disusun oleh Mirsa Ferriawan 11.11.5112 Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Pancasila Kelompok D Dosen : Drs. Tahajudin Sudibyo JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011
Abstrak Gotong royong adalah ciri khas bangsa. Dengan gotong royong masyarakat mendapatkan nilai-nilai yang positif. Contohnya : toleransi, tenggang rasa, tolong menolong dan tanggung jawab. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar. Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat khususnya di dusun Sedan. Maka sangat perlu gotong royong di berlakukan dimanapun dan oleh siapapun. Karena kegiatan ini dapat menghasilkan masyarakat yang bersosialisasi tinggi dengan sesama.
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunianya karya tulis ilmiah ini yang berjudul PENERAPAN SILA KETIGA DI DUSUN SEDAN, dapat terselesaikan. Karya tulis ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan dukungan pihak lain. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1) Kepada Allah SWT. 2) Kepada orang tua penulis, yang telah memberikan dukungan moral dan materi kepada penulis. 3) Kepada bapak dosen yang telah membimbing penulis. 4) Teman-teman dan pihak lain yang telah membantu baik secara moral maupun secara material. Penulis juga menyadari bahwa karya tulis ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis juga berharap karya ini bermanfaat bagi masyarakat dan negara. Yogyakarta, Oktober 2011 Mirsa Ferriawan
BAB I A. Latar Belakang Masalah Gotong royong merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia khususnya di dusun Sedan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, sebagaimana yang tertuang dalam pancasila yaitu sila ke- 3 Persatuan Indonesia. Perilaku gotong royong yang telah dimiliki Bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Gotong royong merupakan keperibadian bangsa dan merupakan budaya yang telah berakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Gotong royong tumbuh dari kita sendiri, prilaku dari masyarakat. Namun seiring dengan waktu yang berjalan, perilaku kegotong royongan mulai memudar akibat pengaruh dari budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia khususnya di dusun Sedan. Seperti budaya individualisme dan materialisme yang telah merambah daerah perkotaan bahkan sampai daerah perbatasan desa dengan kota. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh budaya individualisme pada masyarakat, maka melalui penelitian ini kami mencari fakta pengaruh budaya individualisme dan materialisme ini.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah masyarakat di dusun Sedan masih menerapkan perilaku gotong royong? 2. Apakah penting gotong royong dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apakah kegiatan gotong royong rutin dilaksanakan di dusun Sedan? 4. Apakah budaya gotong royong dapat bertahan di era globalisasi?
BAB II A. Pendekatan Historis Sejak nenek moyang, bangsa Indonesia telah mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia adalah negara yang multikultur dengan masyarakat yang berasal dari ras dan suku bangsa yang berbeda, dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia telah mengamalkan nilai toleransi, contohnya di masyarakat Jawa ada kegiatan yang dinamakan gotong royong. Gotong royong adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan dan telah menjadi kebudayaan yang ada sejak dahulu kala. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan secara bergotong royong antara lain pembangunan fasilitas umum dan membersihkan lingkungan sekitar. Sikap gotong royong itu seharusnya dimiliki oleh seluruh elemen atau lapisan masyarakat yang ada, khususnya di dusun Sedan. Karena, dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara bergotong royong. Dengan demikian segala sesuatu yang akan dikerjakan dapat lebih mudah dan cepat diselesaikan dan pastinya pembangunan di daerah tersebut akan semakin lancar dan maju. Bukan itu saja, tetapi dengan adanya kesadaran setiap elemen atau lapisan masyarakat dalam menerapkan perilaku gotong royong maka hubungan persaudaraan atau silaturahim akan semakin erat. Dibandingkan dengan cara individualisme yang mementingkan diri sendiri maka akan memperlambat pembangunan di suatu daerah. Karena individualisme itu dapat menimbulkan keserakahan dan kesenjangan diantara masyarakat.
Perubahan ekonomi Indonesia di bawah rezim Soeharto memungkinkan masuknya modal asing dan liberalisasi. Nilai-nilai budaya mulai dengan deras masuk dan menjadi bagian dari hidup masyarakat Indonesia. Kehidupan perekonomian masyarakat berangsur-angsur berubah dari ekonomi agraris ke industri. Indusri berkembang maju dan pada zaman sekarang tatanan kehidupan lebih banyak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sehingga bersifat materialistik. Maka nilai kegotong royongan pada masyarakat telah memudar. B. Pembahasan Untuk mengetahui respon dari masyarakat tentang penerapan sila ketiga di dusun Sedan, dilakukan penelitian, terhadap 20 responden. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1 Masyarakat dusun Sedan suka bergotong royong No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1. Ya 20 100 2. Tidak 0 0 Menurut tabel diatas, masyarakat di dusun Sedan yang suka bergotong royong ada 18 responden (90%), sedangkan yang tidak suka gotong royong ada 2 responden (10%). Ini menunjukan bahwa masyarakat di dusun Sedan suka bergotong royong & masih menerapkan gotong royong di dusun Sedan.
Tabel 2 Pentingnya gotong royong dalam kehidupan sehari-hari No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1. Ya 20 100 2. Tidak 0 0 Menurut tabel diatas, masyarakat di dusun Sedan yang menyadari pentingnya gotong royong dalam kehidupan sehari-hari ada 20 responden (100%). Ini menunjukan bahwa gotong royong dalam kehidupan sehari-hari itu sangatlah penting. Tabel 3 Kegiatan gotong royong rutin dilaksanakan di dusun Sedan No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1. Ya 9 45 2. Tidak 11 55 Menurut tabel diatas, 9 responden (45%) mengatakan kegiatan gotong royong rutin dilaksanakan di dusun Sedan, sedangkan 11 responden (55%) mengatakan tidak. Ini menunjukan kegiatan gotong royong kurang rutin di laksanakan di dusun Sedan.
Tabel 4 Budaya gotong royong dapat bertahan di era globalisasi No Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%) 1. Ya 12 60 2. Tidak 8 40 Menurut tabel diatas, 12 responden (60%) mengatakan bahwa budaya gotong royong dapat bertahan di era globalisasi, sedangkan 8 responden (40%) mengatakan tidak. Ini menunjukan bahwa masyarakat di dusun Sedan percaya bahwa budaya gotong royong dapat bertahan di era globalisasi. Dari analisis data menunjukkan gotong royong di kalangan masyarakat perkotaan masih dianggap penting untuk mempererat hubungan silaturahmi, dan meringankan beban. Namun pada era globalisasi, masyarakat semakin maju dan memiliki aktivitas yang berbeda dan serba sibuk. Berdasarkan penelitian kami, masyarakat di dusun Sedan masih sadar akan pentingnya gotong royong.
BAB III A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasaan dapat disimpulkan bahwa : 1) Masyarakat di dusun Sedan masih memerlukan kegiatan gotong royong. 2) Adapun bentuk- bentuk dari kegiatan gotong royong yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari- hari, antara lain : Acara membersihkan lingkungan Acara menyambut hari kemerdekaan Acara perkawinan B. Saran Adapun saran yang ingin kami sampaikan yaitu: 1) Dari hasil penelitian, kami mengharapkan agar masyarakat dapat meningkatkan kesadarannya dalam kegiatan bergotong royong. 2) Kami mengharapkan dari pemerintah agar mengeluarkan Perda yang mengatur tentang kegiatan pergotong royongan. Karena kegiatan gotong royong ini sudah mulai terkikis di era modern sekarang ini.
Daftar Pustaka Andrain, Harles 1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial. Tiara Wacana : Yogyakarta. Ditjen Diknasmen.2004. Pelajaran Pengetahuan Sosial Kelas IX. Depdiknas: Jakarta. Louer, H. Robert. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Rineka Cipta: Jakarta.