BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di sekolah. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

Kata kunci: RRB (Round Robin Brainstorming), Mind Mapping, Hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas proses pembelajaran, dimana peserta didik kurang mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan kualitas belajar dan prestasi belajar. keterampilan belajar (learning skill). Menurut Harefa (2008:119), seseorang

I. PENDAHULUAN. optimal. Hal ini tercermin dari berbagai kesulitan yang muncul pada. yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. jaman. Oleh karena itu pendidikan sangat cepat perkembanganannya semua ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 12 JEMBER

I. PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Berita dengan Metode Latihan Terbimbing pada Siswa Kelas X 3 SMA Negeri 1

Salah satu materi biologi yang menjadi kesulitan bagi siswa adalah mengenal dunia hewan. Salah satu sub materi dalam dunia hewan yaitu filum

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam. mempengaruhi hasil belajar siswa (Sagala, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA MATERI KENAMPAKAN ALAM MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING SISWA KELAS IV SDN GEBANGSARI 01 SEMARANG TAHUN AJARAN 2010 /

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pradja. AL

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama di negara negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA I SMAN 5 KENDARI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM. Oleh : Rimba Hamid dan Aceng Haetami ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2005:307). Hasbullah menyatakan juga bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. terabaikan demikian pula sebaliknya. Merosotnya kualitas pendidikan. para pendidik dan pemerintah. Oleh karena itu pemerintah berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru menempati titik sentral pendidikan. Peranan guru yang sangat penting adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tanwirul Mikdas, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menyunting memiliki berbagai macam bentuk, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. garis besar kegiatan belajar-mengajar dikatakan berhasil dan sukses dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan pengetahuan sesuai bidang studi yang dipelajari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

PENDAHULUAN. Oleh Rexona Purba Trisnawati Hutagalung, S.Pd., M.Pd

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini dapat diperoleh dari proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam diri siswa. Orang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pendidikannya (Rusman, 2012 : 93). kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah pengorganisasian mata

BAB I PENDAHULUAN. agar berperan secara aktif serta partisipatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mempengaruhi siswa agar memiliki

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan yang mampu mendukung dimasa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa Indonesia. Bagi siswa sekolah menengah atas pembelajaran tersebut

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. menerapkan model pembelajaran kooperatif struktural tipe mind mapping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MIND MAPPING DALAM QUANTUM LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Menghitung Luas Bangun Datar dan Segi Banyak Melalui Pendekatan Quantum Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai model, pendekatan, strategi pembelajaran dan media pembelajaran yang

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan pengetahuan yang amat penting terutama pada era global sekarang ini. Ekonomi perlu dipahami dan dikuasai oleh semua lapisan masyarakat terutama peserta didik di sekolah formal. Mata Pelajaran Ekonomi di SMA dianggap sulit oleh peserta didik karena penuh dengan teori yang asing di telinga dan perhitungan rumit, inilah yang menyebabkan asumsi bahwa pembelajaran ekonomi yang dialami peserta didik kurang bermakna dan terasa jauh dari kehidupan yang sebenarnya. Hal tersebut memungkinkan peserta didik menjadi malas mengikuti pembelajaran ekonomi, sulit memahami konsep dari materi pelajaran ekonomi, mudah lupa konsep yang telah dipelajari, serta tidak mengetahui relevansi dan kegunaan pembelajaran ekonomi dalam dunia nyata. Akibatnya, tujuan pembelajaran yang diuraikan dalam kompetensi yang harus dimiliki peserta didik tidak tercapai dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik kurang memuaskan. Pembelajaran merupakan salah satu hal terpenting dalam meningkatkan kemampuan siswa termasuk dalam pembelajaran mata pelajaran ekonomi. Seorang pendidik harus bisa menciptakan pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif menurut Rifa i dan Anni (2012:16) menuntut kemampuan guru untuk (1) merancang bahan ajar yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar, (2) menggunakan berbagai strategi pembelajaran, (3) mengelola kelas agar tertib dan teratur, (4) memberi tahu siswa tentang 1

2 perilaku yang diharapkan untuk dimiliki siswa, (5) menjadi narasumber, fasilitator, dan motivator yang handal, (6) memperhitungkan karakteristik intelektual, sosial, dan kultural siswa, (7) terampil memberikan pertanyaan dan balikan, (8) mereview pelajaran bersama siswa. Sedangkan, hasil belajar merupakan indikator untuk mengukur kemampuan siswa dalam suatu materi pada mata pelajaran tertentu. Sanjaya (2008: 13) menyatakan hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. Studi pendahuluan awal pada proses pembelajaran ekonomi dilakukan pada Senin 30 Maret 2015 di SMA N 1 Batang. Pada studi pendahuluan awal dilakukan wawancara terhadap guru dan observasi serta dokumentasi pada 4 kelas XI Ilmu Sosial di SMA N 1 Batang atas proses pembelajaran ekonomi di kelas, terutama pada kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan observasi diketahui bahwa, pertama minat peserta didik dalam pembelajaran kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi masih tergolong rendah ditandai dengan pasifnya peserta didik dari awal pelajaran hingga akhir proses belajar mengajar, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik hanya berperan sebagai penerima materi dan tidak terdapat inisiatif peserta didik untuk lebih mendalami materi dengan bertanya atau mencari referensi lain selain yang telah diajarkan oleh guru. Kedua, pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung juga terlihat peserta didik kurang merasa nyaman dan bosan atas

3 model pembelajaran yang sedang dilaksanakan oleh guru. Hal tersebut ditandai dengan peserta didik yang bersikap malas dan enggan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Ketiga, siswa masih kebingungan untuk menghubungkan dan menerapkan teori yang mereka peroleh dengan praktik. Ini dapat terlihat dari kesulitan belajar siswa karena media untuk belajar yang kurang maksimal. Studi pendahuluan selanjutnya dilaksanakan dengan melakukan wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran ekonomi. Berdasarkan hasil wawancara, Guru menyatakan bahwa hasil belajar mata pelajaran ekonomi Kelas XI di SMA N 1 Batang belum optimal hal ini tercermin dari range nilai terendah dan tertinggi yang terpaut sangat jauh. Besarnya range nilai terendah dan tertinggi serta banyaknya siswa yang tidak tuntas ini menandakan bahwa proses pembelajaran mata pelajaran ekonomi terutama pada kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi belum berjalan secara efektif, sehingga peserta didik tidak dapat memperluas pemahaman materi kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang di berikan oleh guru didepan kelas. SMA N 1 Batang menggunakan kurikulum 2013 sehingga pada range daftar nilai 0-4 dengan ketuntasan minimal mendapatkan nilai 3. Data hasil belajar SMA N 1 Batang tersaji pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Hasil Belajar Peserta didik Kelas XI SMA N 1 Batang Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran 2013/2014 Kelas XI IIS 1 Jumlah Siswa 29 Kriteria KD Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Nilai Tertinggi 3,60 Nilai Terendah 2,51 Jumlah Siswa Tidak Tuntas 12 Ketuntasan Klasikal (%) 58,6

4 XI IIS 2 XI IIS 3 XI IIS 4 29 30 28 Nilai Tertinggi 3,49 Nilai Terendah 2,57 Jumlah Siswa Tidak Tuntas 7 Ketuntasan Klasikal (%) 75,8% Nilai Tertinggi 3,89 Nilai Terendah 2,74 Jumlah Siswa Tidak Tuntas 8 Ketuntasan Klasikal (%) 73,3% Nilai Tertinggi 3,88 Nilai Terendah 2,24 Jumlah Siswa Tidak Tuntas 10 Ketuntasan Klasikal (%) 64,2% Sumber: Nilai Ulangan Harian Mata Pelajaran Ekonomi (Dokumentasi Guru SMA N 1 Batang (2013/2014)) Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa sepertiga siswa kelas XI SMA N 1 Batang pada tahun ajaran 2013/2014 dalam ulangan harian kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi tidak tuntas. Sedangkan range nilai terendah dan tertinggi cukup jauh, hal ini menandakan bahwa pemahaman antar siswa terhadap materi kompetensi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam satu kelas tidak merata. Rendahnya hasil belajar siswa pada kompetensi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang belum mencapai nilai KKM menjadi permasalahan dalam pembelajaran. Karena keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Berdasarkan hasil analisis nilai, observasi dan wawancara pada studi pendahuluan, dapat dibuat kesimpulan bahwa peserta didik memerlukan suasana yang mendukung agar peserta didik dapat belajar dengan baik yakni suasana yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang nyaman dan tidak membosankan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Dengan keadaan tersebut, maka diharapkan peserta didik akan bersemangat dan memiliki rasa antusias yang tinggi terhadap materi kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang

5 akan mereka pelajari sehingga peserta didik dapat sepenuhnya memperhatikan apa yang mereka pelajari. Guru sebagai pelaksana pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran untuk membantu peserta didik agar dapat memahami konsep-konsep ekonomi secara utuh. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugasnya guru diharapkan mampu menciptakan kondisi yang nyaman dan menyenangkan serta kegiatan belajar yang efektif dan efisien sehingga menciptakan hasil belajar yang optimal. Belajar akan berlangsung efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan. Menyenangkan disini berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna pemahaman (penguasaan atas materi yang dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri peserta didik. Sehingga diperlukan suatu model pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di SMA N 1 Batang. Pembelajaran mata pelajaran ekonomi yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Seperti yang dikemukakan Bloom dalam Dalam Rifa i dan Anni (2012: 86-87) hasil pembelajaran diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Selain itu juga pembelajaran yang melibatkan kerjasama dan menghargai pendapat orang lain. Namun hal ini tidak didapatkan pada pembelajaran konvensional. Ini dikarenakan pada pembelajaran konvensional kegiatan belajar mengajar terfokus pada guru sehingga siswa sangat pasif dan tingkat konsentrasinya cenderung rendah.

6 Pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar adalah pembelajaran yang kreatif, inovatif dan produktif. Seperti yang dikatakan Sutirman (2013: 23), kreatif, inovatif dan produktif merupakan tuntutan sikap penting bagi output pendidikan. Menurutnya, pembelajaran yang kreatif, inovatif dan produktif adalah pembelajaran yang menciptakan kondisi agar siswa melakukan proses berfikir untuk menemukan gagasan-gagasan unik, dan memanfaatkan gagasan tersebut menjadi ide-ide yang memiliki nilai lebih, sehingga dihasilkan pemahaman komprehensif atas materi pembelajaran. Pembelajaran seperti ini sangat diperlukan dalam pembelajaran kompetensi dasar pertumbuhan dan pembangunan ekonomi mengingat kompetensi dasar ini cukup sulit untuk di pahami dan penuh akan teori serta yang membutuhkan pemahaman peserta didik secara mendasar. Salah satu pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kompetensi dasar pertumbuhan dan pembangunan ekonomi ialah Quantum Learning yang dibantu dengan Mind Mapping. Quantum Learning merupakan salah satu kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman daya ingat, serta belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermakna (DePorter dkk 2010:14). Quantum Learning berakar dari upaya Georgi Lozanov pendidik berkebangsaan Bulgaria yang mencakup aspek-aspek penting tentang cara otak bekerja mengatur informaasi. Menurut DePorter dkk (2010:14), Quantum Learning adalah interaksi interaksi yang mengubah energy menjadi cahaya. Dengan mengutip rumus Einstein yakni E= mc 2, De Porter memisalkan energy yang memasuki kedalam analogi tubuh manusia yang secara fisik adalah materi.

7 Sehingga tujuan belajar menurut Quantum Learning adalah meraih sebanyak mungkin cahaya atau pemahaman pada materi. Quantum Learning sangat tepat jika diterapkan pada pembelajaran ekonomi kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, kompetensi dasar ini dipenuhi oleh teori-teori yang cukup asing di telinga sehingga memerlukan pemahaman yang komprehensif pada peserta didik. Selain itu kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi memiliki cangkupan materi yang amat luas, peserta didik dituntut untuk menguasai seluruh sub-bab yang ada dikarenakan kompetensi dasar ini merupakan materi dasar untuk kompetensi lainnya. Sehingga diharapkan peserta didik melalui Quantum Learning dapat mengumpulkan cahaya atau pemahaman materi yang luas dan kompleks untuk kemudian dikembangkan sehingga tercipta hasil belajar yang optimal. DePorter dkk (2010:15) membagi tiga metode utama untuk digunakan dalam pembelajaran Quantum Learning yaitu Mind Mapping, Speed Reading dan Super Memory System. Pada kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang membutuh alur berpikir yang jelas dan terarah sehingga metode utama yang digunakan dalam model Quantum Learning adalah Mind Mapping. Penggunaan Mind Mapping atau peta pikiran akan membuat peserta didik dapat menerima materi dengan mudah serta dapat mengembangkan materi secara maksimal, Mind Mapping merupakan teknik meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahami secara luas (Buzan, 2008:5). Menurut Tonny dan Buzan (2008:6), Pemetaan pikiran (Mind Mapping),

8 merupakan cara yang paling mudah untuk memasukan informasi kedalam otak dan untuk kembali mengambil informasi dari dalam otak. Mind Mapping merupakan teknik yang paling baik dalam membantu proses berpikir otak secara teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak. Kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi merupakan materi yang tepat untuk melaksanakan model pembelajaran ini dikarenakan terdapat banyak bahasan yang harus di pahami peserta didik serta terdapat teori teori baru, sehingga pemecahan masalah dengan menggunakan Mind Mapping akan lebih mudah dilakukan oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran diperlukan cara untuk dapat mendorong peserta didik memahami masalah, meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dalam menyusun rencana penyelesaian dan melibatkan peserta didik secara aktif untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah, serta mendorong pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan guru hanya sebagai fasilitator oleh karena itu dalam penelitian ini menggabungkan antara Quantum Learning dengan Mind Mapping. Penggunaan model pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping ini diharapkan dapat mengubah paradigma peserta didik terhadap materi kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang semula menganggapnya sebagai materi yang membosankan dan menakutkan menjadi menyenangkan dan mengasyikan di kelas serta dapat membuat peserta didik lebih memahami konsep dari kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.

9 Tirtawati (2014) melakukan penelitian tentang metode Quantum Learning dan Mind Mapping dengan judul Pengaruh Pembelajaran Kuantum (Quantum Learning) dan Peta Pikiran (Mind Mapping) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Biologi Peserta didik SMA. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa, (1) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar biologi antara peserta didik SMA yang diajarkan dengan pembelajaran kuantum dan peta pikiran dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung (2) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif antara peserta didik SMA yang diajarkan dengan pembelajaran kuantum dan peta pikiran denagn peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung (3) terdapat perbedaan hasil belajar biologi antara peserta didik SMA yang diajarkan dengan pembelajaran kuantum dan peta pikiran denagn peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan sekarang adalah tempat penelitian, model penelitian, dan kompetensi penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Tirtawati (2014) terdapat 3 perbedaan. Pertama, tempat penelitiannya dilaksanakan di SMA Pariwisata PGRI Dawan Klungkung sedangkan penelitian sekarang akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Batang. Kedua, kompetensi penelitian terdahulu yaitu penggunaan model pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping pada materi Biologi sedangkan penelitian sekarang penggunaan model pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping pada materi Ekonomi. Ketiga, model penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

10 pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping terhadap hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil observasi, penelitian terdahulu, dan teori yang bersangkutan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul: Efektivitas Pembelajaran Quantum Learning Berbantuan Mind Mapping Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Kompetensi Dasar Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Batang. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah model pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik pada kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Batang? 2. Apakah pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada peserta didik pada kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Batang dibandingkan model pembelajaran konvensional?

11 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar pada peserta didik pada kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Batang. 2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada peserta didik pada kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Batang dibandingkan model pembelajaran konvensional. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan model pembelajaran Quantum Learning berbantuan Mind Mapping

12 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa, hasil penelitian ini dapat menciptakan pembelajaran yang ideal yaitu pembelajaran yang kreatif, inovatif dan produktif sehingga akan meningkatkan kemampuan siswa dalam kompetensi dasar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. 2. Bagi Guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk pendidik dalam memilih model dan media pembelajaran yang lebih tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa. 3. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model dan media pembelajaran yang dapat disajikan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.