BAB I PENDAHULUAN. instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi

dokumen-dokumen yang mirip
UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI

UU NO. 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN RI PENDAHULUAN Pemerinta h RI pada tanggal 1 Agustus 2006 telah mensahkan UU No.

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Hak dan Kewajiban Warga Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia

WARGANEGARA DAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan Kewarganegaraan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Modul ke: KEWARGANEGARAAN. Hak dan Kewajiban Warga Negara. Fakultas Teknik. Program Studi Teknik Elektro

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN.. TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kewarganegaraan Republik Indonesia, sejak 1 Agustus 2006 untuk. menggantikan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. seperti perdagangan, perekonomian bahkan sampai pada masalah perkawinan.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Waktu : 6 x 45 Menit (Keseluruhan KD)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Hak dan Kewajiban Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN. atau para pemuka agama. Aturan tata tertib itu terus berkembang maju, bahkan. negara Indonesia dengan warga negara asing.

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA. Modul ke: 06Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

KASUS KASUS KEWARGANEGARAAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak dan Kewajiban Warga Negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA INDONESIA ( WNI )

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Civic Education. Pendidikan Kewarganegaraan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. TLN No. 3019, ps.1.

KEDUDUKAN WARGA NEGARA & PERWAGA- NEGARAAN DI INDONESIA

asas kewarganegaraan BAB I PENDAHULUAN

ISU-ISU AKTUAL STATUS KEIMIGRASIAN DAN KEWARGANEGARAAN

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2008 di Lt.6 (Dit. Jen. Administrasi Hukum Umum) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pertanyaan sebagai berikut : 1. Berdasarkan Undang-Undang

HUKUM KEWARGANEGARAAN H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

Mata Kuliah Kewarganegaraan HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA

BAB III PROSES NATURALISASI DALAM PRAKTEK WARGA NEGARA ASING DI INDONESIA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. peneliti dapat memarik kesimpulan, sebagai berikut :

Pengertian kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu :

WARGA NEGARA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

(Negara dan Kedaulatan)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEWARGANEGRAAN WARGA NEGARA AMYARDI, SH, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi S1 Manajemen.

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

Hak dan Kewajiban Warganegara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

ISSN : Keywords : citizenship, children. Staf Pengajar STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Jurnal Ilmiah SINUS.57

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.01-HL TAHUN 2006

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah.

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP

Kata Kunci : Status Kewarganegaraan, Perkawinan Campuran.

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

Kata Pengantar.. i. Daftar Isi..ii. Bab I : A) Pendahuluan 1. A) Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara...3

Hak Azasi adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya bersama dengan kelahiran atau kehadirannya di dalam kehidupan

WARGA NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN WARGA NEGARA, PENDUDUK, DAN BUKAN PENDUDUK

IKHTISAR MATERI UAS KELAS X IRISAN MATERI KURIKULUM 2013 DAN KTSP

KEWARGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

B A B XII HAK DAN KEWAJIBAN NEGARA

BAB III PROSEDUR PEROLEHAN KEWARGANEGARAAN MENURUT HUKUM ADMINISTRASI NEGARA A. INSTANSI YANG BERWENANG MENGELUARKAN KEWARANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. suami istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat 2. Pada

RechtsVinding Online Konsep Kewarganegaran Ganda Tidak Terbatas (Dual Nasionality) Dalam Sistem Kewarganegaraan Di Indonesia

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN ANAK DALAM PERKAWINAN CAMPURAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

KEWARGANEGARAAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA. Modul ke: 09Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB V HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASAI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.02-HL TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA MENYAMPAIKAN PERNYATAAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN MAGELANG

7 Karakteristik Warga Negara Demokratis

PERSYARATAN PERMOHONAN IZIN TINGGAL BAGI ORANG ASING DI WILAYAH INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERSYARATAN TATA CARA PERMOHONAN SURAT KETERANGAN KEIMIGRASIAN

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran pelajar, rekan bisnis ataupun sahabat pena 1.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, Indonesia mengalami perkembangan di

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Organi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau adalah instansi vertikal yang melaksanakan tugas dekonsentrasi pusat di Provinsi Kepulauan Riau, dimana salah satu pelayanan publik yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau khususnya Divisi Pelayanan Hukum dan HAM adalah permohonan pengajuan Kewarganegaraan Indonesia. Setelah berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, pelayanan publik permohonan pengajuan kewarganegaraan khusus untuk anak menjadi pelayanan yang banyak diterima oleh Kantor Wilayah khususnya Divisi Pelayanan Hukum dan HAM, hal ini disebabkan oleh berubahnya asas kewarganegaraan yang diterapkan kepada anak yang sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976, dimana menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1976 tentang perubahan pasal 18 Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia asas yang digunakan adalah asas ius sanguinis, yaitu kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pertalian darah atau keturunan, dan setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 asas ini mengalami perubahan dimana menentukan kewarganegaraan anak tidak hanya dilihat dari keturunannya sebagaimana asas ius sanguinis diterapkan, namun asas tersebut digabungkan dengan menerapkan asas ius soli, 1

yaitu kewarganegaraan anak ditentukan berdasarkan tempat kelahiran anak yang bersangkutan. Selain asas yang berubah dengan pengundangan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 juga merubah prinsip hukum perdata untuk menentukan status anak dan hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya sebagai persoalan pendahuluan, apakah perkawinan orang tuanya sah sehingga anak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, atau perkawinan tersebut tidak sah, sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya. Dalam sistem hukum Indonesia, kecondongannya pada sistem hukum dari ayah demi kesatuan hukum dalam keluarga, bahwa semua anak anak dalam keluarga itu sepanjang mengenai kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak mereka (ouderlijke macht) tunduk pada hukum yang sama. Kecondongan ini sesuai dengan prinsip dalam Undang-Undang Kewarganegaraan No. 62 tahun 1958. Kecondongan pada sistem hukum ayah demi kesatuan hukum, memiliki tujuan yang baik yaitu kesatuan dalam keluarga, namun dalam hal kewarganegaraan ibu berbeda dari ayah, lalu terjadi perpecahan dalam perkawinan tersebut maka akan sulit bagi ibu untuk mengasuh dan membesarkan anak-anaknya yang berbeda kewarganegaraan, terutama bila anak-anak tersebut masih dibawah umur. Setelah diundangkannya Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru, persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran adalah 2

masalah kewarganegaraan anak. Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama menganut prinsip kewarganegaraan tunggal, sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran hanya bisa memiliki satu kewarganegaraan, yang dalam Undang-Undang tersebut ditentukan bahwa yang harus diikuti adalah kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan ini menimbulkan persoalan apabila dikemudian hari perkawinan orang tua pecah, tentu ibu akan kesulitan mendapat pengasuhan anaknya yang warga negara asing. Dikarenakan berdasarkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang lama, anak hanya mengikuti kewarganegaraan ayahnya, dan setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006, anak akan memiliki dua kewarganegaraan. Dengan adanya perubahan asas yang diterapkan dalam menentukan kewarganegaraan seseorang yang awalnya di Indonesia kita hanya menggunakan asas ius sanguinis saja, kemudian dengan berlakunya undang-undang baru yang menentukan bahwa kewarganegaraan seseorang di Indonesia tidak hanya menerapkan asas ius sanguinis saja, melainkan menggabungkan asas tersebut dengan asas ius soli, ditambah dengan prinsip hukum bahwa anak ikut ayah berubah menjadi dapat mengikuti ibu dan memiliki dua kewarganegaraan, yaitu tentang anak yang menurut undang-undang kewarganegaraan lama dianggap bukan kewarganegaraan Indonesia dan anak-anak tersebut belum berusia 18 tahun dan belum menikah atau disebut belum dewasa memiliki kesempatan untuk mendapatkan status kewarganegaraan Indonesia, dan anak tersebut di benarkan memiliki kewarganegaraan ganda dengan syarat setelah berusia 18 tahun atau 3

sebelum 18 tahun tetapi telah atau pernah menikah harus memilih salah satu kewarganegaraannya. Dimana pernyataan untuk memilih kewarganegaraan tersebut dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat negara paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin. Dari ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tersebut akhirnya keluarlah Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.01.HL.03.01 Tahun 2006 yang mengatur tentang Tata Cara Pendaftaran Untuk Memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Pasal 41 dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia Berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Indonesia, menegaskan kembali bahwa anak yang lahir sebelum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 diundangkan dapat mengajukan permohonan sebagai kewarganegaraan Indonesia sebelum 1 Agustus 2010. Berhubungan dengan ketentuan tersebut, setelah batas waktu 1 Agustus 2010 masih ada anak yang belum mengajukan bahkan belum mengetahui ketentuan bahwa mereka dapat memiliki kewarganegaraan Indonesia, yang akhirnya terlambat dan baru mengajukan permohonannya setelah batas waktu tersebut berakhir, hal ini terbukti dari data yang didapat dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau yaitu Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Bidang Pelayanan Hukum yang menyatakan ada 8 (ldelapan) permohonan yang terlambat diajukan ke kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau yaitu dalam permohonan kewarganegaraan bagi anak yang lahir sebelum Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 diundangkan, data tersebut memperlihatkan salah satu 4

masalah yang muncul dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 yang belum bisa menyelesaikan masalah anak yang lahir sebelum undangundang tersebut diundangkan. Selain itu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM mengalami peningkatan pelayanan kewarganegaraan baik pengajuan kewarganegaraan dalam hal Naturalisasi dan termasuk permohonan Dwi Kewarganegaraan Ganda Terbatas terhadap anak hasil perkawinan campuran. Data yang didapat peneliti dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau, tercatat data pelayanan Kewarganegaraan dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 adalah sebanyak 398 permohonan. Dengan banyaknya Permohonan Kewarganegaraan yang masuk di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau, maka pelayananan yang diberikan selayaknya adalah pelayanan yang sesuai standart ketentuan perundangundangan yang berlaku, dimana masyarakat mengharapkan dapat merasakan Pelayanan Prima yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau. Dimana masyarakat mendapatkan kepastian hukum yang jelas tentang waktu proses pengajuan hingga keputusan diterimanya atau tidak permohonan masyarakat dalam hal ini pengajuan permohonan kewarganegaraan. Selain itu masyarakat juga mendapatkan kepastian tentang biaya yang ditimbulkan akibat permohonan tersebut, atau Penghasilan Negara Bukan Pajak (PNBP). Dimana realitanya Kantor Wilayah belum dapat memberikan pelayanan prima tersebut, dan bahkan perna mendapatkan protes akibat lambatnya pelayanan yang 5

diberikan dan tidak ada kepastian hukum dalam hal biaya administrasi yang harus di bayar oleh pihak yang mengajukan permohonan kewarganegaraan. Dengan banyaknya permohonan kewarganegaran yang masuk di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap pelayanan yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau, terkait pelayanan kewarganegaraan yang diberikan, sehubungan dengan adanya perubahan peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaran, yaitu Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang diikuti dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.01-HL.03.01 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pendaftaran Untuk Memperoleh Kewarganegaraan RI Berdasarkan Pasal 41 dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan RI berdasarkan pasal 42 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan RI, ditambah lagi dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor M.02-HL.05.06 Tahun 2006 tentang Tata Cara Menyampaikan Pernyataan Untuk Menjadi Warga Negara Indonesia. Dengan disahkannya oleh Pemerintah RI Undang-Undang Kewarganegaraan baru pada tanggal 1 Agustus 2006, maka Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 dinyatakan tidak berlaku lagi karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan masyarakat dan ketatanegaraan Republik Indonesia. UU No. 2 Tahun 2006 ini mengandung asas-asas kewarganegaraan umum dan asasasas kewarganegaraan khusus. Asas-asas kewarganegaraan umum yang terkandung dalam Undang-Undang ini adalah: 6

1. Asas ius sanguinis (law of the blood), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran. 2. Asas ius soli (law of the soil), yaitu asas yang secara terbatas menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini. 3. Asas kewarganegaraan tunggal, yaitu asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap orang 4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU ini. 1 Asas-asas khusus yang dijadikan dasar penyusunan UU ini adalah: 1. Asas kepentingan nasional, yaitu asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya sendiri. 2. Asas perlindungan maksimum, yaitu asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap WNI dalam keadaan apapun baik di dalam maupun di luar negeri. 1 Penjelasan atas UU No 12 Tahun 2012 Tentang Kewarganegaraan RI 7

3. Asas persamaan didalam hukum dan pemerintahan, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap WNI mendapatkan perlakuan yang sama didalam hukum dan pemerintahan. 4. Asas kebenaran substantif, yaitu prosedur pewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai susbtansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 5. Asas nondiskriminatif, yaitu asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala ikhwal yang berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender. 6. Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia, yaitu asas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada khususnya. 7. Asas keterbukaan, yaitu asas yang menentukan bahwa dalam segala ikhwal yang berhubungan dengan warga negara harus dilakukan secara terbuka. 8. Asas publisitas, yaitu asas yang menentukan bahwa seseorang yang memperoleh atau kehilangan kewarganegaraan RI diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia agar masyarakat mengetahuinya. 2 Pada dasarnya UU ini tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipartide) ataupun tanpa kewarganegaraan (apartide). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam UU ini merupakan suatu pengecualian. Pokok materi yang diatur dalam UU ini meliputi: 2 Ibid 3 ibid 8

1. Siapa yang menjadi WNI, 2. Syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, 3. Kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia, 4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia, 5. Ketentuan pidana. 3 Berdasarkan Undang-Undang ini, yang dimaksud Warga Negara Indonesia adalah: 1. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau berdasarkan perjanjian Pemerintah RI dengan negara lain sebelum UU ini berlaku sudah menjadi WNI; 2. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu WNI; 3. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu warga negara asing (WNA); 4. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI; 5. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganageraan kepada anak tersebut; 6. Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI; 7. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI; 9

8. Anak yang lahir diluar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuannya itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum menikah; 9. Anak yang lahir di wilayah negara RI yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya; 10. Anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui; 11. Anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya; 12. Anak yang dilahirkan diluar wilayah negara Republik dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan; 13. Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia. 14. Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun dan belum menikah, diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing, tetap diakui sebagai WNI 15. Anak WNI yang belum berusia 5 tahun diangkat secara sah sebagai anak oleh WNA berdasarkan penatapan pengadilan tetap diakui sebagai WNI 4 4 Undang-Undang No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan 10

Anak seperti yang tersebut dalam poin 3, 4, 8, 11, 14 dan 15 di atas, dapat memiliki kewarganegaraan ganda sampai anak mencapai usia 18 tahun atau telah menikah. Setelah mencapai usia 18 tahun atau telah menikah, anak tersebut harus menyatakan memilih salah satu kewarganegaraannya. Pernyataan untuk memilih kewargangeraan dibuat secara tertulis dan disampaikan kepada pejabat dengan melampirkan dokumen-dokumen yang ditentukan dalam peraturan perundangundangan. Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3 tahun setelah anak berusia 18 tahun atau telah menikah. Maka sesuai dengan aturan perundang-undangan mulai dari Undang- Undang dan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM diseluruh Provinsi termasuk Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau merupakan pintu gerbang, tempat masyarakat di wilayah tersebut menyampaikan permohonan Kewarganegaraan RI. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan kewarganegaran Republik Indonesia, bahwa status kewarganegaraan itu ditentukan atas dasar kelahiran atau melalui proses naturalisasi atau pewarganegaraan. Dengan cara pertama, status kewarganegaraan seseorang ditentukan karena kelahirannya. Siapa saja yang lahir dalam wilayah hukum suatu negara, terutama yang menganut prinsip ius soli sebagaimana dikemukakan di atas, maka yang bersangkutan secara langsung mendapatkan status kewarganegaraan, kecuali apabila yang bersangkutan ternyata menolak atau mengajukan permohonan sebaliknya. Cara kedua untuk memperoleh status 11

kewarganegaraan itu ditentukan melalui proses pewarganegaraan (naturalisasi). Melalui proses pewarganegaraan itu, seseorang dapat mengajukan permohonan kepada instansi yang berwenang, yang dalam hal ini Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia dan kemudian pejabat yang bersangkutan dapat mengabulkan permohonan tersebut dan selanjutnya menetapkan status yang bersangkutan menjadi warganegara yang sah. Setelah dengan jelas dan terang dilihat dari aturan perundang-undangan bahwa pengajuaan permohonan kewarganegaraan dilakukan melalui Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, maka sudah selayaknya Kementerian Hukum dan HAM RI memberikan pelayanan pada masyarakat luas, dalam penelitian ini pelayanan yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau. Adapun pelayanan kewarganegaraan yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kepulauan Riau terkait Kewarganegaraan sesuai amanat peraturan perundangundangan adalah ; 1. Permohonan Naturalisasi 2. Permohonan Kewarganegaraan Ganda bagi anak hasil pernikahan campuran Pelayanan publik 5 adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Sedangkan pelayanan publik 6 adalah suatu pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat berupa penggunaan 5 Kurniawan,Sinambela (Jakarta : 2008)hal 8 6 ibid 12

fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan organisasi publik dalam hal ini adalah suatu pemerintahan. Berdasarkan KEMENPAN No.63/KEP/M.PAN/7/2003, Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 tentang pelayanan publik, yang dimaksud dengan pelayaan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah seluruh kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan dalam suatu organisasi atau instansi dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pemenuhan keinginan atau kebutuhan masyarakat dalam pelayanan dilaksanakan oleh penyelenggara negara. Kebutuhan dalam hal ini bukan kebutuhan individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat. Termasuk dalam hal ini pelayanan Kewarganegaraan yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau. Pelayanan Publik di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dalam hal Kewarganegaraan banyak mendapat protes dan 13

keluhan dari masyarakat, dengan alasan jangka waktu yang terlalu lam dan biaya yang tidak sesuai dengan standart peraturan perundang-undangan. Atas latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian mendalam dalam sebuah tesis tentang masalah-masalah yang muncul dalam pelayanan publik yang diberikan Kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 serta peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait Kewarganegaraan sebagai salah satu instansi yang ditentukan oleh undang-undang untuk menerima permohonan kewarganegaran Republik Indonesia dan segala kendala yang dihadapi oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dengan Judul Dampak Berlakunya Peraturan Perundang-undangan Kewarganegaraan Terhadap Pelayanan Publik Permohonan Kewarganegaraan Di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau. 1.2 Permasalahan Penelitian Dari latar belakang yang telah dituangkan di atas, maka perumusan permasalahan yang akan dijawab dalam Tesis ini adalah : a. Apakah pelayanan publik terkait permohonan kewarganegaraan yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepualauan Riau sudah sesuai amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku? b. Apakah permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dalam memberikan Pelayanan Publik bagi Permohonan Kewarganegaraan? 14

c. Bagaimana penyelesaian masalah yang dihadapi oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dalam memberikan pelayanan publik bagi permohonan kewarganegaraan? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian a. Untuk menganalisa kesesuaian pelayanan publik pengajuan permohonan kewarganegaraan yang diberikan oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepualauan sesuai amanat peraturan perundang-undangan Kewarganegaraan yang berlaku. b. Untuk mengiventarisir dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dalam memberikan Pelayanan Publik bagi Permohonan Kewarganegaraan. c. Untuk mengkaji penyelesaian masalah yang dihadapi oleh Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dalam memberikan pelayanan publik bagi permohonan kewarganegaraan. 1.3.2 Manfaat penelitian Penelian ini peneliti lakukan agar dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak sebagai berikut : a. Penelitian ini dilakukan guna memberikan masukan kepada pemerintah umumnya Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia khususnya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau dalam 15

memberikan pelayanan publik pengajuan permohonan kewarganegaraan agar dapat dilakukan secara optimal. b. Penelitian ini dilakukan guna memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang ketentuan dan pelayanan publik yang selayaknya mereka terima dalam mengajukan permohonan kewarganegaraan. c. Penelitian ini dilakukan guna memberikan kritikan kepada pemerintah terhadap kurang efektifnya peraturan perundang-undangan tentang Kewarganegaraan yang berlaku di Indonesia. 1.4 Sistematika Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tesis yang peneliti susun dalam 5 (lima) bab yang terdiri dari : Bab I. Pendahuluan Pada bab ini peneliti membahas tentang latar belakang peneliti melakukan penelitian, perumusan masalah apa yang peneliti jadikan fokus pembahasan yang akan dicari jawabannya, tujuan dan manfaat dari hasil penelitian yang peneliti lakukan serta, sistematika penulisan yang peneliti susun dalam laporan Tesis. Bab II. Tinjauan Pustaka Bab ini peneliti membahas Tinjauan Pustaka yang menjelaskan tentang penelitian penelitian terdahulu dan pembahasan yang peneliti kutip dari bukubuku yang berhubungan dengan topik kewarganegaran serta berisikan Landasan Teori yang di dalamnya menjelaskan teori hukum apa saja yang peneliti gunakan 16

dalam penelitian ini serta landasan konsepsional yang berhubungan dengan kewarganegaraan dan pelayanan publik. Bab III. Metode Penelitian Bab II ini berisikan paparan tentang Rancangan Penelitian yang peneliti lakukan, Objek yang menjadi objek penelitian yaitu Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau, Teknik yang peneliti gunakan dalam penelitain ini, serta Metode analisis data yang peneliti lakukan guna mendapatkan jawaban dari rumusan permasalahan dalam penelitian ini. Bab. IV Hasil Penelitian dan Hasil Pembahasan Di dalam Bab IV peneliti membagi dua bahasan yaitu Hasil Penelitian yaitu berisikan laporan data yang peneliti dapatkan dalam penelitian sosiologis dengan objek Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau, yang peneliti muat dalam bentuk paparan deskriptif dan tabel juga bagan, sedangkan dalam bahasan Hasil penelitian, peneliti berkonsentrasi memeberikan paparan guna menjawab rumusan permasalahan dan menjawabnya dengan mengolah data pada hasil penelitian dan memberikan argumen hukum dalam hasil pembaasan tersebut. Bab. V Kesimpulan, Keterbatasan dan Rekomendasi Dalam bab ini peneliti memaparkan kesimpulan dari rumusan masalah dalam penelitian ini, serta menjelaskan keterbatasan yang peneliti hadapi srta rekomendasi sran kepada instansi dan masyarakat terkait pelayana publik permohonan kewarganegaraan. 17