93 VI. PUSAT PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN FASILITAS PELAYANAN WILAYAH CIANJUR SELATAN Wilayah yang berperan sebagai pusat pertumbuhan merupakan wilayah yang menjadi pusat pemukiman, pelayanan, industri, dan pusat perdagangan. Sedangkan wilayah yang berperan sebagai daerah belakang misalnya daerah yang berperan sebagai penyedia bahan mentah dan sumberdaya dasar, daerah pemasaran barang-barang industri atau sebagai pusat kegiatan pertanian. Dalam perkembangan setiap wilayah terdapat wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan dan wilayah yang menjadi daerah belakang. Setiap wilayah memiliki peran masing-masing sesuai dengan fungsi dan perkembangan ekonomi wilayahnya. Namun, wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan tetap sangat tergantung pada perkembangan daerah belakangnya, begitupun sebaliknya. Wilayah sebagai pusat pertumbuhan dan sebagai daerah belakang terbentuk karena adanya perbedaan pertumbuhan dan perkembangan sosial ekonomi antar wilayah. Keberadaan pusat pertumbuhan dan pelayanan juga tergantung kepada ketersediaan sarana dan prasarana pembangunan di wilayah tersebut. Keberadaan pusat pertumbuhan dan pelayanan memberikan beberapa keuntungan diantaranya terdapatnya konsentrasi produksi lebih efisien, keuntungan bagi penyedia fasilitas pelayanan sentral, kemudahan dalam perolehan pelayanan yang beragam, serta terbinanya hubungan antar wilayah yang lebih baik. Selain ketersediaan sarana dan prasarana yang berbeda, juga terdapat penyebaran sarana dan prasarana yang berbeda juga untuk setiap wilayah. Hal inilah yang juga menyebabkan terjadinya ketimpangan sarana dan prasarana pembangunan. Wilayah yang memiliki ketersediaan sarana dan prasarana tinggi umumnya memiliki tingkat kesejahteraan sosial ekonomi yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah yang ketersediaan sarana dan prasarananya rendah. Pusat pertumbuhan dan pelayanan yang terdapat dalam kajian ini adalah di tingikat kecamatan. Kecamatan dikategorikan menjadi pusat pertumbuhan dan pelayanan kecil dengan pertimbangan bahwa kecamatan merupakan pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat yang mempunyai unit wilayah yang cukup luas untuk pusat pengembangan serta didukung oleh jumlah penduduk yang cukup
94 untuk mendukung penyediaan fasilitas pelayanan sosial ekonomi. Dengan berkembangnya kecamatan sebagai pusat pertumbuhan dan pelayanan diharapkan wilayah-wilayah sekitar kecamatan terutama desa-desa yang berada di kecamatan tersebut memperoleh manfaat yang besar dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. 6.1 Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan di Wilayah Cianjur Selatan Metode skalogram dapat digunakan untuk mengidentifikasi pusat petumbuhan dan pelayanan melalui ketersediaan sarana dan prasarana di kecamatan-kecamatan di Kabupaten Cianjur. Tabel 6.1 skalogram disusun berdasarkan jumlah unit dan jumlah jenis fasilitas pelayanan sosial ekonomi pada setiap kecamatan. Peringkat tertinggi diberikan kepada wilayah yang memiliki jumlah jenis dan unit sarana dan prasarana terbanyak. Begitu juga sebaliknya, hirarki terendah diberikan kepada wilayah yang memiliki jumlah jenis dan unit sarana dan prasarana paling sedikit. Tabel skalogram untuk Kabupaten Cianjur dan wilayah Cianjur Selatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan tabel skalogram tersebut dapat diketahui tingkat pertumbuhan dan pelayanan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan seperti disajikan pada Tabel 6.1. Ketersediaan sarana dan prasarana pembangunandi Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam dua kategori yaitu kategori wilayah sedang dengan skala sarana dan prasarana yang dimiliki berkisar 11-21 jenis sarana prasarana dan kategori wilayah tinggi dengan skala 22-32 kategori. Kategori kecamatan yang tergolong kategori tinggi sebanyak 16 kecamatan (50 persen), kategori sedang 16 kecamatan (50 persen). Kecamatan yang memiliki sarana dan prasarana kategori sedang di Kabupaten Cianjur adalah Kecamatan Haurwangi, Bojongpicung, Sukaluyu, Cilaku, Gekbrong, Takokak, Pasirkuda, Pagelaran, Kadupandak, Cijati, Cibinong, Leles, Agrabinta, Cikadu, Naringgul. Kecamatan yang memiliki jumlah sarana dan prasarana berkategori tinggi diantaranya adalah Kecamatan Sukaresmi, Pacet, Cipanas, Cugenang, Cianjur, Karangtengah, Mande, Cikalongkulon, Ciranjang, Warungkondang, Cibeber, Campaka, Sukanagara, Tanggeung, Sindangbarang, dan Cidaun. Kabupaten Cianjur tidak memiliki kecamatan yang masuk ke dalam kategori rendah.
95 Jika dilihat berdasarkan jumlah unit sarana dan prasarana yang dimiliki masing-masing kecamatan, maka Kabupaten Cianjur juga dikategorikan ke dalam wilayah lengkap, sedang, dan kurang lengkap. Kategori kecamatan lengkap adalah kecamatan yang memiliki skala antara 685.66 936 jumlah unit sarana dan prasarana. Wilayah kecamatan yang termasuk kategori sedang adalah kecamatan yang memiliki skala antara 434.33-684.66 dan kategori wilayah kurang lengkap adalah wilayah dengan skala 183 433.33 jumlah unit sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil analisis, kecamatan yang masuk kategori lengkap di Kabupaten Cianjur adalah Kecamatan Cianjur, hal ini membuktikan bahwa di Kabupaten Cianjur ketimpangan masih sangat tinggi. Hal ini terlihat dari hasil analisis skalogram, kecamatan yang masuk kategori lengkap hanya 1 kecamatan yang merupakan kota kecamatan sekaligus Ibukota Kabupaten. Secara umum kecamatan-kecamatan di wilayah Cianjur Selatan memiliki ketersediaan sarana dan prasarana kurang lengkap terutama untuk sarana pariwisata, kesehatan, ekonomi, dan peribadatan. Terdapat 18,75 persen atau 6 kecamatan yang termasuk kategori sedang, 3,125 persen atau 1 kecamatan yang termasuk kategori lengkap dan sisanya yaitu sebesar 78,125 persen (25 kecamatan) adalah kategori kurang lengkap. Tabel 6.1. Hirarki Aktual Pusat Pertumbuhan dan Pelayanan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan Tahun 2010. Wil.Pembangunan Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Peringkat Penduduk Jenis Unit Cianjur Selatan Cidaun 64 181 23 335 2 Cianjur Selatan Cibinong 57 842 20 346 1 Cianjur Selatan Sindangbarang 51 777 22 325 3 Cianjur Tengah Kadupandak 48 768 19 297 5 Cianjur Selatan Naringgul 44 665 18 306 4 Cianjur Tengah Tanggeung 44 288 23 254 8 Cianjur Selatan Agrabinta 36 758 18 293 6 Cianjur Selatan Cikadu 34 654 17 202 10 Cianjur Tengah Cijati 32 737 19 261 7 Cianjur Selatan Leles 31 931 16 218 9
96 Sesuai dengan Tabel 6.1 skalogram Kabupaten Usulan Cianjur Selatan, pusat pengembangan yang mempunyai sarana dan prasarana tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain adalah Kecamatan Cidaun dan Kecamatan Tanggeung dengan 23 jenis sarana prasarana. Kecamatan Leles merupakan kecamatan yang memiliki jenis prasaran paling rendah yaitu berjumlah 16 jenis prasarana. Kecamatan Cibinong menempati urutan pertama dalam hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan untuk jumlah unit sarana prasarana pembangunan. Jumlah sarana prasarana di Kecamatan Cibinong adalah 346 unit dengan 20 jenis. Urutan berikutnya adalah Kecamatan Cidaun dan Sindangbarang dengan masingmasing berjumlah 335 dan 325 unit sarana prasarana. Kecamatan dengan hirarki pusat pelayanan terendah adalah Kecamatan Cikadu dengan 202 unit dan 17 jenis sarana prasarana. Dengan demikian, Kecamatan Cibinong, Cidaun, dan Sindangbarang menjadi pusat pertumbuhan dan pelayanan. Daerah belakangnya (hinterland) adalah kecamatan-kecamatan disekitarnya yang diharapkan memiliki hubungan yang simbiotik. Interaksi dengan pusat-pusat pelayanan ditingkatkan sehingga daerah pedesaan tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan. Begitupun dengan jaringan transportasi yang menghubungkan pusat-pusat pelayanan dan pertumbuhan dengan wilayah belakangnya yang berada dalam kondisi tidak memadai. Oleh karena itu, untuk kecamatan-kecamatan yang relatif tertinggal prasarana yang paling dibutuhkan adalah pembangunan jalan-jalan yang memudahkan mobilisasi penduduk untuk memperoleh pelayanan disamping memudahkan dalam mengakses informasi. Ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi sangat terkait dengan jumlah penduduk. Jumlah fasilitas sosial ekonomi akan dibutuhkan dalam jumlah yang lebih banyak pada kecamatan yang penduduknya lebih besar dibandingkan dengan kecamatan yang penduduknya lebih sedikit. Dengan demikian, alokasi sarana prasarana pembangunan akan sejalan dengan jumlah penduduk. Seperti pada hirarki sarana dan prasarana pelayanan di pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan, umumnya kecamatan yang menempati peringkat atas memiliki jumlah penduduk pada peringkat atas juga,
97 begitupun sebaliknya. Contohnya adalah Kecamatan Leles yang memiliki peringkat sepuluh jumlah jenis fasilitas pelayanan juga menepati peringkat ke sepuluh untuk jumlah penduduk. Namun hirarki pusat pertumbuhan dan pelayanan tidak hanya tergantung pada jumlah penduduk. Akan tetapi juga terkait dengan factor-faktor lain seperti topografi daerah, luas wilayah maupun penyebaran sarana prasarana itu sendiri. Kecamatan-kecamatan yang memiliki peringkat fasilitas pelayanan lebih tinggi daripada peringkat jumlah penduduknya akan lebih mudah dalam memenuhi permintaan masyarakat terhadap pelayanan fasilitas tersebut. Kecamatan-kecamatan tersebut diantaranya Naringgul, Agrabinta, Cijati, dan Leles. Namun antara permintaan dan penawaran terhadap sarana dan prasarana tersebut belum tentu seimbang karena seperti telah disebutkan sebelumnya, hal ini dipengaruhi juga oleh topografi kecamatan, luas wilayah kecamatan dan penyebaran sarana prasarana wilayah. Hasil analisis skalogram jika dikaitkan dengan analisis hirarki potensi sarana prasarana dan analisis hirarki potensi sumberdaya maka memberikan gambaran bahwa pada umumnya kecamatankecamatan yang menempati peringkat atas pada analisis skalogram merupakan kecamatan-kecamatan maju dan kaya. Begitupun sebaliknya, kecamatan yang berada pada peringkat bawah dalam hirarki fasilitas pelayanan merupakan wilayah miskin dan tertinggal. 6.2. Penyebaran Sarana dan Prasarana Pembangunan Penyebaran sarana dan prasarana pembangunan juga dapat dilihat dari hasil analisis skalogram melalui hirarki sarana dan prasarana. Hirarki tertinggi diberikan kepada jenis fasilitas pelayanan yang memiliki tingkat ketersediaan paling tinggi yaitu fasilitas yang memiliki jumlah unit sarana dan prasarana terbesar. Sebaliknya, jumlah unit terkecil yang dimiliki fasilitas pelayanan menunjukkan hirarki sarana dan prasarana terendah. Tabel 6.2 menyajikan penyebaran jenis sarana dan prasarana kecamatan dan peringkatnya. Berdasarkan Tabel 6.2, sarana yang menempati urutan atas adalah sarana ibadah (mesjid dan mushala), sarana pendidikan (SD, SLTP, MI, MTs), dan
98 sarana kesehatan (bidan praktek swasta, praktek dokter umum, puskesmas, puskesmas pembantu, dan puskesmas keliling). Sarana yang menempati urutan bawah diantaranya mall dan restoran, juga sarana ibadah lain selain masjid dan mushala (gereja, pura, vihara). Derajat penyebaran fasilitas layanan pada Tabel 6.2 dapat dilihat dari banyaknya jumlah kecamatan yang memiliki jenis fasilitas tersebut. Derajat penyebaran fasilitas layanan berdasarkan derajat penyebarannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu jenis fasilitas dengan derajat penyebaran tinggi, rendah dan sedang. Tabel 6.2. Hirarki Aktual Sarana dan Prasarana Pembangunan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan Tahun 2010. Derajat No. Fasilitas Jumlah Kecamatan Penyebaran (%) Jumlah Unit Peringkat 1 Mesjid 10 100 1194 1 2 Mushala 10 100 456 2 3 SD 10 100 351 3 4 Koperasi 9 90 166 4 5 Bidan praktek swasta 10 100 145 5 6 Puskesmas keliling (roda 2) 10 100 129 6 7 Jumlah desa 10 100 82 7 8 SLTP 10 100 79 8 9 MI 10 100 59 9 10 Puskesmas pembantu 10 100 33 10 11 MTS 10 100 28 11 12 Puskesmas keliling (roda 4) 10 100 13 12 13 RA 5 50 12 14 14 Puskesmas 10 100 12 14 15 Praktek dokter umum 9 90 12 14 16 Minimarket 6 60 11 16
99 17 MA 7 70 10 17 18 Angkot 9 90 9 18 19 TK 7 70 8 20 20 SMK 5 50 8 20 21 Jumlah hotel&akom lainnya 3 30 8 20 22 SMA 5 50 5 22 23 Kantor pos 4 40 4 23 24 Jumlah obyek wisata 2 20 2 24 25 Praktek dokter gigi 1 10 1 25 26 RS 0 0 0 29 27 Mall 0 0 0 29 28 Restoran 0 0 0 29 29 Gereja 0 0 0 29 30 Pura 0 0 0 29 31 Vihara 0 0 0 29 32 Bis 0 0 0 29 Derajat penyebaran sarana dan prasarana di Kabupaten Cianjur Selatan dapat dilihat pada Tabel 6.3. Kategori dalam derajat penyebaran fasilitas ditentukan dengan membagi 10 kecamatan di Wilayah Usulan Cianjur Selatan (termasuk 3 kecamatan di Wilayah Pembangunan Cianjur Tengah) menjadi tiga rentang yang sama. Penyebaran fasilitas dikategorikan menjadi kategori rendah jika jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas tersebut kurang dari 3 kecamatan atau 30 persen dari keseluruhan kecamatan yang ada di wilayah selatan. Jika jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas tertentu lebih dari 7 kecamatan maka fasilitas tersebut dikategorikan menyebar tinggi atau lebih dari 70 persen dari seluruh kecamatan di wilayah selatan. Jumlah fasilitas yang menyebar pada empat sampai dengan enam kecamatan di wilayah selatan dikategorikan dimasukkan ke dalam kategori sedang.
100 Tabel 6.3. Jenis Fasilitas Pelayanan berdasarkan Derajat Penyebarannya di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan Tahun 2011 Derajat Penyebaran Tinggi ( 70%) Sedang (35%-70%) Rendah ( 35%) Jenis Fasilitas MI Puskesmas pembantu Mesjid MTS Mushala Puskesmas keliling (roda SD 4) Koperasi Puskesmas Bidan praktek swasta Praktek Dokter Umum Puskesmas keliling (roda 2) MA Jumlah desa Angkot SLTP TK RA SMA Minimarket Kantor Pos SMK Hotel&akom lainnya Jumlah obyek wisata Gereja Praktek dokter gigi Pura RS Vihara Mall Terminal bus Restoran Jumlah obyek wisata Fasilitas pelayanan di Kabupaten Usulan Cianjur Selatan sebagian besar memiliki derajat penyebaran tinggi ( 70%). Fasilitas ini umumnya merupakan fasilitas dasar seperti sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana ibadah. Tingginya derajat penyebaran jenis fasilitas tersebut salah satunya disebabkan oleh tingginya tingkat permintaan terhadap fasilitas ini sehingga keberadaannya di setiap kecamatan sangat dibutuhkan. Sebaliknya, fasilitas yang derajat penyebarannya rendah adalah fasilitas yang dimiliki oleh kurang dari 35 persen kecamatan. Fasilitas pelayanan yang keberadaannya hanya terbatas pada beberapa
101 kecamatan ini merupakan fasilitas yang mempunyai jangkauan pelayanan yang luas seperti rumah sakit, mall, jumlah obyek wisata, hotel dan akomodasi lainnya, dan terminal bus. Derajat penyebaran fasilitas yang rendah juga disebabkan oleh sedikitnya permintaan penduduk terhadap fasilitas tersebut. Contohnya sarana peribadatan seperti gereja, vihara, dan pura. Fasilitas-fasilitas tersebut umumnya dibangun di lokasi-lokasi khusus yang potensial atau lokasi yang memerlukan pembangunan fasilitas tersebut.