BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan telah ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 bidang kesehatan, Dalam upaya mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) di bidang kesehatan penyelenggaraan upaya kesehatan ditingkatkan intensitasnya dengan tetap memberikan perhatian khusus pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu dan anak, pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, penanggulangan penyakit dan gizi buruk, penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, dan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, daerah tertinggal, dan daerah perbatasan (Depkes RI, 2009). Dan pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) tahun 2005-2025 pada bidang kesehatan memiliki sasaran untuk menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025 (Depkes RI, 2009). Posyandu merupakan pos terdepan dalam mendeteksi gangguan kesehatan masyarakat. Posyandu merupakan perpanjangan tangan Puskesmas yang memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu. Kegiatan Posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar peningkatan kualitas manusia, secara empirik telah dapat memeratakan pelayanan bidang kesehatan. Kegiatan
tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran Posyandu sangat penting karena Posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program (Yesie Aprillia, 2007). Pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui puskesmas dan puskesmas pembantu makin efektif didukung oleh peran serta masyarakat dalam bentuk pos pelayanan terpadu. Posyandu merupakan bentuk peran serta masyarakat yang nyata khususnya melalui Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan organisasi wanita lainnya. Peningkatan peran serta Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tersebut memungkinkan Posyandu sebagai lembaga masyarakat dapat berkembang pesat. Jumlah Posyandu di Indonesia tercatat pada akhir tahun 2005 sebanyak 325.000 buah (Yon Ferizal, 2007). Salah satu layanan kesehatan yang terdapat di Posyandu adalah layanan kegiatan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk balita. Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat sederhana yang digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan balita. KMS tersebut berupa buku catatan yang digunakan sebagai alat untuk pencatatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Di dalam KMS terdapat agenda-agenda yang harus diikuti anak usia tersebut, sebagai contoh agenda jadwal yang terdapat dalam KMS yaitu imunisasi dan pengukuran lingkar kepala (Ardhitya Widya Irawan, 2008). Dari data yang diperoleh atas angka gizi kurang dan gizi buruk pada balita di Indonesia, Jawa Timur menempati peringkat pertama dari 3 propinsi yang ada di pulau jawa yaitu sebesar 72.427 kasus balita dengan berat di Bawah Garis Merah (BGM) dan 13.312 kasus balita menderita gizi buruk. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2009). Dan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, sampai akhir tahun lalu sebesar 7,02% anak balita yang memiliki status gizi kurang dan 1.42% anak balita yang
memiliki status gizi buruk dari 136.155 anak balita berdasar pada penghitungan angka BB/TB (ILLPD Kota Surabaya, 2009). Berdasarkan permasalahan dari latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk menganalisis dan mengkaji Efektifitas Penyuluhan Gizi Oleh Kader Kesehatan Menggunakan Media Kartu Menuju Sehat (KMS) Dalam Hubungannya Dengan Status Gizi Balita di Posyandu Puskesmas Jagir Kota Surabaya. Karena di latar belakangi oleh keputusan Walikota Surabaya nomor 188.45/323/436.1.2/2010 yang menjadikan Puskesmas Jagir sebagai Puskesmas percontohan di wilayah Surabaya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Seberapa Efektif Penyuluhan Gizi Oleh Kader Kesehatan Menggunakan Media Kartu Menuju Sehat (KMS) Dalam Hubungannya Dengan Status Gizi Balita di Posyandu Puskesmas Jagir kota Surabaya. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisa tingkat efektifitas penyuluhan gizi oleh kader kesehatan balita menggunakan media KMS sebagai sarana peningkatan status gizi di Posyandu. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan kader posyandu tentang bagaimana tata cara pemakaian KMS balita.
1.3.2.2 Mengetahui peran kader posyandu dalam usaha peningkatan status gizi balita. 1.3.2.3 Mengidentifikasi jumlah balita yang memakai KMS. 1.3.2.4 Mengetahui kader kesehatan yang tahu akan peran KMS terhadap status gizi balita. 1.3.2.5 Mengetahui status gizi balita di puskesmas Jagir kota Surabaya 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1.4.1 Bagi Profesi Tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang lebih profesional dan dapat menjalankan programnya dengan lebih baik dalam memberikan wawasan tentang pentingnya pemenuhan gizi pada balita. 1.4.2 Bagi Pengambilan Kebijakan Memberikan masukan dengan meningkatkan peran serta masyarakat khususnya kader kesehatan agar dapat membantu program pemerintah dalam upaya menurunkan angka kurang gizi pada balita dan juga menurunkan angka kematian pada balita akibat kurang gizi. 1.4.3 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Menambah kajian baru ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam bidang kesehatan. Khususnya di bidang kesehatan ibu dan anak sehingga bisa dijadikan penelitian lanjutan. 1.4.4 Bagi Masyarakat Dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu balita tentang pentingnya menggunakan KMS untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak serta memantau status gizi, sehingga dapat menekan angka mortalitas pada balita akibat gizi buruk dengan keteraturan ibu mengikuti penyuluhan di posyandu.