KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN. Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN. Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1

dokumen-dokumen yang mirip
Hak Pelayanan Kesehatan dan Forced to Pay

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN

Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah

BAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.

BAB III ANALISIS DAN KAJIAN YURIDIS MENGENAI EUTHANASIA DIPANDANG DARI SEGI HAM

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

I. PENDAHULUAN. maupun tenaga kesehatan yang ada di tempat-tempat tersebut belum memadai

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur

PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. baik dalam bentuk jasa maupun fasilitas. Bahkan untuk mengukur tingkat kemajuan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

I. PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Strategi Pengembangan Asuransi Kesehatan di Era Desentralisasi 1

BAB I PENDAHULUAN. sehat dengan umur yang panjang adalah harapan bagi setiap orang. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian sebagai berikut:

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

I. PENDAHULUAN. pelayanannya dilakukan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 23/MEN/XII/2008 TENTANG ASURANSI TENAGA KERJA INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG MANAJEMEN PELAYANAN HOSPITAL HOMECARE DI RSUD AL-IHSAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, dan terjangkau. Hak warga negara dijamin oleh pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran informasi dan dukungan emosional. Dalam bidang keperawatan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

BAB IV. dalam perkara nomor : 1517/Pdt.G/2007/PA.Sda mengenai penolakan gugatan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

I. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RINGKASAN INFORMASI PRODUK COMM CLASSY CARE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN MEDIS RUMAH SAKIT UMUM DI KABUPATEN BUOL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

MENGIMPLEMENTASIKAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG TERINTEGRASI, KOMPREHENSIF,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

2015, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB XX KETENTUAN PIDANA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PENYUSUNAN RUU TENTANG PRAKTIK KEPERAWATAN * Oleh : F.X. Soekarno, SH

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/PMK.07/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

RINGKASAN INFORMASI PRODUK COMM CLASSY CARE

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

Transkripsi:

KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1 Prolog Beberapa tahun lalu seorang ibu mengalami kecelakaan di Lampung, namun sesampainya di rumah sakit keluarganya diminta membayar uang muka sebesar Rp 5 juta rupiah. Karena keluarganya tidak memiliki uang sebanyak itu, perawatan terpaksa urung. Dalam perjalan mencari pengobatan di tempat lain, ia meninggal dunia. Beberapa tahun yang lalu di Jakarta, Inspektur Jenderal Depkes harus meninggal dunia karena serangan jantung dan sopir yang membawanya ke rumah sakit tidak mampu meyakinkan petugas bahwa si pasien adalah pejabat tinggi di Depkes dan sopir tersebut tidak membawa uang jaminan. Bapak Inspektur mungkin tidak perlu meninggal saat itu, jika saja petugas menangani pasien tanpa harus menunggu jaminan atau persyaratan administrasi. Beberapa tahun yang lalu, seorang anak pegawai negeri yang menderita gagal ginjal bertanya kepada dokter yang mencuci darahnya. Apakah bulan depan ia bisa mencuci darah lagi. Pertanyaan itu disampaikan karena ia menayadari bahwa jaminan Askesnya akan habis bulan depan, karena batas usianya. Sang dokter mengangguk getir, karena ia tahu bahwa jika tidak ada lagi jaminan dan tidak ada bantuan dana, anak tersebut akan meninggal bulan depan. Beberapa waktu yang lalu di Sulawesi Utara, seorang ibu terpaksa menjual pakaiannya untuk mengobati anaknya ke sebuah puskesmas. Anak tersebut ternyata harus dirawat di rumah sakit. Sang ibupun membawa anaknya ke sebuah rumah sakit, namun ia harus membayar uang muka Rp 40.000, sementara uang hasil jual pakaiannya hanya tersisa Rp 4.000. Ia pun terpaksa membawa kembali anaknya untuk mencari uang tambahan. Ajal 1 Disampaikan kepada DPR PAH 1, Sidang Umum MPR Agustus 1999

memang datang tak terduga, anak tersebut meninggal sebelum bisa kembali ke rumah sakit. Setelah sang anak meninggal, ibunya memang mendapat cukup banyak uang selawat. Sayang uang itu datang satu hari terlambat. Apalah artinya uang itu sekarang, tangis sang ibu! Semua kejadian diatas tidak perlu terjadi, jika semua petugas kesehatan diikat kesadaran bahwa tidak memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Semua itu dapat dicegah jika saja undang-undang kita mengakui hak hidup sehat penduduknya. Ribuan bahkan ratusan ribu penduduk setiap tahun terpaksa terebut hak hidupnya karena ia tidak memiliki uang atau tidak sedang membawa uang!! Tidakkah ada hak untuk hidup bagi yang sedang tidak memiliki uang? Di Ambon, Aceh, Jakarta, dan Dili hanya ratusan orang yang hak hidupnya dirampas karena perbedaan pendapat/pandangan politik. Di seluruh tanah air, ratusan ribu orang dirampas hak hidupnya karena tidak memiliki uang. Namun tidak banyak yang peduli! Bukankah kematian mereka itu disebabkan karena kelalaian negara (state neglect) untuk mengakui hak penduduk terhadap pelayanan kesehatan dan hak untuk hidup? Di seluruh dunia, semua negara mengusahakan cakupan universal pelayanan kesehatan. Semua penduduk harus terjamin pelayanan kesehatannya manakala mereka membutuhkan, terlepas dari kondisi ekonominya!! Itu semua dapat terjadi, karena pelayanan kesehatan diperlakukan sebagai Hak Asasi penduduk. Di Indonesia, pelayanan kesehatan bahkan dinilai sebagai bukan kebutuhan pokok. Peran minyak goreng dianggap lebih penting daripada pelayanan kesehatan dalam kehidupan penduduk Indonesia. Pelayanan kesehatan dianggap sebagai urusan penduduk. Bahkan banyak pemerintah daerah yang menjadikannya sumber penghasilan! Sulit dipercaya bahwa hal itu terjadi di negeri yang mengaku berasas Pancasila dan mengklaim kehidupan beragama, keadilan sosial, dan prikemanusiaan sebagai falsafah hidupnya. Kita perlu menghentikan salah kaprah perlakuan terhadap pelayanan kesehatan ini. Untuk itulah, Koalisi Masyarakat Untuk Kesehatan meminta agar Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan bahwa Setiap Penduduk 2

Berhak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan yang dibutuhkan. Hak ini harus ditetapkan sebagai salah satu hak penduduk dalam UUD 45 yang diamendir. Selanjutnya, di dalam memperoleh hak kesehatannya, masyarakat harus dijamin haknya untuk keamanan dan keselamatan, informasi, mendapatkan ganti rugi, dan hak untuk didengar. 3

Pernyataan Bersama Kami Koalisi Masyarakat Untuk Kesehatan menimbang bahwa: 1. Pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan Mutlak penduduk yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat direncanakan. 2. Pelayanan kesehatan dapat membuat penduduk bangkrut karena mahalnya biaya pelayanan. 3. Bahwa setiap tahun Indonesia kehilangan milyaran hari produktif karena penduduk yang sakit atau tidak mendapatkan pengobatan yang diperlukan. 4. Bahwa hampir semua negara telah menjadikan pelayanan kesehatan sebagai kebutuhan pokok dan hak bagi setiap penduduk, dan karenanya negara menjamin akses pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk 5. Bahwa pemerintah dan masyarakat dapat mencegah milyaran hari produktif yang hilang karena sakit atau kematian dini Selanjutnya, kami menuntut agar Majelis Permusyaratan Rakyat, Republik Indonesia menambahkan dalam amendemen Undang-undang Dasar 1945 suatu pasal yang menjadikan pelayanan kesehatan sebagai hak setiap penduduk. Secara spesifik, kami menuntut agar dalam pasal 35 di bawah Bab Kesejahteraan Sosial dicantumkan kalimat: UUD 45. Pendahuluan. Pasal 35 Setiap penduduk berhak atas pelayanan kesehatan dan gizi yang cukup. Pemerintah dan masyarakat wajib membiayai pelayanan kesehatan dengan memperhatikan prinsip keadilan sosial. 4

USULAN UNTUK GBHN Pelayanan Kesehatan Harus dinilai Sebagai Investasi Sumber Daya Manusia Pemerintah harus memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelayanan kesehatan dengan menaikan proporsi anggaran kesehatan terhadap total APBN paling tidak sebanyak 5 (lima) persen dari anggaran yang selama ini hanya 2-3% saja. Selanjutnya, kami meminta Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, 14-20 Oktober 1999 menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara yang mencantumkan langkah-langkah persiapan untuk menyediakan landasan hukum yang kuat bagi terwujudnya Pelayanan Kesehatan bagi Seluruh Penduduk di tahun 2025. Lebih lanjut, kami mengusulkan beberapa paragraf GBHN bidang kesehatan sebagai berikut: Rancangan GBHN 1999, sektor Kesehatan 1. Bahwa kesehatan merupakan unsur penting bagi pembangunan ekonomi dan produktifitas sumber daya manusia Indonesia. Oleh karenanya, pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dan pencegahan berbagai penyakit akut dan kronis merupakan prioritas pembangunan yang lebih penting dengan pembangunan ekonomi dan infrastruktur lainnya. Pembangunan sektor kesehatan bersama-sama dengan pembangunan sektor pendidikan diarahkan untuk pembangunan sumber daya manusia yang terampil dan bermutu tinggi sebagai modal tahan lama (durable capital) 2. Bahwa kemajuan teknologi, urbanisasi, industrialisasi, dan meningkatkan kebutuhan masyarakat modern di dunia telah menyebabkan kerusakan berbagai lingkungan fisik, biologis, dan sosial-psikologis yang berdampak negatif terhadap kesehatan penduduk Indonesia. Oleh karenanya, pembangunan berbagai infrastuktur fisik dan sosial dilakukan dengan memaksimalkan 5

kesehatan masyarat dan meminimalkan dampak pembangunan tersebut terhadap kesehatan masyarakat. 3. Untuk menjamin seluruh penduduk mendapakan akses kepada pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sebagai hak warga negara, pemerintah perlu mempersiapkan berbagai perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya. Dalam menjamin seluruh penduduk mendapatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, pemerintah bekerja sama dengan swasta dan masyarakat pada umumnya mengembangkan sistem yang menjamin pemerataan pelayanan kesehatan yang bermutu dan efisien. Prinsip keadilan, dimana pelayanan kesehatan harus dapat diterima oleh penduduk sesuai dengan kebutuhan medisnya dan tidak tergantung pada kemampuannya membiayai pelayanan kesehatan tersebut, harus menjadi landasan utama sistem pemeliharaan kesehatan. 4. Untuk menunjang tercapainya tujuan pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk, perlu dipersiapkan sumber daya tenaga kesehatan yang profesional, bermutu tinggi, dan berdedikasi tinggi dengan tetap menjunjung tinggi etika profesi dan mendahulukan kepentingan kesehatan masyarakat. 5. Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat mengusahakan tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai, berdasarkan prinsip keadilan sosial. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bekerja secara optimal untuk menjamin tercapainya pemerataan pelayanan kesehatan dengan manajemen desentralisasi. Kemampuan manajemen di tingkat pusat, daerah, maupun institusi harus terus ditingkatkan guna mempercepat pencapaian pelayanan kesehatan untuk seluruh penduduk di tahun 2025. Jakarta, 13 Oktober 1999 Untuk Koalisi Masyarakat Untuk Kesehatan. Merdias Almatsier, Hasbullah Thabrany, dan Marius Widjajakarta 6