BAB IV KESIMPULAN. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULULUAN. di masyarakat terhambat. Seseorang dikatakan mengalami ketunadaksaan apabila

PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI PERKEMBANGAN

FASE FASE PERKEMBANGAN. Sosialisasi KTSP 1

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. manuisia bertujuan untuk melihat kualitas insaniah. Sebuah pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dihindari. Penderitaan yang terjadi pada individu akan mengakibatkan stres dan

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan RI pada tahun 2010 jumlah anak usia dini (0-4 tahun) di

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Kontek Penelitian (Latar Belakang masalah) kalanya sedih, dan ada kalanya marah. Sehingga seringkali timbul

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

Perkembangan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd.

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

KIAT KIAT MENCARI PELUANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB IV ANALISIS DATA. peneliti, maka peneliti menganalisis dengan analisis deskriptif komparatif.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanan hidupnya manusia melewati fase-fase kehidupan sejak ia

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan, termasuk polio, dan lumpuh ( Anak_

BAB V PEMBAHASAN. A. Rangkuman Hasil Seluruh Subyek Hasil penelitian dengan mengunakan metode wawancara, tes

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial masyarakat yang memiliki harkat dan martabat, dimana setiap

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan adalah perubahan kearah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti berharap memiliki kondisi fisik yang sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

POLA INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTIS. Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. Mencapai derajat Sarjana S-1

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

DEWASA AKHIR (30 50 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Indonesia, Fasli Jalal (Harian

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

sebelum mereka memulai pendidikan primer ke jenjang berikutnya 1. Tujuan dari adanya taman kanak-kanak ini adalah sebagai tempat di mana anak-anak dap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

Anak adalah dambaan setiap pasangan, dimana setiap pasangan selalu. menginginkan anak mereka tumbuh dengan sehat dan normal baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

R E N Y N U R L I A N A F

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, karena psikologi perkembangan mempelajari kekhususan dari pada tingkah laku individu. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memahami perkembangan psikologis Hirotada Ototake yang merupakan seorang tuna daksa dalam hubungan sosial dengan lingkungannya dalam Buku Gotai Fumanzoku. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan seluruh data yang kemudian dianalisis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologi. Dalam penelitian ini, penulis memilih menggunakan teori psikologi perkembangan Elizabeth B. Hurlock. Karena penulis merasa teori tersebut sangatlah terperinci dalam mengklasifikasikan periode perkembangan manusia dan cocok digunakan dalam penelitian yang ditulis oleh penulis. Ada beberapa manfaat mempelajari psikologi perkembangan, diantaranya yaitu: 1) Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/ perkembangannya. 2) Untuk mengetahui tingkat kemampuan individu pada setiap fase perkembangannya. 3) Untuk mengetahui kapan individu bisa diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu. 4) Agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan dihadapi anak. 5) Khusus bagi guru, 65

agar dapat memilih dan memberikan materi dan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak. (http://cybercounselingstain.bigforumpro.com) Berikut periodisasi berdasarkan didaktis menurut Elizabeth B. Hurlock: a) Masa sebelum lahir (pranatal): 9 bulan b) Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu c) Masa bayi (babyhood): 2 minggu - 2 tahun d) Masa kanak-kanak awal (early childhood): 2-6 tahun e) Masa kanak-kanak akhir (later chilhood): 6-12 tahun f) Masa puber (puberty): 11/12 15/16 tahun g) Masa remaja (adolesence): 15/16 21 tahun h) Masa dewasa awal (early adulthood): 21-40 tahun Penyandang tuna daksa telah memiliki gambaran tentang konsep diri yang positif, khususnya dalam aspek fisik dan sosial. Konsep diri fisik yang positif tersebut lebih dikarenakan mereka telah terbiasa dengan keadaan tubuh mereka semenjak lahir. Konsep diri sosial yang positif terbentuk lebih karena adanya dukungan dari lingkungan tempat mereka belajar seperti teman-temannya dan gurunya. Sedangkan pada aspek psikis (psikologis), masih terdapat penyandang cacat yang belum merasa sebagai sosok yang memiliki psikis yang positif, khususnya mengenai masalah keterbukaan, kemandirian dalam menyelesaikan masalah, dan keputusasaan. Ditinjau dari aspek psikologis anak tuna daksa memang cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif dan kadang-kadang pula muncul sikap egois terhadap lingkungannya. Keadaan seperti ini 66

mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi sosial terhadap lingkungan sekitarnya atau dalam pergaulan sehari-harinya. Masa bayi adalah masa tumbuh dan berkembang, maka diperlukan pengawasan orang tua terhadap anaknya. Pada masa bayi, secara psikologis Otochan tumbuh dan berkembang seperti bayi normal lainnya. Ia mengungkapkan sesuatu dengan menangis, karena pada periode ini, bayi tidak bisa berbicara. Ia juga dapat melihat, belajar berbicara, berfikir, ingin tahu segala hal, dan lain-lain. Hanya saja ia terhambat dalam masalah fisik karena tidak mempunyai kaki dan tangan. Tetapi hal itu belum membuat Oto-chan merasa kesulitan, karena pada masa bayi segala sesuatu yang ingin ia lakukan, dilakukan oleh kedua orang tuanya. Sama halnya dengan bayi dengan keadaan fisik normal lainnya. Masa anak-anak adalah masa peralihan dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah, maka setiap anak perlu beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada masa anak-anak, Oto-chan mampu beradaptasi dengan lingkungan luar. Walaupun di awal ia mengalami kesulitan karena ia masuk ke dalam lingkungan baru yang di dalamnya terdapat orang-orang yang berbeda fisiknya dengan Otochan. Rasa sedih meliputi Oto-chan ketika ia tidak dapat melakukan kegiatan yang dapat dilakukan oleh teman-teman sekelasnya, dikarenakan oleh keterbatasan fisiknya. Oto-chan diperlakukan layaknya anak yang normal di sekolah oleh gurunya. Namun berkat dukungan guru dan teman-temannya, sebagai seorang tuna daksa Oto-chan memiliki mental yang kuat dalam mengahadapi hari-harinya di sekolah dasar dan di lingkungan luar. Karena hal ini, merupakan modal yang kuat untuk menghadapi hari depan yang lebih banyak tantangan. 67

Masa remaja adalah masa peralihan menuju kedewasaan bagi masingmasing individu dan juga masa untuk menentukan berbagai hal yang menentukan arah dan perjalanan hidup. Pada masa ini, Oto-chan ini mulai dapat menentukan apa yang baik dan apa yang buruk bagi dirinya. Ia mulai memutuskan sekolah menengah atas yang mana yang akan ia pilih untuk bersekolah. Kedua orang tuanya sudah tidak ikut campur dalam masalah pilihan hidupnya. Karena pada masa ini seorang remaja bukan lagi seorang anak kecil. Oto-chan memilih SMU Toyama sebagai sekolah menengah atasnya. Sebagai seorang tuna daksa, ia pun mampu melakukan hal yang sama dengan remaja seusianya. Ia mempunyai hak untuk menentukan pilihan bagi masa depannya. Pada tahap ini, seorang remaja dipersiapkan untuk memasukki ke jenjang berikutnya yaitu remaja lanjut yang sebentar lagi menjadi seorang yang dewasa. Bukan lagi disebut sebagai remaja. Oto-chan memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas. Ia memilih kursus pra-kuliah agar dirinya dapat diterima sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Waseda. Oto-chan sempat merasa putus asa, karena kursus pra-kuliah kebanyakan tidak menerima pengguna kursi roda. Namun, salah satu kursus pra-kuliah menerima Oto-chan sebagai muridnya. Dan akhirnya Oto-chan pun dapat lulus dari ujian yang diadakan Universitas Waseda. Ia dan rekan-rekannya mencetuskan kampanye bebas rintangan bagi penyandang cacat di Jepang. Hal ini tersirat dari pengalaman Oto-chan sebagai penyandang cacat yang mengalami kesulitan dalam menggunakan fasilitas umum. Ia ingin agar penyandang cacat lainnya dapat merasakan kenyamanan saat berada di lingkungan sosial. Sebagai seorang 68

penyandang cacat, Oto-chan memiliki tekad yang kuat melakukan suatu perubahan bagi dirinya dan masyarakat. Pada saat ini, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang didapat selama penulis melakukan penelitian tentang perkembangan psikologis hirotada ototake dengan hubungan sosialnya. Dari penelitian ini penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan yang dilihat secara umum. Dilihat dari hubungan sosial, seorang tuna daksa memang membutuhkan perhatian lebih dari orang-orang sekitar, karena mereka memiliki kekurangan fisik dibandingkan yang lainnya. Seperti Oto-chan, ia sangat membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan teman-temannya karena kekurangan fisik yang dimilikinya tersebut. Akan tetapi perhatian yang berlebihan pada penyandang tuna daksa dapat membuat penyandang tersebut merasa manja dan merasa kurang percaya diri. Ada kalanya Oto-chan merasa manja dan kurang percaya diri, tetapi karena ia diperlakukan seperti orang normal, maka Oto-chan tumbuh menjadi seorang yang percaya diri dan tidak manja. Apabila terlalu dimanjakan ia akan memiliki ketergantungan yang tinggi. Oto-chan tidak pernah memanjakkan dirinya walaupun ia adalah seorang tuna daksa, dengan tidak dimanjakkan, kini Oto-can menjadi seorang dewasa yang sangat mandiri. Apabila terlalu diabaikan mereka akan merasa kurang percaya diri. Oto-chan pernah merasa terabaikan, hanya bagaimana ia menyikapinya, dengan sikap Oto-chan yang hangat pada lingkungannya, Oto-chan tidak merasa kesepian ataupun terabaikan. Lingkungan sekitar dan orang-orang terdekat yang mampu membimbing mereka dengan baik dapat membuat psikologis penyandang cacat merasa percaya diri. Dengan begitu mereka akan 69

berusaha dan memiliki kehidupan layaknya orang normal. Sehingga tidak ada beban dalam dirinya. 70