`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

PERKEMBANGAN KOGNITIF (INTELEKTUAL) (PIAGET) Tahap operasional formal (operasi = kegiatan- kegiatan mental tentang berbagai gagasan) Dapat berpikir lo

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) pada umumnya berusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

Modul 6 PERKEMBANGAN JIWA AGAMA PADA MASA REMAJA

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan yang harus dilalui baik pendidikan keluarga maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

EMOSI NEGATIF SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI LIMAU

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing, bergaul, ekspresi diri, harga diri dan lain-lain. Menurut Maslow (dalam Hambali 2013: ) bahwa setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB II LANDASAN TEORI

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.

DEWASA AKHIR (30 50 tahun)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

Transkripsi:

1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam Yusuf, 2002:184) mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu moral. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, peran-perannya dan makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya, dalam arti dia akan memiliki kepribadian yang sehat. Sebaliknya apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini berdampak kurang baik bagi remaja. Dia cenderung kurang dapat menyesuaikan dirinya, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Setiap remaja pada hakikatnya akan mengalami perkembangan fisik dan perkembangan nonfisik yang meliputi aspek-aspek kognitif, emosi, sosial, nilai dan moral, kepribadian, perilaku, dan kesadaran beragama. Perkembangan fisik yang terjadi pada masa remaja sangat pesat dibandingkan dengan masa pranatal dan bayi. Menurut Yusuf (2002:193) masa yang pertama terjadi pada fase pranatal dan bayi, bagian-bagian tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari bagian-bagian yang lain. Perubahan-perubahan fisik

2 masa remaja terlihat jelas pada bagian hidung, kaki, tangan, berat dan tinggi badan, membesar jakun di leher (pada remaja laki-laki), dan suara membesar. Perkembangan nonfisik yang dialami siswa usia remaja meliputi perkembangan kemampuan dalam berpikir. Menurut ahli-ahli psikologi asosiasi (dalam Suryabrata, 2010:54) mengganggap bahwa berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan dimana subjek yang bersifat pasif. Kemampuan berpikir dan mengingat dapat disebut dengan intelektual. Kemampuan intelektual berjalan seiring dengan perkembangan syaraf otak. Oleh karena itu remaja akan mengalami perkembangan kemampuan berpikirnya diawali dengan kemampuan mengenal. Perkembangan lebih lanjut tentang perkembangan ini ditunjukkan pada perilakunya, yaitu tindakan menolak dan memilih sesuatu. Memilih dan menolak sesuatu merupakan kemampuan dalam mengambil keputusan yang juga termasuk dalam perkembangan kognitif pada masa remaja. Menurut Syafaruddin (2004:47) pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah dengan menentukan pilihan dari beberapa alternative untuk menetapkan suatu tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Siswa pada usia ini biasanya sudah mampu mempertimbangkan hal-hal yang berhubungan dengan pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil biasanya akan mempengaruhi perasaan siswa. Jika keputusan tepat, perasaan akan cenderung kearah positif seperti senang, gembira, maupun bahagia. Sebaliknya jika keputusan yang telah diambil salah perasaan yang muncul cenderung kearah negatif yaitu marah, sedih, dan kecewa.

3 Menurut Suryabrata, (2010:66) perasaan biasanya didefenisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejalagejala mengenal, dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas dimana siswa memiliki perkembangan emosi yang tinggi. Perkembangan emosi biasanya menunjukan perasaan-perasaan negatif seperti mudah tersinggung, cepat marah, mudah sedih, dan sensitif terhadap peristiwa atau keadaaan yang tidak sesuai dengannya. Keadaan siswa usia remaja yang tidak mampu mengendalikan emosi dari perasaan-perasaan negatif ditunjukan melalui tingkah laku malasuai. Reaksinya itu tampil dalam tingkah laku malasuai (maladjustment), seperti 1) agresif: melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu; 2) melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum minuman keras atau obat-obat terlarang (Yusuf, 2002:197). Berdasarkan perubahan fisik dan nonfisik yang dialami pada masa remaja, siswa usia remaja seharusnya mulai dapat mengendalikan dirinya, dapat bertanggung jawab atas perbuatannya, mengontrol tingkah laku, menerima perubahan fisik yang terjadi dalam dirinya, dapat lebih mandiri dan mampu mencapai kemandirian secara emosional. Kenyataannya banyak siswa usia remaja belum bisa mengendalikan dirinya sendiri ketika menghadapi suatu permasalahan seringkali mengandalkan orang dewasa karena cenderung belum mampu mengatur dirinya. Banyak juga diantara siswa usia remaja yang belum mampu mengontrol tingkah laku sehingga kurang rasa tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan.

4 Tidak semua siswa usia remaja dapat melakukan tugas-tugas perkembangan yang ada dan tidak sedikit juga siswa usia remaja yang mampu melakukan tugas perkembangan seperti kemampuan mengendalikan diri dan emosi ketika hal yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan, bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan dan mampu mengontrol tingkah laku malasuai. Siswa usia remaja dengan tingkat pendidikan yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima perubahan maupun menerima pengaruh dari luar yang lebih luas. Perbedaan-perbedaan tersebut berpengaruh terhadap perilaku siswa usia remaja di rumah maupun di sekolah. Siswa usia remaja memiliki potensi dasar secara esensial yaitu pikiran, perasaan dan kehendak. Potensi dasar yang dimiliki itu tidaklah sama bagi masing-masing remaja. Sebagian remaja menjadi lebih atau kurang dalam bidang tertentu dibandingkan dengan remaja lainnya, salah satunya dalam menerima pelajaran di sekolah. Kemampuan siswa usia remaja dalam memahami dan menerima pelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan masalah belajar. Masalah belajar menjadi masalah penting bagi siswa. Rendahnya hasil belajar siswa di sekolah tidak selalu disebabkan oleh rendahnya intelegensi yang dimiliki oleh siswa. Meskipun ada beberapa siswa yang memiliki hasil belajar rendah karena intelegensi yang kurang, tetapi tidak semuanya demikian. Rendahnya hasil belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor lain, salah satunya adalah pemilihan cara belajar yang kurang tepat.

5 Mencapai hasil yang lebih rendah tidak selalu disebabkan oleh faktor intelektual, tetapi dianggap ketakutan akan gagal yang menjadi penyebabnya. Ketakutan akan gagal ini disebabkan oleh keraguan total, yang menyebabkan kapasitas intelektual tidak sepenuhnya dapat bekerja. Ketika mendapatkan hasil belajar yang rendah, ada siswa yang dapat mengendalikan dirinya namun banyak juga yang tidak dapat mengendalikan dirinya. Siswa yang tidak dapat mengendalikan diri akan menunjukan perilaku, perasaan dan pikiran yang tidak wajar bukan hanya ketika memperoleh hasil belajar rendah, tetapi siswa tersebut tidak akan dapat mengendalikan dirinya saat menghadapi masalah lainnya seperti masalah patah hati maupun pergaulan dengan lingkungan. Siswa dengan keadaan seperti ini merupakan masalah bagi guru bidang studi dan guru BK. Berdasarkan observasi awal di SMA Swasta Yayasan Perguruan Keluarga Pematangsiantar melalui wawancara yang dilakukan kepada guru bidang studi dan guru BK pada bulan November 2013, ditemukan permasalahan tentang kurangnya pengendalian diri siswa ketika memperoleh hasil belajar rendah, salah satunya pada bidang studi Kimia dan Matematika. Dilihat dari hasil ulangan harian dengan ketuntasan nilai yang telah ditetapkan yaitu 60, ditemukan ±55% dari 210 siswa yang mendapatkan hasil belajar rendah tidak dapat mengendalikan diri. Pengendalian diri siswa yang rendah ditunjukan dengan perilaku malasuai seperti menjadi pendiam dan pemurung, merasa sedih dan kecewa, timbul pikiran negatif siswa terhadap guru dengan beranggapan bahwa guru pilih kasih dalam pemberian nilai, suka menyendiri dan tidak menerima kenyataan dengan

6 menunjukkan perasaan marah kepada teman yang memperoleh hasil belajar lebih baik darinya. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, guru BK biasanya hanya memberikan arahan dan nasehat-nasehat. Bantuan ini kurang efektif, sehingga siswa tidak dapat menyadari sepenuhnya tindakan yang harus dilakukan agar dapat membuat hasil belajarnya menjadi tinggi. Guru BK dapat memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang mengalami masalah ketika memperoleh hasil belajar rendah. Guru BK perlu memahami psikologis siswa usia remaja yang tidak dapat mengendalikan diri ketika memperoleh hasil belajar rendah sehingga guru BK dapat memberikan bantuan yang tepat. Pemberian layanan bimbingan dan konseling belum terlaksana dalam membantu permasalahan siswa tersebut. Salah satu bantuan yang dapat diberikan guru BK dalam meningkatkan pengendalian diri siswa ketika memperoleh hasil belajar rendah adalah melalui pemberian layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi. Pemahaman guru BK tentang upaya bantuan melalui bimbingan kelompok akan memungkinkan terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. Berdasarkan uraian latar belakang, mengendalikan diri ketika memperoleh hasil belajar rendah sangatlah penting dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi dapat dilihat pengendalian diri siswa ketika memperoleh hasil belajar rendah dapat ditingkatkan atau tidak. Maka peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian yang berjudul Meningkatkan Pengendalian Diri Ketika Memperoleh Hasil Belajar Rendah Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

7 Teknik Diskusi Pada Siswa Kelas XI SMA Swasta Perguruan Keluarga Pematangsiantar T.A. 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengindetifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Masih ada siswa yang tidak mampu mengendalikan diri ketika memperoleh hasil belajar rendah. 2) Masih ada siswa yang menjadi pendiam dan pemurung, merasa sedih dan kecewa ketika memperoleh hasil belajar rendah. 3) Masih ada timbul pikiran negatif siswa terhadap guru dengan beranggapan bahwa guru pilih kasih dalam pemberian nilai. 4) Masih ada siswa yang suka menyendiri dan tidak menerima kenyataan dengan menunjukkan perasaan marah kepada teman yang memperoleh hasil belajar lebih baik darinya. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan kemampuan pengendalian diri ketika memperoleh hasil belajar rendah melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas XI SMA Swasta Perguruan Keluarga Pematangsiantar T.A. 2013/2014.

8 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi dapat meningkatkan pengendalian diri ketika memperoleh hasil belajar rendah pada siswa kelas XI SMA Swasta Perguruan Keluarga Pematangsiantar T.A. 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengendalikan diri siswa ketika memperoleh hasil belajar rendah melalui layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi, khususnya siswa kelas XI SMA Swasta Perguruan Keluarga Pematangsiantar T.A. 2013/2014. 1.6 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis a) Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pemberian masukan untuk meningkatkan pengendalian diri ketika memperoleh hasil belajar rendah melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi pada siswa kelas XI XI SMA Swasta Perguruan Keluarga Pematangsiantar T.A. 2013/2014. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak yang terkait dalam penelitian, sekaligus sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama.

9 2) Manfaat Praktis a) Bagi Siswa Siswa mengetahui kerugian yang didapat dari kurangnya pengendalian diri ketika memperoleh hasil belajar rendah, serta siswa dapat mengendalikan dirinya ketika memperoleh hasil belajar rendah melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi. b) Bagi Guru BK Sebagai bahan masukan dalam membantu meningkatkan pengendalian diri siswa ketika memperoleh hasil belajar rendah melalui layanan bimbingan kelompok teknik diskusi di sekolah. c) Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sebagai guru BK dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dengan teknik diskusi untuk meningkatkan pengendalian diri siswa ketika memperoleh hasil belajar rendah, sekaligus sebagai bekal dalam menapaki karir sebagai guru BK. d) Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan dalam membantu siswa meningkatkan pengendalian diri ketika memperoleh hasil belajar rendah melalui bimbingan kelompok teknik diskusi.