BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS STRUKTURAL NARATIF ALGIRDAS GREIMAS PADA ARTIKEL STORYTELLING PROJECT SUNLIGHT PT. UNILEVER INDONESIA PADA BULAN NOVEMBER 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB IV PENUTUP. diciptakan oleh kebudayaan sebagai sebuah imaji yang membentuk. bagaimana sosok laki-laki ideal seharusnya. Hasil konstruksi tersebut


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

NARASI MASKULINITAS DALAM NOVEL (Analisis Naratif Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy)

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

Bab 1. Pendahuluan. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek&Warren, 1995:3). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perangkat lunak yang memungkinkan individu maupun komunitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif didasarkan pada upaya membangun

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

BAB III METODE PENELITIAN. pendeskripsian fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. upaya untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif yang akan. baik dalam perkembangan pengetahuan, penguasaan keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kita melihat dari sisi pandang seorang penikmat sastra tulis. Cerpen ataupun

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemandirian penting bagi anak guna membentuk kepribadiannya di masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan sebuah perantara atau penyalur pesan secara serentak yang menjangkau masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB III METODE PENELITIAN. interpretif. Ilmu interpretif sosial (iss) adalah salah satu dari tiga pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universita Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dan PropinsiJawa Tengah (Yogyakarta: DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan, ),48

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Bab 2. Landasan Teori. Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau bisa disebut dengan bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. massa konvensional kemudian dinilai belum maksimal karena pola komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Dalam menyampaikan storytelling ada berbagai macam jenis cerita yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk didongengkan kepada audience. Sebelum acara storytelling dimulai, biasanya pendongeng telah mempersiapkan terlebih dahulu jenis cerita yang akan disampaikan agar pada saat mendongeng nantinya dapat berjalan lancar. Dalam hal ini, penulis menyebut bercerita atau storytelling sebagai tuturan tentang kisah fiktif dan nyata. Sementara itu, mendongeng yang merupakan bagian dari cerita adalah menuturkan cerita fiktif seperti fabel, kisah, atau legenda. Menurut Echols (Aliyah, 2011) storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling berarti penceritaan. Penggabungan dua kata storytelling berarti penceritaan cerita atau menceritakan cerita. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ikranegarkata & Hartatik), cerita adalah kisah, dongeng, sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya peristiwa secara panjang lebar, karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian, lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan (tentang drama, film, dan sebagainya). Pada dasarnya sebuah cerita merupakan teks yang telah di konstruksikan dengan cara tertentu, sehingga merepresentasikan satu sama lain secara logis atau memiliki jalinan tersendiri. Rangkaian narasi bisa benar-benar berdasarkan fakta, seperti dalam berita surat kabar atau sesi psikoanalisis, atau fiksi sebagaimana yang ada dalam novel, dongeng, dan lain-lain. Berdasarkan definisi diatas, bercerita atau storytelling yang merupakan bagian dari cerita adalah menuturkan cerita fiktif seperti fabel, kisah, atau legenda. Dongeng itu intinya hanya di kekuatan kata-kata. Dalam penelitian ini, jenis storytelling yang digunakan adalah cerita yang mempunyai misi tanggung jawab sosial (Coorporate Social Responbility). Storytelling disini bukan hanya berfungsi sebagai hiburan semata tetapi juga memiliki nilai sosial dan pertanggung jawaban perusahaan terhadap masyarakat di dalamnya. Coorporate Sosial Responbility (CSR) menjadi hal penting seiring dengan bermunculan tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada disekelilingnya. Salah satu usaha yang dapat dilakuan oleh korporat

untuk menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan komunitas adalah melalui kegiatan CSR. Sehingga bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tidak hanya bermanfaat bagi para pemilik modal saja namun juga bagi masyarakat sekitar perusahaan maupun masyarakat luas. (Rahman, 2009:5) Salah satu perusahaaan di Indonesia yang menerapkan program CSR adalah PT. Unilever Indonesia. PT. Unilever Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Home and Personal Care serta Food and Ice Cream. PT. Unilever Indonesia memiliki tujuan perusahaan yaitu bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari. Program CSR yang dibuat PT. Unilever Indonesia berbeda dari program CSR perusahaan lainnya karena PT. Unilever Indonesia melakukan kegiatan CSR dengan cara mengajak masyarakat Indonesia untuk bergabung dalam Program CSR yang dinamakan Project Sunlight. Project Sunlight adalah sebuah inisiatif global untuk menginspirasi dan mengajak masyarakat untuk melakukan tindakan nyata guna mewujudkan masa depan cerah bagi generasi mendatang. Program Project Sunlight diluncurkan bertepatan pada ulang tahun PT. Unilever Indonesia yang ke-80 Pada Bulan november 2014 lalu. Project Sunlight merupakan inisiasi Unilever Global yang dilaksanakan pertama pada tahun 2013. Tahun 2014, PT. Unilever Indonesia kembali meluncurkan Project Sunlight dengan berfokus pada masa depan sehat. Pada Project Sunlight tahun 2014, Unilever mengetengahkan isu kondisi sanitasi di Indonesia karena kondisi yang kurang memadai kerap memupuskan mimpi anak akan masa depan yang lebih cerah. Terdapat fakta yang menyatakan bahwa ribuan anak menderita atau meninggal karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, dan penyebab utamanya adalah kesulitan mendapatkan akses untuk sanitasi yang layak dan air minum yang higenis dan bersih. Memahami fakta mencengangkan tersebut, Unilever peduli dan tergerak untuk menyoroti masalah sanitasi. Unilever memahami bahwa kondisi sanitasi yang kurang memadai dapat mempengaruhi edukasi, angka kelahiran dan angka kematian serta membatasi mimpi-mimpi anak untuk meraih masa depan yang lebih baik.(http://www.unilever.co.id, di akses pada 27 April 2015 pukul 23:41 WIB). Project Sunlight meluncurkan Tantangan Sustainable Living, untuk membantu keluarga-keluarga guna hidup secara lebih sehat dan lestari di rumah. Kegiatan ini menginspirasi keluarga untuk melestarikan lingkungan, meningkatkan kualitas kesehatan keluarga serta menyebarkan kebiasaan baik mereka ke komunitas sekeliling untuk menciptakan dampak yang lebih besar. Di Indonesia, ada 50 keluarga di 5 kota besar yang menerima tantangan untuk menerapkan Tantangan Sunlight Living. Tantangan yang diberikan terdiri atas tiga hal yakni:

melestarikan lingkungan dengan mengelola sampah rumah tangga, meningkatkan kualitas kesehatan keluarga dengan membangun pola hidup bersih dan sehat, serta mengajak komunitas sekeliling untuk turut serta dalam gerakan pelestarian lingkungan khususnya melalui program bank sampah. Ada dua jenis artikel story telling dalam Project sunlight yang menarik perhatian peneliti yaitu Menyebarkan Kebiasaan Baik, dan Simak Tips. Diambil dari website resmi PT. Unilever Indonesia, ketiga kegiatan tersebut merupakan salah satu program CSR yang dilakukan PT. Unilever Indonesia dengan melibatkan langsung masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ini dengan berbagai macam aktivitas didalamnya salah satunya dengan menceritakan pengalaman dalam melakukan kegiatan tersebut. Aktivitas tersebut dibuat dengan maksud untuk membantu keluarga-keluarga untuk hidup secara lebih sehat dan lestari di rumah (https://brightfuture.unilever.co.id, diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 23:43 WIB). Dari penjelasan diatas dapat terlihat bahwa adanya bentuk unsur naratif yang dilakukan pada kegiatan diatas. Baik dalam penulisan berita maupun karya fiksi seperti cerita pendek (cerpen), novel, atau film, semuanya pada dasarnya memiliki kesamaan, yakni bahwa teks tersebut mempunyai struktur narasi. Dengan kata lain, semua teks ditulis dengan cara bercerita. Dan, dengan bercerita berarti sebetulnya tengah melakukan komunikasi naratif (Sobur, 2014: V). Griffin (Sobur, 2014:VI) 2014) seorang pakar komunikasi, menempatkan naratif sebagai salah satu paradigma (narrative paradigm) dalam konteks group and public communication. Naratif juga berasal dari kata narasi yaitu suatu cerita tentang peristiwa atau kejadian. Menurut Ricoeur (1981), sebuah narasi masih harus disatukan sebagai sebuah keseluruhan dan dikembalikan ke dalam komunikasi naratif. Narasi atau Naratif (Eriyanto, 2013: 2) adalah representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, sebuah teks baru bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dalam penulisan berita maupun karya fiksi seperti cerita pendek (cerpen), novel, atau film, semuanya pada dasarnya memiliki kesamaan, yakni bahwa teks tersebut mempunyai struktur narasi. Dengan kata lain, semua teks ditulis dngan cara bercerita. Dengan bercerita berarti kita sebetulnya tengah melakukan komunikasi naratif.. Dalam artikel Story telling Project Sunlight terdiri dari artikel yang mengandung informasi yang memiliki alur cerita tersembunyi di dalamnya. Hal ini menarik perhatian penulis untuk melakukan analisis terhadap struktur naratif dan alur cerita yang dibentuk

didalam artikel story telling Project Sunlight dengan menggunakan analisis terhadap struktur naratif Algirdas Greimas. Dilihat dari analisis struktural naratif, artikel story telling dalam Project Sunlight ingin mengajak langsung masyarakat ikut bergabung dalam melaksanakan Program CSR melalui konsep alur cerita yang dibentuk dalam story telling. Konsep cerita yang dalam artikel Project Sunlight merupakan program CSR yang ingin melibatkan langsung masyarakat untuk melaksanakan program tersebut. Dalam artikel story telling Project Sunlight terdapat unsur narasi yang didalamnya terdapat pesan tersembunyi. Narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya membuat tahu. Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Setiap cerita pasti terdapat peristiwa di dalamnya. Rangkaian peristiwa tersebut tidak asal-asalan, tetapi peristiwa satu dirangkai dengan peristiwa lain sehingga mempunyai makna tertentu. (Eriyanto, 2013:15) Asumsi dasar model aktan adalah tindakan manusia mengarah pada tujuan tertentu, asumsi tersebut digunakan untuk menyusun hubungan antar tokoh cerita dan tindakannya yang membentuk pola peran tertentu atau aktan tertentu. Pola peran ini kemudian dikemukakan Greimas dalam enam aktan, yakni subjek, objek, pengirim, penerima, penolong, dan penentang. Subjek dan objek adalah aktan yang paling utama dalam cerita. Pada aktan ini, asumsi tentang hubungan antara tokoh dan tujuannya atau asumsi tentang tindakan yang bertujuan dapat terlihat dengan jelas. Subjek adalah seorang yang melakukan tindakan, sedangkan objek adalah seseorang atau sesuatu yang dikenai tindakan. Objek merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh subjek (Eriyanto, 2013: 96). Objek tidak selalu berupa tokoh manusia tetapi bisa juga sebuah keadaan atau kondisi yang dicita-citakan. Pengirim ini yang menimbulkan keinginan bagi subjek untuk mendapatkan objek. Pengirim merupakan penentu arah, memberikan aturan dan nilai-nilai dalam narasi. Pengirim umunya tidak bertindak secara langsung, ia hanya memberikan perintah atau aturan kepada tokoh-tokoh dalam narasi. (Eriyanto, 2013:96). Aktan pendukung adalah seorang atau sesuatu yang mempermudah, membantu subjek dalam tujuannya, baik menuju objek maupun penerima. Lawan dari aktan pendukung adalah aktan penghambat. Aktan penghambat adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi, menentang, menjauhkan subjek dalam tujuannya, baik menuju objek maupun penerima. Karakter ini berfungsi sebaliknya dengan pendukung, dimana karakter ini menghambat subjek dalam mencapai tujuannya. (Eriyanto, 2013:96)

Greimas bukan hanya mengemukakan bagian aktan, ia juga menunjukkan adanya suatu model cerita sebagai jalur cerita (alur) yang terdiri dari tindakan-tindakan yang tercangkup dalam apa yang disebut fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari tiga tahapan (Zaimar, 1992:20) yaitu Tahap uji kecakapan, Tahap utama Tahap uji kegemilangan. Dari tiga tahapan transformasi, yakni tahap uji kecakapan, tahap utama, dan tahap kegemilangan, tidak selalu seluruh tahapan harus atau dapat tercapai. Ada kalanya hanya satu atau dua tahapan saja yang terisi. Adapun, situasi awal dan akhir dalam strukur alur model fungsional selalu terisi. Narasi mempunyai struktur. Jika sebuah narasi berita dipilah atau dipotong, maka narasi tersebut terdiri atas berbagai struktur dan substruktur. Narasi merupakan rangkaian peristiwa yang disusun melalui hubungan sebab akibat dalam ruang waktu tertentu. (Eriyanto, 2013: 15) Dan dalam artikel story telling project sunlight PT. Unilever Indonesia memiliki alur cerita yang ingin disampaikan oleh pihak Unilever kepada masyarakat sebagai sebuah pesan dari program CSR PT. Unilever Indonesia. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memutuskan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS STRUKTURAL NARATIF ALGIRDAS GREIMAS PADA ARTIKEL STORYTELLING PROJECT SUNLIGHT PT. UNILEVER INDONESIA PADA BULAN NOVEMBER 2014 1.1 Fokus Penelitian 1. Bagaimana bentuk narasi pada artikel story telling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia dengan menggunakan model Aktansial dan fungsional Algirdas Greimas? 2. Bagaimana alur cerita pada artikel storytelling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia? 1.2 Tujuan Penelitian 1. Untuk menjelaskan bentuk narasi pada artikel story telling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia dengan menggunakan model Aktansial dan fungsional Algirdas Greimas 2. Untuk memahami alur cerita pada artikel storytelling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia 3. Untuk menguraikan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar yang tertuang dalam artikel story telling project sunlight

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Manfaat secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan serta menjadi referensi dalam penelitian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan bagaimana menganalisa sebuah struktur cerita menggunakan metode struktural naratif dan dapat menambah konstribusi penelitian kualitatif melalui analisis struktural naratif. 1.4.2 Aspek Praktis Manfaat praktis bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk memperdalam ilmu komunikasi, menambah pengetahuan baru mengenai strategi komunikasi pada kegiatan sosial, dan menambah pengetahuan baru mengenai struktural naratif. Sedangkan bagi PT. Unilever Indonesia penelitian ini bermanfaat sebagai sumbang pikiran mengenai artikel Story Telling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia pada periode berikutnya.

1.5 Tahapan Penelitian Gambar 1.1 Tahapan Penelitian Tahap pra penelitian Penentuan Subjek dan Objek Penelitian Tahap Pengumpulan Data Mengolah Data Penulisan Laporan Penarikan Kesimpulan Hasil Penelitian Sumber: Olahan Peneliti, 2015 Dalam melakukan sebuah penelitian kualitatif, penelitian harus dilakukan secara sistematis demi mendapatkan hasil yang sistematis pula. Untuk itu, penulis harus melakukan beberapa tahapan penetian dan menyusun tahapan tersebut agar menjadi laporan yang terstruktur. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis mengambil Program CSR Project Sunlight sebagai objek penelitian untuk menganalisis kegiatan Project Sunlight tersebut. Kemudian penulis mencari teori-teori dan literature yang relevan guna mendukung penelitian yang dilakukan penulis agar keabsahan dari data penelitian dapat dipertanggung jawabkan. Teori yang penulis gunakan untuk penelitian ini berfokus pada teori komunikasi naratif. Setelah penelitian dilakukan, maka penulis akan mendapatkan hasil akhir penelitian dan dapat menyimpulkan bagaimana kegiatan Komuniksi Naratif pada Program CSR Project Sunlight.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan pada penggunaan beragam literatur berupa buku, artikel online, jurnal cetan dan online, skripsi dan dimana saja karena fokus penelitian artikel Story Telling pada Program CSR PT. Unilever Indonesia. Selain itu pengumpulan data berupa literatur tertulis dilakukan di perpustakaan Telkom University Bandung dan Perpustakaan Universitas Padjajaran Bandung. Waku penelitian dilakukan mulai dari Bulan April 2015. Table 1.1 Rincian Waktu Penelitian No Kegiatan. 1. Mencari ide dan Persiapan 2. Kajian penelitian terdahulu 3. Penyusunan Proposal Penelitian 4. Pengumpulan data primer dan sekunder di lapangan 5. Analisis dan Interpretasi Data 6. Penyelesaian Tahun 2015 Januari Februari Maret April Mei Juni

Sumber: Olahan Peneliti, 2015 olah data dan hasil penelitian hingga simpulan