BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA NIRKABEL

BAB II DASAR TEORI. macam keperluan dalam ruangan maupun di luar ruangan. Diantaranya: Flourescent

SISTEM PENGATUR INTENSITAS LAMPU PHILIPS MASTER LED SECARA OTOMATIS YANG DILENGKAPI DENGAN REMOTE CONTROL

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB III PERANCANGAN ALAT. dimmer atau terang redup lampu dan pengendalian pada on-off lampu. Remote

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat yang dibangun. Pengujian dilakukan pada masing-masing subsistem

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Bulb secara otomatis, maupun secara manual dengan menggunakan remote control.

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Bab III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN. bayi yang dilengkapi sistem telemetri dengan jaringan RS485. Secara umum, sistem. 2. Modul pemanas dan pengendali pemanas

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

Pembangkit Pulsa Pemicu Berdasarkan Detektor Persilangan Nol yang Diperoleh dari Analog to Digital Converter dan Interrupt

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Ruang Kelas Dengan Menggunakan Controller Board ARM2368 ini adalah Controller

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Secara garis besar rangkaian pengendali peralatan elektronik dengan. blok rangkaian tampak seperti gambar berikut :

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEMKENDALI PADA EXHAUST FAN MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

BAB III PERANCANGAN STAND ALONE RFID READER. Dalam penelitian ini, perancangan sistem meliputi :

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut sistem dari modul Hot Plate Magnetic Stirrer dapat dilihat pada

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang memiliki tegangan listrik AC 220 Volt. Saklar ON/OFF merupakan sebuah

BAB III PERANCANGAN SISTEM KENDALI EXHAUST FAN MENGGUNAKAN BLUETOOTH

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram Blok Untuk blok diagram dapat dilihat pada gambar 3.1. di bawah ini:

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT

61 semua siklus akan bekerja secara berurutan. Bila diantara ke -6 saklar diatur secara manual maka hanya saklar yang terhubung ground saja yang akan

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM

kali tombol ON ditekan untuk memulai proses menghidupkan alat. Setting

BAB III METODE PENELITIAN

TRANCEIVER INFRA MERAH TERMODULASI UNTUK PENGENDALIAN ALAT-ALAT LISTRIK

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1. Blok sistem secara keseluruhan. Sensor tegangan dan sensor arus RTC. Antena Antena. Sensor suhu.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

Transkripsi:

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem yang dirancang merupakan sistem pengatur intensitas cahaya lampu Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara otomatis maupun secara manual. Perancangan terbagi atas 2 bagian, yaitu perancangan perangkat keras, dan perancangan perangkat lunak. Perangkat lunak terdiri atas 6 bagian, yaitu: 1. Modul catu daya 2. Modul zero crossing detector 3. Modul dimmer lampu 4. Modul TSOP 5. Modul mikrokontroler ATmega8 6. Modul PIR (Passive Infra Red) Paradox PA-465 Sedangkan perancangan perangkat lunak merupakan pemrograman terhadap mikrokontroler yang berperan sebagai pengendali utama sistem. 26

27 Gambar 3.1. Blok diagram sistem 3.2. Perancangan dan Realisasi Perangkat Keras 3.2.1. Modul catu daya Modul catu daya menghasilkan tegangan sebesar 5 Volt DC dan 10 Volt DC. Masing-masing sumber tegangan tersebut berasal dari PLN sebesar 220 Vrms diturunkan menjadi 12 Vrms menggunakan trafo step down. Tegangan tersebut kemudian disearahkan dengan rangkaian diode bridge dan diratakan dengan kapasitor sehingga menghasilkan tegangan DC.

28 ACPWR_IN 1 2 D2 1N4001 D1 1N4001 D3 1N4001 D4 1N4001 C0 2200uF/25V C1 100uF/25V 1 5 3 U1 IN FB 4 ON/OFF OUT 2 GND LM2576T-ADJ L1 D5 1N5822 100uH R2 6.8k C2 1000uF/10V R1 2.2k C1 100uF/25V 1 5 3 U1 IN FB 4 ON/OFF OUT 2 GND LM2576T-ADJ L1 100uH D5 1N5822 R4 8.2k C2 1000uF/10V R3 1.2k Gambar 3.2. Rangkaian catu daya 5 Volt DC dan 10 Volt DC Dioda D 1 -D 4 merupakan rangkaian penyearah tegangan berbentuk sinyal AC. Saat siklus tegangan positif, arus akan dilewatkan oleh D 1 kemudian arus balikannya dikeluarkan oleh D 3. Sedangkan saat siklus tegangan negatif, arus akan dilewatkan oleh D 4 dan arus baliknya dikeluarkan lewat D 2. Dengan demikian, baik tegangan saat siklus positif maupun siklus negatif disalurkan namun menjadi searah meskipun masih berbentuk setengah sinusoida. Kapasitor C 0 berfungsi untuk meratakan tegangan yang telah searahkan oleh rangkaian diode. Waktu pengisian kapasitor lebih cepat daripada waktu pengosongannya sehingga tengangan kapasitor akan tetap karena telah terisi kembali sebelum kapasitor kosong. Sedangkan C 1 berfungsi

29 sebagai menghilang riak tegangan pada masukan LM2576. Sesuai dengan datasheet, nilai C 1 yang direkomendasikan adalah 100 µf. R 1 dan R 2 merupakan tahanan pembagi tegangan untuk feedback bagi LM2576. Nilai ini menentukan nilai tegangan keluaran LM2576 sesuai persamaan pada datasheet. Jika dipilih R 1 = 2,2 k dan diinginkan tegangan keluaran 5 Volt DC maka dapat dihitung R 2 sebagai berikut: V out = V ref (1 + R 2 R 1 ) 5 = 1,23 1 + R 2 2,2 k R 2 = 5 1,23 1 2,2 k R 2 = 6,743 k Nilai yang paling mendekati hasil perhitungan R 2 adalah 6,8 k dengan ralat 0,9 %. Sedangkan untuk tegangan keluaran 10 Volt DC, dengan pemilihan nilai R 1 sebesar 1,2 kω dapat dihitung nilai R 2 sebagai berikut: V out = V ref (1 + R 2 R 1 ) 10 = 1,23 1 + R 2 1,2 k R 2 = 10 1,23 1 1,2 k R 2 = 8,556 k Sehingga dipasangkan R 2 sebesar 8,2 k yang merupakan nilai terdekat dengan hasil perhitungan dengan ralat sebesar 1 %.

30 Dioda D 5 merupakan diode freewheel yang berfungsi menghilangkan overshoot tegangan negatif. Overshoot tegangan negatif terjadi karena induktansi magnetis yang muncul saat catu daya berkurang secara tiba-tiba. Untuk keperluan ini perlu digunakan diode dengan kecepatan pensklaran yang tinggi karena LM2576 bekerja dengan frekuensi pensaklaran 52 khz. Selain itu, D 5 juga harus mampu menahan arus maksimum LM2576 sebesar 3 A dan memiliki tegangan bias balik minimal 1,25 kali tegangan masukan maksimum. Sehingga sesuai dengan datasheet, pada rangkaian ini dapat digunakan diode schottky tipe 1N5822. Induktor L 1 berfungsi untuk menyimpan muatan saat pensaklaran tersambung dan mengeluarkannya saat pensaklaran terputus. Sedangkan kapasitor C 2 berfungsi untuk memperhalus tegangan keluaran LM2576. 3.2.2. Modul zero crossing detector Modul zero crossing detector pada sistem ini berfungsi untuk mendeteksi keberadaan titik 0 (nol) Volt dari keluaran diode bridge. Dimana tegangan keluaran diode bridge ini merupakan hasil penyearahan trafo step down dengan tegangan sebesar 12 VRMS. Berikut gambar rangkaian zero crossing detector.

31 Gambar 3.3. Rangkaian zero crossing detector 2200uF/25V C1 100uF/25V 1 5 3 U1 IN FB 4 ON/OFF OUT 2 GND LM2576T-ADJ L1 D5 1N5822 100uH R2 6.8k C2 1000uF/10V R1 2.2k Gambar 3.4. Untai LM2576T-ADJ (5 Volt) Transistor difungsikan sebagai saklar dengan memanfaatkan dua keadaan transistor yaitu kondisi tersumbat (cut-off) dan jenuh (saturation). Kondisi tersumbat terjadi saat I B = 0 A atau tidak ada arus masukan pada kaki basis sehingga I C = 0 A sesuai dengan persamaan hfe = I C I B...... (3.1) Sedangkan kondisi jenuh terjadi saat I B = I B (saturasi), V BE = 0,7 Volt dan V CE (saturasi) 0 Volt. Karena V CE 0 Volt maka tegangan keluaran = VCC sehingga dapat diperoleh I C (pada saat saturasi) sebagai berikut:

32 I C = Vcc R C...... (3.2) I C = 5 V = 50 ma 100Ω Dari nilai I C tersebut dapat dihitung I B : I B = I B = I C hfe 50 ma 120 = 416,67 µa Dengan nilai I B diketahui, R B yang akan dipasang: R B = V CC V BE I B... (3.3) R B = (5 0,7)V 416,67 µa = 10,32kΩ Dengan demikian, dipasangkan resistor sebesar 10 kω yang mendekati nilai 10.32 kω pada kaki basis dengan ralat sebesar 3,2 %. 3.2.3. Modul dimmer lampu Modul dimmer terdiri dari 2 bagian utama, yaitu MOC 3020 dan TRIAC BT136. MOC 3020 merupakan sensor optocoupler, yang berfungsi sebagai pemisah antara rangkaian power dengan rangkaian kontrol. Rangkaian kontrol yang dimaksud adalah mikrokontroler, sebagai pengatur waktu ON dan OFF keluaran MOC 3020 ini. Sedangkan rangkaian power menggunakan triac sebagai rangkaian pengendali tegangan yang masuk ke lampu. Triac akan ON ketika ada arus yang mengalir masuk ke gate, dan menyebabkan semakin rendah tegangan break over nya. Triac akan ON

33 sampai tegangan MT1 dan MT2 sudah mencapai nol volt maka kondisi kerja triac akan berubah dari ON ke OFF. mikrokontroler 100 OPTOISO 360 220V AC BT136 330 Gambar 3.5. Rangkaian driver pengatur intensitas lampu Setiap terdeteksi pulsa dari keluaran zero crossing detector, mikrokontroler akan memicu kaki 1 MOC 3020. Mikrokontroler menggunakan PWM (Pulse Width Modulation) untuk mengatur waktu ON dan OFF MOC 3020 ini. Lamanya waktu ON diatur secara manual oleh pengguna. Gambar 3.6. Sinyal Output TRIAC

34 Cara di atas disebut pengendalian daya dengan pergeseran fase. Daya pada beban dikendalikan dengan mengubah sudut hantar triac. Cara kerja triac dalam pengendalian fase ini adalah dengan cara memotong sebagian luasan dari tegangan AC yang berbentuk sinusoida, sebab triac dapat berubah dari kondisi tidak menghantar ke kondisi menghantar dan sebaliknya. Gambar 3.7. Pengendalian fase (phase controller) Untuk mengaktifkan MOC 3020 diperlukan picuan arus pada kaki 1 sebesar 15-30 ma. Tegangan masukan led berasal dari keluaran port mikrokontroler sebesar ± 5,06 Volt. Berdasarkan datasheet MOC 3020, LED membutuhkan tegangan sebesar 3 Volt untuk mengaktifkannya. Sehingga dapat dilakukan perhitungan terhadap Rin yang perlu dipasangkan pada masukan MOC 3020. Untuk perhitungan arus minimum I FT : I FT = (Vin Vdioda) / Rin... (3.4) 15mA = (5,06 3) / Rin Rin Rin = 2,06V / 15mA = 137 Ω

35 Untuk perhitungan arus maksimum I FT : I FT = (Vin Vdioda) / Rin 30mA = (5,06 3) / Rin Rin = 2,06V / 30mA Rin = 68,667Ω Sehingga dapat diketahui bahwa resistor yang dapat dipasang dengan jangkauan 68,667 Ω Rin 137 Ω. Maka dari itu dipasangkan hambatan sebesar 100Ω pada kaki inputan untuk memicu MOC 3020. Ketika MOC ini aktif maka MOC akan mengeluarkan arus pada kaki 4 yang terhubung dengan kaki gate triac dan menyebabkan triac ON. 3.2.4. Modul TSOP Pada modul ini digunakan TSOP dengan seri 1238 yang memilliki frekuensi carrier sebesar 38 khz. TSOP ini digunakan untuk menerima data yang dikirimkan oleh remote control. Berikut untainya: Gambar 3.8. Rangkaian TSOP 1238 Nilai R1 yang digunakan sebesar 100Ω dan 4,7uF digunakan untuk nilai pada kapasitor C1. Konfigurasi R1 dan C1 ini merupakan rekomendasi

36 dari pabrik yang berfungsi untuk mencegah terjadinya EOS (Electrical Overstress). Electrical Overstress merupakan peristiwa dimana terjadi kerusakan karena adanya arus atau tegangan yang besarnya melewati batas kemampuan komponen. Data yang dikirimkan oleh remote diterima oleh TSOP kemudian dikirimkan ke mikrokontroler untuk diolah. Semua paket data yang dikeluarkan remote control telah mengandung frekuensi carrier dan dimodulasi dengan teknik PWM (Pulse Width Modulation). Pada perancangan kali ini digunakan Timer 1 untuk menghitung lebar pulsa yang dikirimkan remote. Lebar pulsa tersebut dihitung oleh mikrokontroler dengan ukuran 2 byte untuk tiap pulsa yang diterima. Kemudian byte tersebut digabungkan sehingga dapat menjadi sebuah bit data yang nantinya digunakan untuk diproses sebagai data remote. Ada berbagai macam standar yang dapat digunakan untuk mendeteksi paket datanya, diantaranya yang terkenal adalah protokol RC5 dan protokol SIRC. Protokol RC5 digunakan oleh Philips, sedangkan protokol SIRC (SONY TV Infrared Remote Control) digunakan oleh pabrikan Sony. Pada modul TSOP ini digunakan pembacaan data remote dengan SIRC. Sebuah paket data lengkap SIRC terdiri atas sebuah start bit dan 12 bit data dan sebuah frame space yang memisahkan sebuah frame dengan frame berikutnya. Dimana 12 bit data tersebut terbagi atas 7 bit command code (C6 C0) dan 5 bit device code (D4 D0). Protokol SIRC ini mengirimkan data

37 LSB terlebih dahulu, sehingga C0 adalah data pertama yang diterima setelah start bit. Gambar 3.9. Paket data yang dikirimkan protocol SIRC (http://www.sbprojects.com/knowledge/ir/sirc.php) Untuk mengidentifikasi start bit, pulsa yang dikirimkan sebesar 2,4 ms. Data 0 diwakili dengan 0,6 ms tidak ada pulsa, dan 0,6 ms ada pulsa, sehingga total waktu untuk mendeteksi data 0 sebesar 1,2 ms. Sedangkan data 1 diwakili dengan 0,6 ms tidak ada pulsa, dan 1,2 ms ada pulsa, sehingga total waktu yang dibutuhkan sebesar 1,8ms. 0,6ms 0,6ms 0,6ms 1,2ms data 0 data 1 Gambar 3.10. Data 0 dan data 1 pada protokol SIRC 3.2.5. Modul mikrokontroler ATmega8 Pada modul ini, mikrokontroler ATmega8 digunakan untuk mengatur dan mengolah beberapa data, yaitu: 1. Menerima data keluaran zero crossing detector.

38 Pulsa yang dihasilkan modul zero crossing detector dimasukkan pada PORT D4 yang berfungsi sebagai interupsi eksternal 1 (satu) ATmega8. Interupsi eksternal ini nantinya digunakan sebagai penanda titik mulai waktu tunda yang diberikan pada MOC 3020. 2. Mengolah data remote control melalui perantara TSOP 1238. Data yang dikirimkan oleh remote control diterima mikrokontroler dan dimasukkan pada PORT D3 yang berfungsi sebagai interupsi eksternal 0 (nol). Sebuah paket data protokol SIRC terdiri atas 1 start bit dan 12 bit data, sehingga untuk sebuah paket data dilakukan interupsi eksternal sebanyak 13 kali. Gambar 3.11. Interupsi remote control dan lebar pulsanya Setiap kali interupsi terjadi, mikrokontroler akan mengaktifkan Timer1 untuk melakukan perhitungan lebar pulsa untuk tiap interupsi. Setelah perhitungan lebar pulsa itu dilakukan, dapat diketahui data mana yang merupakan start bit dan data mana yang merupakan bit data.

39 3. Mengatur lebar pulsa ON dan OFF untuk MOC3020. Setelah mendapat interupsi eksternal dari modul zero crossing detector, mikrokontroler akan mengaktifkan Timer 2 dengan nilai pembanding sebesar OCR2. Untuk satu siklus, Timer 2 memiliki waktu maksimal selama 10 ms. Lamanya lebar pulsa ON dan OFF bergantung pada besarnya OCR2. Keluarannya pada PORT D7 akan diberikan pada input (kaki 1) MOC 3020 untuk mengaktifkan MOC 3020. 4. Menerima dan mengolah data yang dari PIR Paradox PA-465. Data yang dikirimkan oleh sensor ini berupa nilai logika 0 atau 1. Ketika data yang diberikan bernilai 0 selama selang waktu 3 menit, berarti sensor ini tidak mendeteksi adanya orang dalam ruangan. Ketika dideteksi tidak ada orang dalam ruangan maka mikrokontroler akan secara otomatis menonaktifkan lampu. Tetapi apabila terdeteksi ada orang dalam ruangan, maka sensor ini akan tetap bernilai 1 dan lampu akan tetap menyala normal. Pengendali mikro membutuhkan sumber osilator agar dapat bekerja. Pada perancangan ini, digunakan osilator dengan kristal 11,0592 MHz dan kapasitor 20 pf. Pemasangan osilator sesuai dengan gambar di bawah ini.

40 Gambar 3.12. Pemasangan osilator pada ATmega8 ATmega8 membutuhkan low-level reset jika akan me-reset ATmega8 secara manual, sehingga perlu ditambahkan sebuah rangkaian pe-reset pada ATmega8 yang dihubungkan pada kaki RESET. Pada rangkaian tersebut dipakai kapasitor 10 μf untuk menstabilkan tegangan pada kaki RESET, supaya pengendali mikro tidak ter-reset bila catu daya tidak stabil (tiba-tiba turun). Sedangkan resistor 10 kω berfungsi untuk menunda pengisian kapasitor sehingga kaki RESET tetap mendapatkan tegangan < 0,9 Volt (batas atas tegangan reset) selama minimal 1,5 μs (lebar pulsa minimum reset). Saat tombol reset ditekan, maka akan terjadi pengosongan kapasitor seketika sehingga kaki RESET bernilai 0. Pada saat tombol dilepas, maka akan terjadi proses pengisian sesuai dengan persamaan berikut: Vcap t = V 1 e t τ.. (3.5) Dengan Vcap(t) = tegangan kapasitor saat t detik, V = tegangan catu daya, t = waktu pengisian, τ = RC, R = tahanan resistor, C = kapasitansi kapasitor. Dengan demikian nilai t diperoleh:

41 Vcap t = V 1 e t RC 0,9 = 5 1 e t 1k 10μ 0,9 5 = 1 e t 10m 0,18 = 1 e t 10m e e t 10m = 1 0,18 t 1k 10μ = 0,82 t ln e 10m = log 0,82 t 10m = 0,0862 t = 0,0862 10m t = 0,862 ms = 862 μs 1,5 μs Gambar 3.13. Rangkaian Pe-reset ATmega8

42 3.2.6. Modul PIR (Passive Infra Red) Paradox PA-465 Modul PIR Paradox PA-465 merupakan sensor yang berfungsi untuk mendeteksi pancaran sinar infra merah yang dipancarkan tubuh manusia. Sensor ini membutuhkan pasokan tegangan sebesar 9-16 VDC untuk mengaktifkannya. Paradox PA-465 memiliki daya jangkau sebesar 7 meter x 6 meter pada posisi ketinggian 2,5 meter dari permukaan tanah. Ketika kondisi normal (tidak terdeteksi gerakan), LED warna merah akan mati (OFF) dan kontak relay NC dan C akan terhubung. Saat terdeteksi gerakan, LED warna merah akan menyala (ON) dan kontak relay NC dan C akan terputus. Ketika kaki C terhubung dengan +Vcc, maka saat terdeteksi adanya gerakan tegangan keluaran pada kaki NC akan bernilai 0 (ground), saat tidak ada gerakan tegangan keluaran pada kaki kaki NC bernilai +Vcc (disini +Vcc berupa keluaran port mikrokontroller sekitar 5,06 V). Begitu juga sebaliknya apabila kaki C terhubung dengan ground. 3.3. Perancangan dan Realisasi Perangkat Lunak Perangkat lunak yang dibuat digunakan untuk mengolah data dari modul zero crossing detector dan juga mengatur lebar pulsa ON dan OFF pada input MOC 3020. Perangkat lunak juga mengolah data-data yang dikirim oleh remote control melalui sensor TSOP 1238. Secara umum cara kerja sistem sesuai dengan diagram alir pada Gambar 3.14.

43 Gambar 3.14. Diagram alir keseluruhan sistem Pertama sistem akan mengecek data yang tersimpan di dalam EEPROM, dimana data tersebut diberi label level2. Data dalam EEPROM merupakan level terakhir yang disimpan oleh pengguna. Setelah mendapatkan nilai level, sistem akan mengatur nilai OCR2 yang merupakan parameter yang berpengaruh lamanya waktu Timer 2 aktif. Lamanya waktu Timer 2 aktif akan berpengaruh terhadap lebar pulsa

44 OFF dan ON pada masukan MOC 3020. Lebar pulsa OFF dan ON secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tegangan masukan lampu nantinya. Karena menggunakan dimmer dengan karakteristik leading edge, sehingga keluaran PORT D7 dibuat agar OFF terlebih dahulu selama OCR2. Setelah nilai TCNT2 sama dengan nilai OCR2, PORT D7 akan menghasilkan nilai logika ON selama waktu 10 ms dikurangi dengan lamanya waktu yang diperlukan oleh OCR2. Setelah itu nilai TCNT2 akan di-reset. Setiap terdeteksi adanya interupsi eksternal dari zero crossing detector, perangkat lunak akan mengulang proses ini terus menerus. Perangkat lunak juga didesain untuk dapat mendeteksi perubahan nilai dari sensor PIR. Ketika sensor PIR memberikan logika 1, maka sistem akan terus berlangsung karena itu menandakan ada orang dalam ruangan. Sedangkan ketika terdeteksi tidak ada orang dalam ruangan dalam selang waktu 3 menit, selama selang waktu itu juga PIR akan memberikan logika 0 kepada mikrokontroler dan mikrokontroler akan mengubah nilai level menjadi 0 (nol) untuk mematikan lampu. Apabila terdeteksi ada orang dalam ruangan, sensor PIR akan langsung memberikan logika 1 kepada mikrokontroler dan sistem berjalan dari awal lagi. Selain itu perangkat lunak juga digunakan untuk membaca data yang dikirimkan oleh remote control dengan cara membaca lebar pulsa tiap data. Untuk tiap data yang dikirimkan akan mengaktifkan interupsi eksternal mikrokontroler dan secara otomatis perangkat lunak akan menghitung lebar pulsa yang dikirimkan untuk setiap interupsi yang terjadi. Berikut diagram alirnya.

Gambar 3.15. Diagram alir pengolahan data remote control 45