I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

vii DAFTAR WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jasa dari para dokter. Dokter merupakan tenaga medis yang menjadi pusat

Apa yang perlu dokter ketahui agar tidak masuk penjara? Dr. Budi Suhendar, DFM, Sp.F PIT IDI Tangerang 11 Februari 2018

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

BAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap profesi kedokteran di Indonesia akhir-akhir ini makin

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa pada uraian dari Bab I (satu) sampai dengan Bab IV. merupakan cangkupan dari bahasan sebelumnya.

ANALISIS PUTUSAN SANKSI PERDATA MALPRAKTEK SEBAGAI BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditunaikannya dimana ia berkewajiban untuk menangani hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa kesehatan, hidup manusia menjadi tidak sempurna didalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu terakhir ini di beberapa media massa seringkali isu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

Peranan Peradilan Dalam Proses Penegakan Hukum UU No.5/1999. Putusan KPPU di PN dan Kasasi di MA

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. optimal oleh sarana kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Dalam kaitannya dengan

BAB 4 STUDI KASUS 4.1 Kasus Posisi Uni versitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Justru yang utama dan mendasar ada di dalam Undang Undang Praktek. kelalaian dalam melaksanakan profesi dalam undang-undang praktek

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN TEORITIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

Tujuan & Tugas KKI. Tujuan:

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lain yang diperlukan. orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter atau pasien dengan rumah sakit. Ketiganya merupakan

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

PEMBUKTIAN MALPRAKTIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. PENUTUP. 1. Alasan yang menjadi dasar adanya kebijakan formulasi Hakim Komisaris. dalam RUU KUHAP Tahun 2009 atau hal utama digantinya lembaga pra

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB XX KETENTUAN PIDANA

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding:

BAB I PENDAHULUAN. hukum maupun perbuatan hukum yang terjadi, sudah barang tentu menimbulkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PRAKTIK DOKTER DAN DOKTER GIGI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR:...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Kesehatan adalah salah satu faktor utama bagi setiap manusia untuk

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K homo homini lupus ketidakseimbangan dalam kehidupan manusia:pembunuhan, penganiayaan pemerkosaan, pencurian, dan tindak kejahatan lainnya sering ter

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN TATA USAHA NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang menakutkan. Ketakutan akan penyakit HIV/AIDS yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

ANITA ISTININGTYAS, M.Kep KEP_S.CER/ S-1/ IV/ 2014 PRINSIP LEGAL ETIS SISTEM PENCERNAAN

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Bagian Kedua Penyidikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua masyarakat ingin dilayani dan mendapat kedudukan yang sama dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Pelayanan dokter haruslah sesuai dengan Pasal 50 huruf (b) Undang-undang No. 29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran yaitu, memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar operasional. Jadi, setiap masyarakat Indonesia berhak mendapat hasil yang optimal dalam pelayanan kesehatan. Dokter adalah tenaga kesehatan dan pasien adalah yang meminta bantuan dokter untuk mengobati penyakit yang dideritanya. Profesi kedokteran merupakan profesi yang sangat mulia dan terhormat dalam pandangan masyarakat. Dokter sebelum melakukan pelayanan medis telah melakukan pendidikan dan pelatihan yang cukup panjang. Dokter merupakan manusia biasa yang penuh dengan kekurangan dalam melaksanakan tugas kedokteran yang penuh dengan risiko dan tidak dapat menghindarkan diri dari kodrat manusia yang diberikan oleh Tuhan. Walaupun dokter telah melakukan tugasnya sesuai dengan standard profesi atau Standart Operating Procedure (SOP) kemungkinan pasien cacat atau bahkan meninggal dunia setelah ditangani dokter dapat terjadi.

2 Dokter dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien memiliki hubungan hukum. Hubungan hukum dokter dan pasien adalah hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum. Dokter sebagai subjek hukum dan pasien sebagai subjek hukum yang sukarela dan tanpa paksaan saling mengikat diri dalam sebuah perjanjian atau kontrak yang disebut perjanjian penyembuhan atau perjanjian terapeutik. Dalam hubungan hukum ini maka segala sesuatu yang dilakukan oleh dokter terhadap pasiennya dalam upaya penyembuhan penyakit pasien adalah perbuatan hukum yang dapat diminta pertanggung jawaban hukum. Hubungan hukum dokter dan pasien akan menempatkan dokter dan pasien berada pada kesejajaran. Salah satu bentuk kesejajaran dalam hubungan dokter dengan pasien adalah melalui informent consent atau persetujuan tindakan medik. Pasien berhak mendapat informasi yang sejelas-jelasnya dari dokter mengenai penyakit yang dideritanya. Pasien juga berhak memutuskan apakah menerima atau menolak sebagaian atau seluruhnya rencana tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan oleh dokter pada dirinya. Hubungan hukum dokter dan pasien menempatkan keduanya sebagai subjek hukum yang masing-masing pihak mempunyai hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dihormati. Pengingkaran atas pelaksanaan kewajiban masing-masing pihak akan menimbulkan disharmonisasi dalam hubungan hukum tersebut yang dapat berujung pada gugatan perbuatan melawan hukum atau tuntutan hukum oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan hak-haknya oleh kepentingan-kepentingannya.

3 Berkaitan dengan profesi kedokteran tersebut, belakangan marak diberitakan dalam media nasional, baik melalui media elektronik maupun media cetak, bahwa banyak ditemui perbuatan malpraktik yang dilakukan kalangan dokter Indonesia. Salah satu contoh kasus perbuatan malpraktik adalah kasus dokter Dewa Ayu Sasiari Prawani (Ayu). Dalam putusan Mahkamah Agung (MA) dokter Ayu terbukti bersalah karena kelalaiannya menyebabkan pasien meninggal dunia. Malpraktik merupakan pelayanan kesehatan yang mengecewakan atau merugikan pasien. Dokter kurang berhasil atau tidak berhasil dalam mengupayakan kesembuhan bagi pasiennya dikarenakan kesalahan profesional yang mengakibatkan pasien cacat hingga meninggal dunia. Berbagai upaya perlindungan hukum dilakukan pemerintah dalam memberikan perlindungan menyeluruh kepada masyarakat sebagai penerima pelayan kesehatan. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional yang berpengarah kepada terwujudnya derajad kesehatan yang optimal. Namun, hingga Januari 2013 jumlah pengaduan dugaan malpraktik ke Konsil Kedokteran Indonesia atau KKI tercatat mencapai 183 kasus. Jumlah tersebut meningkat tajam dibanding tahun 2009 yang hanya 40 kasus dugaan malpraktik. Bahkan kasus-kasus ini pun tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan hanya

4 berakhir di tengah jalan, tanpa adanya sanksi atau hukuman kepada petugas kesehatan terkait. 1 Kasus malpraktik yang dilakukan dokter Ayu berbeda dengan kasus malpraktik yang terjadi di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta Selatan. Dimana pada penyelesaian kasus di Rumah Sakit Pondok Indah sampai pada peninjauan kembali. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menganalisis kasus tersebut. Dimana kasus tersebut berawal dari dokter yang menangani pasien tidak memberikan informasi yang jelas mengenai penyakit yang di derita oleh pasien. Kasus ini bermula pada 12 Februari 2005 ketika Sita (pasien) menjalani operasi pengangkatan tumor ovarium. Tim dokter dipimpin Ichramsjah dengan anggota Hermansyur dan Made Nazar. Hasil operasi diserahkan kepada Made Nazar untuk dicek di laboratorium Pathologi untuk diketahui ganas atau tidaknya. Hasilnya diserahkan kembali ke Ichramsjah dan dinyatakan tumor tidak ganas. Hasil Patologi Anatomi (PA) terakhir pada 16 Februari 2005 mengindikasikan tumor ganas. Namun, hasil tersebut tidak disampaikan kepada pasien atau keluarganya. November 2005 Pasien dibawa kembali ke RS Pondok Indah karena kondisi semakin kritis. Suhu tubuhnya tinggi. Dia diperiksa dokter Mirza dengan hasil yang tidak jelas. Melihat medical record pasien yang baru dioperasi tumor tanpa memerhatikan hasil PA, Mirza memberi saran dan tindakan-tindakan antara lain pemeriksaan USG Abdomen dan CT Scan Abdomen (minas hepar). 1 http://www.metrotvnews.com/metronews/video/2013/04/12/6/175296/kasus-alpraktikdi-indonesia-mening, diakses tanggal 17 Januari 2014

5 Pasien menemui kembali dokter Ichramsjah karena semakin banyak keluhan. Salah satunya benjolan di kiri perut. Karena termasuk area dokter lain, direkomendasikan ke dokter Hermansyur dan disarankan CT Scan. Disimpulkan pasien mengalami kanker liver stadium 4 dan ditangani kembali oleh dokter Ichramsjah. Pasien pindah ke RS lain dan oleh dokter baru diminta CT Scan lagi. Sample jaringan tumor hasil pemeriksaan di RS Pondok Indah diminta untuk diteliti di Singapura. Hasilnya ternyata tumor ganas. Akhirnya pasien harus menjalani kemoterapi. Berdasarkan kasus tersebut, apabila dilihat dari Pasal 50 huruf (b) Undang-Undang No. 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yaitu memberi pelayanan medis menurut standar profesi dan standard prosedur operasional. Dokter yang menangani pasien tersebut telah melanggar undang-undang karena pihak rumah sakit dan pihak dokter tidak memberitahu bahwa penyakit yang di derita oleh pasien adalah tumor ganas yang ada di ovarium. Seharusnya pihak rumah sakit atau pihak dokter setelah mengetahui hasil yang sebenarnya mengenai penyakit pasien memberitahu kepada pihak pasien atau keluarga mengenai penyakit apa yang sebenarnya yang diderita oleh pasien agar tidak terlambat dalam penyembuhan penyakit tersebut. Akibat dari ketidak profesional pihak rumah sakit atau pihak dokter yang menangani pasien tersebut, pasien mengalami kanker liver stadium 4 setelah dilakukannya CT Scan dan akhirnya pasien meninggal dunia. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran telah mengatur tugas dan tanggung jawab dokter. Namun kenyataannya dokter telah

6 melakukan perbuatan melawan hukum. Pasien atau keluarga pasien berhak menggugat pihak dokter karena telah melakukan perbuatan melawan hukum. Setelah melalui persidangan, mulai dari pengadilan negeri Jakarta Selatan putusan majelis hakim menghukum pihak rumah sakit dan para dokter atau tergugat dengan mengganti kerugian sebesar Rp. 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) secara tanggung renteng kepada pasien. Pihak tergugat tidak puas dengan putusan pengadilan negeri tersebut, pihak tergugat mengajukan banding ke pengadilan tinggi Jakarta, dimana putusan majelis hakim di pengadilan tinggi Jakarta menguatkan putusan dari pengadilan negeri Jakarta Selatan. Dengan putusan pengadilan tinggi Jakarta tersebut pihak tergugat mengajukan kasasi. Dimana putusan majelis hakim di tingkat kasasi, hanya menghukum pihak rumah sakit dengan mengganti kerugian sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) kepada penggugat/pasien dan para dokter yang menangani pasien tidak terbukti melakukan perbuatan melawan hukum. Para pihak pasien atau penggugat belum mendapatkan keadilan yang sebenarnya dengan putusan majelis hakim di tingkat kasasi, maka dari itu pihak pasien atau penggugat mengajukan Permuhonan Kembali (PK). Berdasarkan latar belakang di tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Yuridis Permohonan Peninjauan Kembali Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Dokter Yang Melakukan Malpraktik (Studi Perkara Putusan Mahkamah Agung Nomor 515PK/Pdt/2011)

7 B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dari putusan MA No. 515/PK/Pdt/2011 antara lain : a. Bagaimana alasan dan pertimbangan hukum diajukannya peninjauan kembali? b. Bagaimana pertimbangan majelis hakim dalam putusan peninjauan kembali? c. Apakah akibat hukum dari peninjauan kembali? 2. Ruang Lingkup a. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup kajian penelitian ini adalah dibatasi pada ketentuan hukum mengenai Permohonan Peninjauan Kembali Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Dokter Yang Melakukan Malpraktik. Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum perdata. b. Ruang lingkup objek kajian Ruang lingkup objek kajian adalah mengkaji tentang Permohonan Peninjauan Kembali Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Dokter Yang Melakukan Malpraktik.

8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian berdasarkan putusan MA No. 515/PK/Pdt/2011 adalah : a. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana alasan dan pertimbangan hukum diajukannya peninjauan kembali. b. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan majelis hakim dalam putusan peninjauan kembali. c. Untuk mengetahui dan mengkaji akibat hukum dari peninjauan kembali. 2. Kegunaan Penelitian Kegunanan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan pemikiran di bidang ilmu hukum pada umumnya khusunya Hukum Kesehatan mengenai Permohonan Peninjauan Kembali perbuatan melawan hukum terhadap dokter yang melakukan malpraktik. b. Manfaat Praktis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para dokter di Indonesia dalam pelayanan terhadap pasien. 2) Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, khususnya pasien yang menjadi korban malpraktik.