BAB IV ANALISIS. IV. 1. Analisis Pemilihan Titik Dasar Untuk Optimalisasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III REALISASI DELINEASI BATAS LAUT

BAB 3 PROSES REALISASI PENETAPAN BATAS LAUT (ZONA EKONOMI EKSKLUSIF) INDONESIA DAN PALAU DI SAMUDERA PASIFIK

BAB IV ANALISIS. 4.1Analisis Peta Dasar yang Digunakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III IMPLEMENTASI ASPEK GEOLOGI DALAM PENENTUAN BATAS LANDAS KONTINEN

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II DASAR TEORI PENETAPAN BATAS LAUT DAERAH

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Pembagian Wilayah Laut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (Juni, 2013) ISSN: ( Print)

BAB III PENETAPAN BATAS ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA - FILIPINA DI LAUT SULAWESI. Tabel 3.1 Tahapan Penetapan Batas Laut

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Sidang Ujian Tugas Akhir Oleh : FLORENCE ELFRIEDE SINTHAULI SILALAHI

Kajian Landas Kontinen Ekstensi Batas Maritim Perairan Barat Laut Sumatra

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Perundingan Batas Maritim Indonesia Singapura

Studi Penentuan Batas Maritim Antara Dua Negara Berdasarkan Undang Undang yang Berlaku di Dua Negara yang Bersangkutan (Studi Kasus : NKRI dan RDTL)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya 6 (enam) wilayah laut yang diakui dan ditentukan dari suatu garis pangkal yaitu :

BAB III PENENTUAN GARIS BATAS MARITIM INDONESIA SINGAPURA PADA SEGMEN TIMUR MENGGUNAKAN PRINSIP EKUIDISTAN

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Posisi Foot Of Slope (FOS) Titik Pangkal N (m) E (m) FOS N (m) E (m) Jarak (M)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2002 TENTANG DAFTAR KOORDINAT GEOGRAFIS TITIK-TITIK GARIS PANGKAL KEPULAUAN INDONESIA

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

DELINEASI LANDAS KONTINEN EKSTENSI DI LUAR 200 MIL LAUT MELALUI PENARIKAN GARIS HEDBERG DARI KAKI LERENG INVESTIGATOR RIDGE

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

xvii MARITIM-YL DAFTAR ISI

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT

2 Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan D

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2014 TENTANG WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

Gambar 3.1. Rencana jalur survei tahap I [Tim Navigasi Survei LKI, 2009]

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENEGASAN BATAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

3. BAHAN DAN METODE. dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) pada tanggal 15 Januari sampai 15

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

STUDI PENENTUAN BATAS MARITIM INDONESIA-MALAYSIA BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA

Abstrak PENDAHULUAN.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

DAFTAR PUSTAKA. Djunarsjah, E Aspek Teknik Hukum Laut. Diktat Kuliah. Penerbit ITB. Bandung.

ZONASI LAUT TERITORIAL. Oleh Dr. Ir. HJ. KHODIJAH ISMAIL, M.Si

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

1 Pengukuran dan analisa..., Ivan Adhiwena, FT UI, 2008 Universitas Indonesia

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB V ANALISIS IMPLIKASI DEFORMASI CO-SEISMIC TERHADAP BATAS DAERAH DAN NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, kepulauan tidak hanya berarti sekumpulan pulau, tetapi juga lautan yang

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 9. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan Aspek Geospasial dalam Metode Delimitasi Batas Maritim

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Hukum Internasional Kl Kelautan. Riza Rahman Hakim, S.Pi

BADAN INFORMASI GEOSPASIAL : B.84/BIG/DIGD/HK/08/2012 TANGGAL :13 AGUSTUS Standard Operating Procedures tentang Pengelolaan Data Batas Wilayah

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2008

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

1. SIMBOL, NOTASI, DAN KODE UNSUR, UNSUR-UNSUR PERAIRAN PETA DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSES GENERALISASI GARIS PANTAI DALAM PETA KEWENANGAN DAERAH DI WILAYAH LAUT MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUGLAS-PEUCKER

RSNI2. Pertukaran data lintang, bujur, dan tinggi lokasi geografis. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PANDUAN CARA MENGHITUNG LUAS INDONESIA DALAM SISTEM PROYEKSI UTM MENGGUNAKAN SOFTWARE ARCGIS 9.3

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 30/MEN/2004 TENTANG PEMASANGAN DAN PEMANFAATAN RUMPON

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3260); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan United Nations Convention on the La

Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 16 No. 1, Agustus 2010

Datum Geodetik Batas Maritim Indonesia Singapura: Status dan Permasalahannya

IMPLEMENTASI BATAS WILAYAH dan KEPULAUAN TERLUAR INDONESIA terhadap KEDAULATAN NKRI

Bab 2. Persamaan Parametrik dan Sistim Koordinat Kutub

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

Karena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Gambar 2. Zona Batas Maritim [AUSLIG, 2004]

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.35/MEN/2011 TENTANG

KISI KISI UJI COBA SOAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis Terhadap Penentuan Datum, Titik Dasar dan Garis Pangkal

Pendekatan Aspek Hukum, Geomorfologi, dan Teknik Dalam Penentuan Batas Wilayah Laut Daerah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS Setelah dilakukan delineasi secara grafik yaitu dengan metode lingkaran dan secara numerik yaitu dengan metode SPG I untuk jarak dekat, menengah dan jarak jauh di wilayah Pulau Nias, maka dapat dilakukan analisis : IV. 1. Analisis Pemilihan Titik Dasar Untuk Optimalisasi Dalam pemilihan titik dasar, negara pantai dapat melakukan pemilihan setiap titik dasar pada muka air rendah, seperti delineasi garis batas dengan garis pangkal normal (dengan melakukan buffering) dan delineasi dengan menggunakan metode lingkaran dengan titik terluar sebagai titik pusat lingkaran. Negara pantai juga dapat menggunakan metode lingkaran yang digelindingkan sepanjang garis muka air rendah. Pada gambar 4.1 ditunjukkan batas laut teritorial sesuai metode lingkaran yang digelindingkan sepanjang muka air rendah yang dibandingkan dengan metode lingkaran yang berpusat di titik-titik terluar muka air rendah dengan memakai skala 1:1.000.000. Dapat juga dibandingkan dengan gambar 4.2 yaitu batas laut teritorial sesuai metode lingkaran yang digelindingkan sepanjang muka air rendah yang dibandingkan dengan metode lingkaran yang berpusat di titik-titik terluar muka air rendah yang ditampilkan dengan skala yang berbeda dan lebih besar yaitu pada skala 1:200.000. IV - 1

U Skala 1 : 1.000.000 Gambar 4. 1 Perbandingan batas laut teritorial sesuai metode lingkaran digelindingkan dengan berpusat di titik terluar dengan skala 1 : 1.000.000 U Pulau Nias batas laut teritorial dengan lingkaran menggelinding batas laut teritorial dengan titik luar sebagai pusat Skala 1 : 200.000 Gambar 4. 2 Perbandingan batas laut teritorial sesuai metode lingkaran digelindingkan dengan berpusat di titik terluar dengan skala 1 : 200.000 IV - 2

Dengan mengambil beberapa titik pada muka air rendah, pada gambar 4.3 ditunjukkan perbedaan pemakaian metode grafik dengan numerik untuk optimalisasi pemilihan titik dasar, dimana apabila memakai metode grafik akan kelihatan perbedaan baik dalam posisi titik-titik batas maupun bentuk garis batas. T-1 T-1 T-2 T-2 T-3 T-3 T-4 T-4 T-5 T-5 T-2 T-1 T-3 T-4 T-5 T-6 Pulau Nias T-6 T-6 T-7 T-7 batas laut teritorial secara numerik batas laut teritorial secara grafik Skala 1 : 200.000 titik batas laut teritorial secara numerik titik batas laut teritorial secara grafik titik dasar Gambar 4. 3 Perbandingan batas laut teritorial sesuai metode grafik dan numerik dengan skala 1:200.000 dengan mengambil beberapa titik pada muka air rendah Pemilihan titik-titik dasar juga mencakup banyaknya titik-titik dasar yang dijadikan acuan dalam delineasi batas-batas laut. Semakin banyak titik-titik dasar yang dipakai untuk delineasi, hasil garis batas akan lebih halus (smooth), sehingga akan mendekati bentuk muka air yang sebenarnya. Apabila dibandingkan dengan metode numerik, akan lebih banyak menggunakan titiktitik dasar untuk hitungan. IV - 3

Pada tabel 4.1 ditunjukkan perbandingan batas laut teritorial yang ditentukan dengan metode grafik dan metode numerik, dengan memakai banyak titik pada muka air rendah, sehingga dihasilkan list titik-titik batas laut. Pada tabel 4.2 juga ditunjukkan perbandingan apabila memakai sedikit titik-titik yang dipilih pada muka air rendah sebagai titik-titik dasar. Pada gambar 4.4 ditunjukkan perbandingan pemakaian metode grafik dan metode numerik apabila memakai banyak titik-titik dasar pada muka air rendah dengan memakai sedikit titik-titik dasar pada muka air rendah. Tabel 4.1 Perbandingan delineasi batas laut teritorial dengan metode grafik dan numerik dengan memakai banyak titik pada muka air rendah Titik Koordinat Awal Jarak (m) Sudut Jurusan (... o...... ) Koordinat Batas Grafik Koordinat Batas Numerik T-1 01 25 1,56 97 03 40,32 22.224 306 23 16,08 1 32 8,88 96 54 0,36 1 32 10,78 96 54 1,54 T-2 01 24 56,16 97 03 36,36 22.224 306 55 23,78 1 32 8,88 96 54 0,36 1 32 10,81 96 54 1,59 01 24 56,16 97 03 36,36 22.224 296 04 54,44 1 30 12,96 96 52 49,08 1 30 14,25 96 52 50,62 T-3 01 24 49,32 97 03 33,12 22.224 296 40 53,13 1 30 12,96 96 52 49,08 1 30 14,25 96 52 50,62 01 24 49,32 97 03 33,12 22.224 264 55 47,42 1 23 45,60 96 51 35,28 1 23 45,35 96 51 37,01 T-4 01 24 41,04 97 03 33,84 22.224 165 34 35,64 1 23 45,60 96 51 35,28 1 23 45,35 96 51 37,01 01 24 41,04 97 03 33,84 22.224 258 43 7,57 1 22 20,28 96 51 47,16 1 22 19,47 96 51 48,82 T-5 01 24 27,00 97 03 36,36 22.224 259 51 58,93 1 22 20,28 96 51 47,16 1 22 19,47 96 51 48,82 01 24 27,00 97 03 36,36 22.224 251 27 47,88 1 20 37,68 96 52 13,08 1 20 36,95 96 52 14,75 T-6 1 24 20,88 97 03 38,52 22.224 251 58 20,56 1 20 37,68 96 52 13,08 1 20 36,95 96 52 14,75 1 24 20,88 97 03 38,52 22.224 236 21 44,78 1 47 41,64 96 53 38,40 1 17 40,06 96 53 40,00 T-7 1 13 46,20 97 03 59,52 22.224 289 04 7,47 1 47 41,64 96 53 38,40 1 17 40,06 96 53 40,00 IV - 4

Tabel 4.2 Perbandingan delineasi batas laut teritorial dengan metode grafik dan numerik dengan memakai sedikit titik pada muka air rendah Titik Koordinat Awal Jarak (m) Sudut Jurusan (... o...... ) Koordinat Batas Grafik Koordinat Batas Numerik D-1 1 24 57,60 97 03 38,16 22.224 301 01 22,31 01 31 9,12 96 53 20,40 01 31 10,56 96 53 22,20 D-2 1 24 49,32 97 03 33,12 22.224 301 47 33,76 01 31 9,12 96 53 20,40 01 31 10,56 96 53 22,20 1 24 49,32 97 03 33,12 22.224 258 08 45,95 01 22 21,36 96 51 47,88 01 22 20,64 96 51 49,68 D-3 1 24 20,88 97 03 38,52 22.224 260 26 30,10 01 22 21,36 96 51 47,88 01 22 20,64 96 51 49,68 1 24 20,88 97 03 38,52 22.224 236 21 44,78 01 17 41,64 96 53 38,40 1 17 40,20 96 53 39,84 D-4 1 13 46,20 97 03 59,52 22.224 289 04 8,47 01 17 41,64 96 53 38,40 1 17 40,20 96 53 39,84 D-1 D-2 D-3 Pulau Nias batas teritorial metode grafik banyak titik batas teritorial metode grafik sedikit titik batas teritorial metode numerik sedikit titik batas teritorial metode numerik banyak titik Gambar 4.4 Perbandingan pemakaian banyak titik dengan sedikit titik dengan metode grafik dan numerik IV - 5

IV. 2. Analisis Pemilihan Jenis Garis Pangkal Untuk delineasi batas laut, perlu juga dilihat pemilihan jenis garis pangkal yang dipakai. Pemakaian jenis garis pangkal haruslah sesuai dengan keperluan negara pantai yang bersangkutan. Apabila negara pantai tersebut mempunyai bentuk muka air rendah yang stabil atau beraturan, negara tersebut boleh memakai garis pangkal normal, atau apabila bentuknya tidak beraturan, boleh memakai garis pangkal lurus. Pada gambar 4.5, gambar 4.6, gambar 4.7, dan gambar 4.8 ditunjukkan batas laut teritorial dengan memakai garis pangkal lurus kepulauan, yang boleh dipakai oleh negara Indonesia karena merupakan negara pantai yang juga negara kepulauan. Pada gambar-gambar tersebut ditunjukkan perbandingan pemakaian metode grafik dan metode numerik yang direalisasikan untuk delineasi batas laut teritorial, zona tambahan, zona ekonomi eksklusif dan batas landasan kontinen (untuk kasus khusus 350 mil laut). TD.168 TD.168 TD.168 TD.167a TD.167a TD.167 TD.167b TD.167b titik batas laut teritorial secara numerik titik batas laut teritorial secara grafik batas laut teritorial secara numerik batas laut teritorial secara grafik TD.164 TD.164 TD.164 Gambar 4. 5a Perbandingan batas laut teritorial secara grafik dan numerik IV - 6

TD. 168 TD. 168 TD. 168 Batas laut teritorial secara numerik Batas laut teritorial secara grafik Gambar 4. 5b Perbandingan batas laut teritorial secara grafik dan numerik TD.168 TD.168 TD.168 TD.167a TD.167a TD.167 TD.167b TD.167b TD.164 titik batas zona tambahan secara numerik titik batas zona tambahan secara grafik batas zona tambahan secara numerik batas zona tambahan secara grafik TD.164 TD.164 Gambar 4. 6 Perbandingan batas laut zona tambahan secara grafik dan numerik IV - 7

TD.168 TD.167 TD.168 TD.168 TD.167a TD.167a TD.164 TD.167b TD.167b TD.164 TD.164 titik batas landas kontinen secara numerik titik batas landas kontinen secara grafik batas landas kontinen secara numerik batas landas kontinen secara grafik Gambar 4. 7 Perbandingan batas laut ZEE secara grafik dan numerik TD.168 TD.168 TD.167a TD.168 TD.167a TD.167 TD.164 TD.167b TD.167b TD.164 TD.164 titik batas laut zee secara numerik titik batas laut zee secara grafik batas laut zee secara numerik batas laut zee secara grafik Gambar 4. 8 Perbandingan batas laut landas kontinen secara grafik dan numerik Perbandingan secara numerik batas-batas laut yang memakai PP No. 38 tahun 2002 ini dapat dilihat pada tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3, tabel 3.4 yang dibandingkan dengan tabel 3.6, tabel 3.8, tabel 3.9, dan tabel 3.10. IV - 8

IV. 3. Analisis Pengaruh Terhadap Luas Laut Luas perairan seoptimal mungkin adalah tujuan dari setiap negara pantai menentukan batas laut negaranya. Untuk itu. Setiap negara pantai pasti mencari metode yang paling baik dilakukan sesuai dengan ketentuan pada TALOS. Pada gambar 4.9 ditunjukkan perbedaan luas yang didapat oleh suatu negara pantai yang menggunakan prinsip garis pangkal kepulauan untuk menentukan batas laut teritorialnya, dengan membandingkan metode numerik dan grafik. TD.168 TD.168 TD.168 TD.167 TD.167a TD.167a TD.167b TD.167b titik batas laut teritorial secara numerik titik batas laut teritorial secara grafik batas laut teritorial secara numerik batas laut teritorial secara grafik TD.164 TD.164 TD.164 Gambar 4.9 Perbandingan luas laut teritorial dengan memakai metode grafik dan numerik IV - 9

Perbandingan batas yang ditarik dengan metode grafik dan numerik dapat dilihat pada gambar 4.10. Titik batas yang ditentukan dengan menggunakan TD. 168 pada PP No. 38/2002 digunakan sebagai acuan. TD. 168 merupakan hasil delineasi batas laut teritorial dengan menggunakan metode numerik, sedangkan TD. 168 merupakan delineasi dengan metode grafik. Pada gambar 3.9, dengan menggunakan titik-titik TD.168, TD.167, dan TD.164 sebagai titik-titik dasar, TD.168, TD.167a, TD.167b, dan TD.164 sebagai titik-titik batas teritorial secara metode numerik, dan TD.168, TD.167a, TD.167b, TD.164 sebagai titik-titik batas teritorial dengan metode grafik, kita dapat menghitung perbedaan luas laut apabila dibandingkan antara metode grafik dan metode numerik. Tabel 4.3 Perbandingan luas laut teritorial dengan metode grafik dan numerik Metode Luas Laut Teritorial (meter 2 ) Perbedaan Luas (meter 2 ) Grafik 2820272764.07099 Numerik 2786892001.23087 33380762.8401203 IV - 10

IV. 4. Analisis Perbandingan Digit Belakang Koma Hasil Delineasi Dalam delineasi batas laut dengan menggunakan metode grafik, titik-titik batas didapat melalui hasil hitungan grafis. Pada perangkat lunak AutoCad, hasil hitungan tidak ditunjukkan dengan derajat, menit dan sekon, tetapi hanya dalam satuan derajat dengan empat digit belakang koma, yang nantinya akan dikonversikan ke dalam bentuk derajat, menit dan detiknya. Melalui proses hitungan atau dengan metode numerik, titik-titik batas didapat dari hasil hitungan rumus hitungan Soal Pokok Geodesi I, dalam hal ini dengan metode T.Vincenty. Hasil hitungan didapat dengan format long g pada matlab, dimana juga dihasilkan dalam satuan derajat tetapi mempunyai 12 digit belakang koma. Pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 ditunjukkan perbandingan pemakaian empat digit belakang koma dengan 12 digit belakang koma dalam delineasi batas laut menggunakan metode numerik. Tabel 4.4 Pemakaian 12 digit belakang koma dalam delineasi batas laut teritorial dengan metode numerik Koordinat Awal Sudut Koordinat Batas Grafik Koordinat Batas Numerik Jarak (m) Jurusan (... o...... ) 1 24 19 97 03 38 22.224 264 14 10,6231 1,3850 96,8596 1,38508505939137 96,8618655919729 Koordinat Awal Sudut Koordinat Batas Grafik Koordinat Batas Numerik Jarak (m) Jurusan (... o...... ) 1 24 19 97 03 38 22.224 264 14 10,6231 1 23 6,00 96 51 34,56 1 23 6,31 96 51 42,72 IV - 11

Tabel 4.5 Pemakaian empat digit belakang koma dalam delineasi batas laut teritorial dengan metode numerik Koordinat Awal Sudut Koordinat Batas Grafik Koordinat Batas Numerik Jarak (m) Jurusan (... o...... ) 1 24 19 97 03 38 22.224 264 14 10,6231 1,3850 96,8596 1,3851 96,8619 Koordinat Awal Sudut Koordinat Batas Grafik Koordinat Batas Numerik Jarak (m) Jurusan (... o...... ) 1 24 19 97 03 38 22.224 264 14 10,6231 1 23 6,00 96 51 34,56 1 23 6,36 96 51 42,84 IV - 12