KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan daerah otonom yang luas serta bertanggung jawab. Tiap

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. untuk membiayai kegiatannya, maka pemerintah daerah juga menarik pajak

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah memberikan kewenangan kepada. pendapatan dengan menetapkan pendapatan lain-lain yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Hasil dari pembayaran pajak kemudian digunakan untuk pembiayaan

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Maksud dan Tujuan

EVALUASI SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

KAJIAN KAPASITAS KABUPATEN SEMARANG DALAM MELAKUKAN PINJAMAN (STUDI KASUS : PEMDA DAN PDAM KABUPATEN SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. telah terjadi pembaruan didalam manajemen keuangan daerah. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

EVALUASI TERHADAP POTENSI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Pemda Kabupaten Klaten)

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945 Alinea ke-iv, yakni melindungi

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pembangunan nasional telah ditempuh berbagai upaya perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki pendapatan dari berbagai

ANALISIS EFEKTIFITAS PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO

Evaluasi perhitungan potensi retribusi pasar di pasar Jongke. Agus Nur Hayanto NIM : F UNIVERSITAS SEBELAS MARET GAMBARAN UMUM OBYEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

STRATEGI PENCAPAIAN TARGET PAJAK DAERAH TAHUN 2011 PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. yang merata di segala bidang. Untuk itu diperlukan adanya dana baik yang bersumber

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan kebijakan yang. daerahnya masing-masing atau yang lebih dikenal dengan sebutan

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

IDENTIFIKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI TAMAN SERIBU LAMPU KOTA CEPU TUGAS AKHIR. Oleh: IKA PRASETYANINGRUM L2D

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Pajak..., Hendra, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat dengan daerah, dimana pemerintah harus dapat mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan.undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

REDESAIN KANTOR PEMERINTAHA KABUPATEN GROBOGAN Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi desentralistik dengan memberikan otonomi yang seluas-luasnya pada

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya disebut dengan UU Pemda) yang selanjutnya mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

KAJIAN STRATEGI PENGELOLAAN RETRIBUSI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh : NI AM SYIFAUL JINAN NIM. L2D 004 338 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

ABSTRAK Keberadaan sektor informal berupa PKL di kawasan pendidikan Tembalang selama beberapa tahun terakhir berkembang pesat. Meningkatnya jumlah PKL di Tembalang mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dari sektor ini. Retribusi yang dihasilkan dari PKL juga merupakan salah satu sumber dana untuk meningkatkan pendapatan daerah. Pengelolaan retribusi yang baik menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan peran dari retribusi PKL dalam menyokong pendapatan daerah yang pada nantinya juga akan digunakan untuk pembangunan daerah di seluruh sektor kehidupan terutama sektor perekonomian itu sendiri. Selama ini pengelolaan retribusi PKL di Tembalang belum menunjukkan ketegasan pola serta alur retribusi tersebut. Hal ini tercermin dari pencapaian target penerimaan retribusi PKL di kawasan ini yang kurang optimal. Bahkan untuk Kelurahan Tembalang, dari target yang ditentukan oleh Dinas Pasar Kota Semarang pada tahun 2007 adalah Rp. 450.000,- perbulan, realisasinya hanya sekitar Rp. 240.000,- (Data Target-Realisasi Retribusi PKL Kelurahan Tembalang Tahun 2007). Hal ini menjadi dasar diperlukannya studi untuk meneliti dan merumuskan strategi pengelolaan retribusi PKL di kawasan pendidikan Tembalang sebagai upaya Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengelolaan retribusi PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang sebagai upaya dalam meningkatkan kontribusi penerimaan retribusinya dalam PAD Kota Semarang. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan tahapantahapan yang merupakan sasaran penelitian ini, diantaranya mengidentifikasi karakteristik, potensi dan kendala pengelolaan retribusi, Kelembagaan pengelolaan retribusi PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang, serta kontribusinya dalam PAD Kota Semarang dan kelembagaan pengelolaan retribusi PKL, pada akhirnya dilakukan perumusan strategi pengelolaan retribusi PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan induktif dan normatif. Pendekatan ini bertujuan untuk menggali sebanyak-banyaknya fakta di lapangan untuk selanjutnya dikaitkan dengan normatif/ undang-undang serta ketentuan yang semestinya. Analisis yang digunakan diantaranya analisis karakteristik PKL, analisis potensi dan kendala, analisis kelembagaan, dan analisis SWOT. Dari analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa terdapat potensi dan kendala dala pengelolaan retribusi PKL di kawasan Pendidikan tembalang, diantaranya tarif retribusi yang sangat mungkin ditingkatkan, ATP PKL yang mencapai angka 0,77%, Adanya kaitan fungsional setiap lembaga dalam pengelolaan retribusi PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang dan peningkatan jumlah PKL setiap tahunnya sebagai potensi pengelolaan retribusi PKL, sedangkan kendala yang ada meliputi, Tidak ada anggaran operasional pengelolaan, frekuensi pemungutan yang tidak ideal serta sosialisasi dan koordinasi kurang. Disamping itu, dari analisis SWOT dihasilkan beberapa strategi, diantaranya membina juru pungut yang bermasalah, peningkatan kualitas pemungutan sehingga penerimaan retribusi dapat meningkat dan peningkatan tarif retribusi dengan memanfaatkan kemampuan membayar dari PKL. Setelah dilakukan analisis-analisis tersebut, maka selanjutnya dilakukan sintesis untuk merumuskan kesimpulan dan rekomendasi, diantaranya,peningkatan kontrol dan pengawasan terhadap juru pungut, Alokasi dana anggaran untuk operasional pengelolaan, Mempermudah ijin PKL di tempat yang sesuai SK Walikota Semarang, Tertib Melakukan Pemungutan Retribusi, Peningkatan frekuensi pemungutan oleh juru pungut dengan pengoptimalan program pembinaan juru pungut dan Pembaharuan Peraturan Daerah Key words: Perkembangan PKL, Pengelolaan Retribusi, Metode kualitatif, Strategi Pengelolaan, Tembalang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah dalam perkembangannya tidak terlepas dari pembiayaan pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan daerah merupakan salah satu modal utama dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Di berbagai daerah di Indonesia pembiayaan pembangunan daerah dilaksanakan dengan menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang diantaranya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan Daerah, Pinjaman Daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. (UU No. 32 Tahun 2004) Pendapatan daerah yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah terbagi menjadi empat bagian, yaitu; hasil dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil badan usaha milik daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Retribusi merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang pemungutannya dibebankan kepada orang atau badan yang menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang dimiliki oleh pemerintah baik di sektor formal maupun informal. Salah satu usaha informal yang tumbuh subur di berbagai kawasan di perkotaan adalah pedagang kaki lima (Kurniadi dan Tangkisilan, 2006:1). PKL sebagai salah satu bidang usaha informal juga memberikan sumbangsih bagi pendapatan daerah setempat dengan retribusi yang dipungut untuk selanjutnya masuk ke kas daerah. Pengelolaan retribusi PKL yang baik menjadi kunci utama dalam mendapatkan penerimaan retribusi PKL yang optimal. Selain itu pendekatan kepada semua pihak yang terlibat dalam pengelolaan retribusi PKL juga menjadi hal yang tidak dapat dipandang sebelah mata sebagai faktor yang menentukan dalam pengelolaan retribusi PKL ini. Kota Semarang sebagai ibukota Propinsi Jawa Tengah saat ini mengalami pertumbuhan kota menuju ke arah kota metropolitan. Sehingga tidak dapat dipungkiri apabila arus migrasi ke Kota Semarang terus mengalir, karena Semarang memiliki banyak kawasan fungsional yang mampu menarik orang dari berbagai daerah di luar Semarang untuk datang. Tentu saja hal ini pula akan menyebabkan pertumbuhan lapangan kerja baik formal maupun sektor informal. Sebagian warga Semarang ataupun pendatang yang tidak mampu bersaing dalam usaha di sektor formal akan cenderung memilih mengembangkan usahanya di sektor informal. Hal ini dikarenakan dalam usaha informal pengusaha tidak memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi dan keterampilan 1

2 khusus serta tidak diberi beban membayar pajak penghasilan sehingga masyarakat lebih memilih mengembangkan usaha di sektor ini, dimana salah satunya adalah menjadi pedagang kaki lima. Namun perkembangannya tidak sesuai dengan penerimaan yang didapatkan dari retribusi PKL tersebut. dalam tiga tahun terakhir di Kota Semarang penerimaan retribusi PKL menunjukkan penurunan jumlah penerimaannya, bahkan untuk dua tahun terakhir tidak sesuai target yang ditetapkan oleh UP PKL Dinas Pasar. Pencapaian target penerimaan retribusi di Kota Semarang dapat dilihat pada tabel berikut ini. TABEL 1.1 PENCAPAIAN TARGET PENERIMAAN RETRIBUSI PKL KOTA SEMARANG NO. TAHUN TARGET REALISASI PERSENTASE 1 2005 1.356.868.800 1.358.243.550 100,1 % 2 2006 1.356.870.000 1.334.082.050 98,32 % 3 2007 1.356.870.000 1.159.484.110 85,45 % Sumber: UP PKL Kota Semarang Kawasan pendidikan Tembalang sebagai salah satu kawasan fungsional di Kota Semarang merupakan lokasi yang menarik berbagai kegiatan baru baik sektor informal maupun sektor formal di wilayah sekitarnya. Keberadaan sektor informal berupa PKL di kawasan pendidikan Tembalang selama beberapa tahun terakhir berkembang sangat pesat. Pesatnya perkembangan PKL di Tembalang mendorong pemerintah untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dari sektor ini. Retribusi yang dihasilkan dari PKL juga merupakan salah satu sumber dana untuk meningkatkan pendapatan daerah. Pengelolaan retribusi yang baik menjadi hal yang sangat menentukan keberhasilan peran dari retribusi PKL dalam menyokong pendapatan daerah yang pada nantinya juga akan digunakan untuk pembangunan daerah di seluruh sektor kehidupan terutama sektor perekonomian itu sendiri. Selama ini pengelolaan retribusi PKL di Tembalang belum menunjukkan ketegasan pola serta alur retribusi tersebut. Hal ini tercermin dari pencapaian target penerimaan retribusi PKL di kawasan ini yang kurang optimal. Bahkan untuk Kelurahan Tembalang, dari target yang ditentukan oleh Dinas Pasar Kota Semarang pada tahun 2007 adalah Rp. 450.000,- perbulan, realisasinya hanya sekitar Rp. 240.000,- (Data Target-Realisasi Retribusi PKL Kelurahan Tembalang Tahun 2007). Sebenarnya untuk Kota Semarang sudah terbentuk perda yang mengatur pengelolaan dan pembinaan PKL yaitu Perda No 11 Tahun 2000 yang dijadikan pemerintah sebagai patokan untuk mengelola segala hal tentang PKL. Namun demikian, pelaksanaan ataupun realisasi penerimaan dari sektor retribusi PKL belum sepenuhnya

3 optimal. Hal ini menjadi dasar diperlukannya studi untuk meneliti dan merumuskan strategi pengelolaan retribusi PKL di kawasan pendidikan Tembalang sebagai upaya 1.2. Perumusan Masalah Perkembangan Kecamatan Tembalang sebagai kawasan pendidikan sangat pesat hal ini terbukti dengan adanya beberapa perguruan tinggi yang berdiri di kawasan Tembalang, diantaranya Universitas Diponegoro, Politeknik Negeri Semarag, Politeknik Kesehatan Widya Husada, STIE Cendikia Karya Utama dan Universitas Pandanaran. Sebagai sebuah kawasan fungsional tentunya Tembalang juga tidak mengabaikan kebutuhan akan fasilitas-fasilitas pendukung yang mampu memenuhi kebutuhan penduduknya yang sebagian besar merupakan mahasiswa. Perkembangan sektor pendidikan di Tembalang juga diiringi dengan berkembangnya sektor perekonomian informal yang berupa munculnya PKL. Sebagian besar PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang melayani kebutuhan sehari-hari mahasiswa yang berada di sekitar kawasan ini. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa penduduk/ masyarakat umum di kawasan ini pun juga menjadi bagian dari konsumen PKL. Rencana pemindahan kampus Undip Pleburan di jalan Imam Bardjo ke Kawasan Pendidikan Tembalang semakin mendorong berkembangnya sektor PKL. Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah PKL dari tahun ke tahun (Heryani: 2006). Meskipun demikian retribusi yang dihasilkan dari PKL ini tidak seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Di Kelurahan Tembalang saja dengan target yang dibebankan untuk tahun 2007 sebesar Rp. 450.000,- perbulan, penerimaan yang didapatkan hanya sekitar Rp. 240.000,-. Hal ini membuktikan bahwa terdapat suatu masalah dalam pengelolaan retribusi PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang. Pesatnya pertumbuhan PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang yang tidak diiringi pencapaian target penerimaan retribusinya membuka mata terutama pemerintah untuk mengambil tindakan yang sesuai untuk mengelola potensi retribusi PKL di Tembalang yang sangat besar ini pada masa yang akan datang. Kebijakan-kebijakan yang diambil yang berkaitan dengan permasalahan pengelolaan retribusi PKL sangat menentukan pencapaian target penerimaan retribusi PKL tersebut. Menilik pada permasalahan tersebut, maka sangat penting untuk dikaji bahwa bagaimana strategi pengelolaan retribusi PKL di Kawasan Pendidikan Tembalang sebagai upaya