERCEMAR

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

LAPORAN PRAKTIKUM BOTANI ANATOMI AKAR BATANG DAN DAUN

Keywords : Indoor Air Pollution, Nitrogen Dioxide (NO₂), Parking Area

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1 B. Rumusan masalah... 3 C. Tujuan penelitian... 3 D. Manfaat penelitian... 3

PERBEDAAN STRUKTUR ANATOMI TUMBUHAN PENGHASIL GAHARU. Aquilaria spp. and Gyrinops versteegii)

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

PENURUNAN POLUSI TIMBAL OLEH JALUR HIJAU TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DI TAMAN MONAS JAKARTA PUSAT

Transkripsi:

Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 RESPON PERTUMBUHAN SERTA ANATOMI DAUN KENARI (Canarium commune L) DAN AKASIA (Acacia mangium Willd) TERHADAP EMISI GAS KENDARAAN BERMOTOR [Growth and Leaf Anatomy Respons of Canarium (Canarium commune L.) and Acacia (Acacia mangium Willd) Towards Vehicle Emision] SITI BADRIYAH RUSHAYATI 1), RIZKY YUSUF MAULANA 2) 1) Pengajar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB 2) Alumni Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB ABSTRACT Canarium and Acacia plants are commonly used as urban forest and shade plants on the rightleft side of streets. Identifying the effect of air pollution to the growth and microscopic anatomy of the leaves will be beneficial in predicting air quality condition of the location. Result of the research showed that canarium plants exposed to air pollutant emission showed a lower diameter growth and higher stoma density compare to the ones unexposed to pollutant. Acacia plants exposed to air pollutant emission showed smaller amount of diameter growth, height growth, length of upper side stomata, length of lower side stomata, leaves thickness, lower side palisade tissue thickness and sponge tissue thickness compare to the plants unexposed to pollutant. Acacia plant was more sensitive to air pollutant because more tissues experienced disturbance and destruction. Acacia plant might be a bioindicator of air pollution. Keywords : urban forest, air pollution, growth, microscopic anatomy of the leaves, bioindicator PENDAHULUAN Kenari (Canarium commune L) dan akasia (Acacia mangium Willd) sering digunakan sebagai tanaman peneduh yang ditanam di sepanjang kanan kiri jalan serta sering digunakan sebagai tanaman dalam penghijauan. Tanaman ini memberikan dampak positif terhadap lingkungan yaitu menciptakan iklim mikro yang nyaman, penghasil oksigen serta mereduksi polutan gas khususnya CO 2. Polutan gas yang terserap dan terjerap tumbuhan akan mempengaruhi pertumbuhan dan anatomi mikroskopis daunnya. Dengan melihat pengaruh dari polutan gas terhadap pertumbuhan dan anatomi mikroskopis daun diharapkan dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi respon pertumbuhan dan anatomi mikroskopis daun kenari dan akasia akibat pencemaran udara khususnya dari sumber pembuangan kendaraan bermotor. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat digunakannya tumbuhan sebagai bioindikator pencemaran udara. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat, pemberian perlakuan emisi gas kendaraan bermotor pada tanaman dilakukan di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Sedangkan pengamatan dan pengukuran mikroskopis daun dilakukan di Laboratorium Anatomi Tumbuhan, Departemen Biologi FMIPA IPB. Penelitian dilaksanakan dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Oktober 2003. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu : 1. Anakan kenari dan akasia umur 6 bulan 2. Bahan kimia : formaldehyde, asam asetat glasial, etanol 70 %, tertier butil alkohol (TBA), minyak parafin, parafin, safranin, fastgreen, asam nitrat, gliserin, entellan, bayclean, akuades. Peralatan yang digunakan yaitu : pisau, alat ukur (meteran), califer, sungkup plastik, sepeda motor, alat untuk mengambil sampel udara (imvinger), mikrotom putar, mikroskop okuler, counter, dan stopwatch. Metode Metode penelitian ini meliputi : 1. Pemilihan bibit tanaman kenari dan akasia umur 6 bulan sebanyak masingmasing 6 tanaman. Setiap tanaman diambil sampel daun sebanyak 3 buah. Sehingga dibutuhkan 12 tanaman dan 36 sampel daun yang akan dianalisis. 71

Respon Pertumbuhan serta Anatomi Daun Kenari 2. Tanaman dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu satu kelompok (kenari dan akasia) diletakkan di tempat terbuka, dan satu kelompok dimasukkan ke dalam sungkup plastik. Satu kali sehari sungkup plastik ini ditutup rapat yaitu pada saat pengasapan gas dari kendaraan bermotor selama 10 menit. Perlakuan ini dilakukan selama 2 bulan. Lima hari sekali dilakukan pengukuran diameter batang dan tinggi tanaman. 3. Setelah 2 bulan, dilakukan pengambilan sampel daun 3 buah daun per tanaman. Daun yang diambil adalah daun ke3 dari pucuk ranting, kemudian dibuat sayatan paradermal dan sayatan tranversal. 4. Pada sayatan paradermal diukur : panjang stomata, lebar stomata dan kerapatan stomata. Sedangkan pada sayatan tranversal diukur : tebal daun, tebal jaringan palisade, tebal jaringan bunga karang, tebal jaringan epidermis atas, dan tebal jaringan epidermis bawah. 5. Gas buang kendaraan bermotor yang dimasukkan ke dalam sungkup, diambil sampel udaranya dan dianalisis untuk mengetahui konsentrasi CO, SO 2, NO 2, dan debu. Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif dan menggunakan ujit untuk membandingkan setiap parameter pertumbuhan dan anatomi daun dari tanaman yang diberi emisi kendaraan bermotor dengan yang tidak. Polutan Udara HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi gas buang (emisi) kendaraan bermotor yang terukur di dalam sungkup plastik yaitu 9.375 µg/m 3 CO, 149,07 µg/m 3 SO 2, 78,87 µg/m 3 NO 2, dan 43,1 µg/m 3 debu. Apabila dibandingkan dengan baku mutu udara ambien berdasarkan KEP03/MENKLH/II/1991, maka dari keempat parameter pencemaran udara ini, konsentrasi debu sudah melebihi ambang batas (maksimal hanya diperkenankan 0,26 µg/m 3 ). Pertumbuhan Tanaman Kenari Pengaruh emisi kendaraan bermotor terhadap peubah pertumbuhan kenari, yang berbeda nyata hanya pada peubah pertambahan diameter batang. Pertambahan diameter batang pada tanaman yang diberi emisi polutan gas hanya sebesar 0,050 mm, sedangkan pada tanaman yang tidak mendapatkan emisi gas terukur 0,079 mm. Sedangkan peubah yang lain yaitu pertambahan tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Pada hari ke20, pada tanaman yang diberi emisi gas polutan menampakkan gejala bintikbintik hitam pada pinggir daun (Tabel 1) Akasia Hasil pengukuran parameter pertumbuhan tanaman akasia terlihat bahwa pertambahan diameter batang dan pertambahan tinggi tanaman yang diberi perlakuan pemberian emisi gas polutan lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi emisi. Pada pengamatan hari ke5, beberapa tanaman yang diberi emisi sudah menguning (terlihat gejala klorosis), terdapat bintik hitam dan mengering sehingga beberapa daun gugur. Jumlah daun gugur setelah 2 bulan terhitung 10 helai (Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan tanaman kenari dan akasia yang diberi emisi polutan udara dengan yang tidak No. Jenis Tanaman 1. Kenari Pertambahan diameter batang Pertambahan tinggi tanaman 2. Akasia Pertambahan diameter batang Pertambahan tinggi tanaman A (mm) 0,079 0,279 0,094 1,661 Perlakuan B (mm) 0,050 0,353 0,025 0,294 Hasil Ujit Keterangan: A : Tidak diberi perlakuan emisi polutan udara B : Diberi emisi perlakuan emisi polutan gas : Berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 % : Tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 % 72

Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 Anatomi Mikroskopis Daun Hasil pengamatan dan pengukuran anatomi mikroskopis daun kenari dan akasia disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Peubah mikroskopis daun kenari dan akasia No. 1. 2. Jenis Tanaman/Parameter Mikroskopis Daun Sayatan Paradermal : a. Sisi Atas Daun Panjang stomata ( m) Lebar stomata ( m) Kerapatan stomata ( stomata/mm 2 ) b. Sisi Bawah Daun Panjang stomata ( m) Lebar stomata ( m) Kerapatan stomata ( stomata/mm 2 ) Sayatan Tranversal Tebal daun ( m) Tebal jaringan palisade sisi atas ( m) Tebal jaringan palisade sisi bawah ( m) Tebal jaringan bunga karang ( m) Tebal jaringan epidermis atas ( m) Tebal jaringan epidermis bawah ( m) Kenari Akasia A B Hasil Ujit A B Hasil Ujit 015,266 013,167 529,265 086,000 024,667 040,167 012,500 007,750 015,667 013,376 608,529 085,667 026,917 041,583 010,000 007,250 Keterangan: A : Tidak diberi perlakuan emisi polutan udara B : Diberi emisi perlakuan emisi polutan gas : Berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 % : Tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 % 021,000 013,250 286,021 020,792 012,896 449,200 180,917 035,333 035,917 092,583 008,333 008,167 018,542 012,547 364,866 018,833 012,708 467,333 147,417 031,917 032,000 061,917 008,833 008,250 Kenari Berdasarkan letak stomatanya, daun kenari termasuk tipe hipostomatik karena stomata hanya dijumpai pada sisi bawah (abaksial), sehingga pengukuran panjang stomata, lebar stomata dan kerapatan stomata hanya dilakukan pada daun bagian bawah saja. Hasil analisis dari sayatan paradermal daun kenari seperti yang disajikan pada Tabel 2, didapatkan bahwa kerapatan stomata tanaman kenari yang diberi emisi gas polutan yaitu sebesar 608,529/mm 2, sedangkan pada tanaman yang tidak diberi emisi kerapatannya 529,265/ mm 2. Hal ini menunjukkan bahwa kenari secara anatomi memberikan respon meningkatkan jumlah stomata ketika diberi pencemaran udara. Parameter panjang dan lebar stomata tanaman yang diberi emisi dan yang tidak, tidak berbeda nyata (Gambar 1). Gambar 1. Sayatan paradermal daun tanaman kenari (A : tanaman kenari tanpa emisi polutan, B: tanaman kenari yang diberi emisi polutan). 73

Respon Pertumbuhan serta Anatomi Daun Kenari Gambar 2. Sayatan tranversal daun kenari (A : tanaman kenari tanpa emisi polutan, B : tanaman kenari yang diberi emisi polutan). Analisis dari sayatan tranversal didapatkan bahwa dari semua parameter (tebal daun, tebal jaringan palisade, tebal jaringan bunga karang, tebal jaringan epidermis atas dan tebal jaringan epidermis bawah) dari kedua kelompok tanaman tidak memberikan perbedaan yang nyata (Gambar 2). Akasia Berdasarkan letak stomatanya, daun akasia termasuk tipe amfistomatik karena stomata dijumpai di kedua sisi daun (adaksial dan abaksial). Hasil analisis dari sayatan paradermal menunjukkan bahwa panjang stomata tanaman yang tidak diberi emisi berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%, serta lebih panjang (terukur 21,00 µm) dibandingkan dengan tanaman yang diberi emisi (18,542 µm). Lebar dan kerapatan stomata antara kedua kelompok tanaman ini tidak berbeda nyata, meskipun secara perhitungasn lebar stomata tanaman yang tidak diberi emisi lebih lebar dibandingkan dengan tanaman yang diberi emisi. Sebaliknya kerapatan stomata meskipun tidak berbeda nyata tetapi tanaman yang diberi emisi lebih rapat dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi emisi (Gambar 3). 74

Media Konservasi Vol. X, No. 2 Desember 2005 : 71 76 Gambar 3. Sayatan paradermal daun akasia (A : adaksial tanaman yang tidak diberi emisi, B : adaksial yang diberi emisi, C : abaksial tidak diberi emisi, D : abaksial diberi emisi) Hasil analisis sayatan tranversal menunjukkan bahwa tebal daun, tebal jaringan palisade sisi bawah dan tebal jaringan bunga karang berbeda nyata pada selang kepercayaan 95 % antara tanaman yang diberi emisi dengan yang tidak. Tanaman yang tidak diberi emisi dari ketiga parameter tersebut nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberi emisi. Sedangkan tebal jaringan palisade sisi atas, tebal jaringan epidermis atas dan tebal jaringan epidermis bawah tidak berbeda nyata (Gambar 4). Tebal jaringan palisade sisi atas tidak berbeda nyata, sedangkan tebal palisade sisi bawah berbeda nyata antara tanaman yang diberi emisi dengan yang tidak, ini diduga karena jumlah stomata lebih banyak pada sisi daun bagian bawah. Polutan lebih banyak masuk melalui sisi bawah sehingga jaringan palisade bagian bawah lebih banyak yang rusak dibandingkan dengan bagian atas. Meskipun tebal jaringan bunga karang tanaman yang diberi emisi lebih tipis (61,917 µm ) dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi emisi (92,583 µm ), tetapi jumlah lapisan bunga karang hampir sama (56 lapisan) Jaringan bunga karang tanaman yang tidak diberi emisi berbentuk tubular dan tersusun secara teratur. Sedangkan pada tanaman yang diberi emisi mengalami pengkerutan dan susunannya tidak teratur. Menurut Treshow (1970), SO 2 yang tinggi menyebabkan kloroplas pecah kemudian klorofil menyebar dalam sitoplasma, selanjutnya sitoplasma mengkerut, proses ini disebut plasmolisis. 75

Respon Pertumbuhan serta Anatomi Daun Kenari Gambar 4. Sayatan tranversal daun tanaman akasia (A : tanaman tanpa emisi polutan udara. B : tanaman diberi emisi) Kesimpulan KESIMPULAN 1. Tanaman kenari yang diberi emisi polutan udara mengalami pertambahan diameter batang yang lebih rendah serta kerapatan stoma lebih tinggi bila dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi emisi. 2. Tanaman akasia yang diberi emisi polutan udara mengalami pertambahan diameter batang, pertambahan tinggi tanaman, panjang stomata sisi atas, panjang stomata sisi bawah, tebal daun, tebal jaringan palisade sisi bawah dan tebal jaringan bunga karang yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi emisi. 3. Tanaman akasia lebih rentan terhadap pencemaran udara karena banyak jaringan yang mengalami gangguan dan kerusakan. 4. Tanaman dapat dijadikan bioindikator pencemaran udara dengan melihat pengaruh pencemaran terhadap pertumbuhan dan anatomi mikroskopis daunnya. Saran Perlu penelitian lebih lanjut untuk membandingkan ketahanan berbagai tanaman terhadap pencemaran udara sehingga dapat untuk dasar penentuan jenis tanaman yang dapat dijadikan bioindikator pencemaran udara. DAFTAR PUSTAKA Fardiaz, S. 1992. Polusi Udara dan Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Fitter. A.H., Hay R.K.M. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman (terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Treshow, M. 1970. Environment and Plant Respon. McGrawHill Book Company Ink.New York. Wardana,W.A. 1995. Dampak Pencemaran Udara. Andi Offsset. Yogyakarta. 76