13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Januari 2016. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu biji kenitu (Chrysophyllum cainito L), aquades, KNO3 0,5%, air 65ºC, tangkai pakis cacah, kompos, air, air hujan dan garam teknis yang terdiri dari kalsium nitrat (CaNO3), kalium nitrat (KNO3), Fe EDTA, monokalium fosfat, kalium sulfat (K 2SO4), monoamonium fosfat, magnesium sulfat (MgSO4), mangan sulfat, tembaga sulfat, seng sulfat, asam borat, dan amonium hepta-molibdat. Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu amplas, gelas plastik, timbangan analitik, thermometer, bak pembibitan (sterofoam ukuran 30 cm x 40 cm), plastik bening, gembor, polibag, gelas ukur, EC meter, benang, mistar, thermohigrometer, alat tulis dan alat dokumentasi. C. Perancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan pengelompokan berdasarkan ukuran biji. Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu teknik skarifikasi (S) dan macam media (M ) yang disusun secara faktorial. Teknik skarifikasi terdiri dari perlakuan deoperkulasi (S1), perendaman KNO3 0,5% selama 24 jam (S2) dan perendaman air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam (S3). Macam media terdiri dari pakis cacah (M1) dan kompos (M2). Masing-masing diulang 3 kali sehingga terdapat 18 unit percobaan. Perlakuan yang diuji meliputi S1M1 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam pakis cacah S2M1 : Benih direndam dalam KNO3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam pakis cacah S3M1 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam pakis cacah 13
14 S1M2 : Benih dideoperkulasi dengan media tanam kompos S2M2 : Benih direndam dalam KNO3 0,5% selama 24 jam dengan media tanam kompos S3M2 : Benih direndam dalam air 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam dengan media tanam kompos D. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Pra Penelitian Pra penelitian dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang akan digunakan. Pra penelitian dilakukan dengan mengecambahkan benih kenitu pada media tanam siap pakai dengan variasi tingkat kemasakan buah yaitu 100% dan 75%. Benih diberi perlakuan dicuci dan tidak dicuci untuk mengetahui pengaruh pencucian terhadap perkecambahan benih. Hasil yang diperoleh yaitu benih dengan tingkat kemasakan 100% dan 75% pada perlakuan dicuci dapat berkecambah dan pada perlakuan tidak dicuci terdapat benih yang tidak berkecambah sehingga untuk penelitian menggunakan benih dengan kemasakan minimal 75% dan dilakukan pencucian. Benih kenitu diperoleh dari Desa Koplak, Kecamatan Siswodipuro, Kabupaten Boyolali. 2. Persiapan Benih Menyiapkan buah kenitu yang berasal dari Desa Koplak, Kecamatan Siswodipuro, Kabupaten Boyolali. Buah yang dipilih adalah buah yang telah mencapai kemasakan minimal 75% dengan ciri tekstur lunak, mengkilat dan warna hijau kemerahan. Mengambil biji dengan memisahkan biji dengan daging buah. Mencuci biji dengan air kemudian direndam dan memilih biji yang tenggelam. Memilah biji menjadi 3 berdasarkan ukuran yaitu besar, sedang, dan kecil. Rata-rata berat per 10 benih yaitu ukuran besar 9,75 g, sedang 9,40 g dan kecil 9,00 g. Buah dan benih kenitu disajikan pada gambar 1.
15 a b Gambar 1. Buah (a) dan benih (b) kenitu. 3. Perlakuan Benih Benih yang digunakan untuk pengujian kecambah sebanyak 20 butir benih per bak tanam. Benih diberi perlakuan skarifikasi yaitu a. Deoperkulasi yaitu mengamplas benih pada bagian titik tumbuh sampai bagian embrio terlihat. b. Perendaman pada larutan KNO3 0,5% selama 24 jam yaitu benih dimasukkan dalam gelas plastik yang berisi larutan KNO3 0,5% (5 g KNO3 dalam 1 L air) dan ditutup dengan penutup yang diberi lubang pada bagian atasnya selama 24 jam. c. Perendaman dalam air panas 65ºC dan dibiarkan dingin selama 20 jam yaitu air panas diukur dengan termometer kemudian setelah suhu mencapai 65ºC, benih dimasukkan dan ditutup serta dibiarkan selama 20 jam. Benih yang telah diberi perlakuan dicuci dengan aquades sebelum ditanam. 4. Penanaman dan Pemeliharaan untuk Pengujian Kecambah Menyiapkan media perkecambahan yaitu pakis cacah dan kompos. Media tanam yang digunakan disajikan pada lampiran 1. Kompos yang digunakan yaitu Green Gold Pertanian UNS dengan komposisi jerami 14 kg, pupuk kandang 20 kg, dolomit 5 kg, dan mol 20 ml. Kompos tersebut memiliki kandungan C organik 14,77%, bahan organik 25,46%, N total 0,25%, dan P tersedia 19,31%. Media diletakkan dalam bak perkecambahan berukuran 30 cm x 40 cm. Masing-masing sebanyak 9 bak dan total 18 bak. Membasahi media dan menanam benih yang sudah diberi perlakuan pada media tersebut. Menutup perkecambahan tersebut dengan plastik bening. Setelah 4 hari plastik
16 dibuka dan dilakukan penyiraman 2-3 hari sekali atau sesuai keadaan media. Membuat penanda pada setiap kombinasi perlakuan. Denah perlakuan disajikan pada lampiran 2. 5. Penanaman dan Pemeliharaan untuk Pengujian Bibit Benih yang telah berkecambah dipindah ke polibag dengan media yang baru dan sesuai perlakuan media awal. Satu polibag ditanami 1 bibit dan diberi larutan nutrisi AB mix dengan konsentrasi nitrat (NO3 - ) 175 ppm dengan sistem hidroponik bejana berhubungan. Skema cara penanaman bibit disajikan pada lampiran 2. Pembuatan larutan nutrisi dilakukan dengan cara membuat larutan pekatan yang diencerkan menjadi larutan aplikasi. Menimbang garam teknis dengan jumlah sesuai komposisi. Formula nutrisi disajikan pada lampiran 3. Pembuatan larutan pekat AB mix dengan konsentrasi nitrat (NO 3 - ) 175 ppm sebagai berikut a. Melarutkan Fe EDTA 38 g secara bertahap ke dalam aquades 2 L sebagai hara mikro A b. Melarutkan kalsium nitrat (CaNO3) 188 g dan kalium nitrat (KNO3) 155 g dalam 4,5 L aquades sebagai hara makro A c. Mengambil larutan hara mikro A 0,5 L dan mencampurkannya ke dalam larutan hara makro A sehingga menghasilkan mix A yaitu larutan pekatan A d. Melarutkan mangan sulfat 8 g, tembaga sulfat 0,5 g, seng sulfat 1,5 g, asam borat 4 g dan amonium hepta-molibdat 0,2 g dalam 2 L aquades sebagai hara mikro B e. Melarutkan monokalium fosfat 21 g, kalium sulfat (K 2SO4) 48 g, monoamonium fosfat 52 g dan magnesium sulfat (MgSO4) 193 g dalam 4,5 L aquades sebagai hara makro B f. Mengambil larutan hara mikro B 0,5 L dan mencampurkannya ke dalam larutan hara makro B sehingga menghasilkan mix B yaitu larutan pekatan B
17 Penyiraman bibit menggunakan larutan aplikasi yang dibuat dengan cara melarutkan 12,5 ml mix A dan 12,5 ml mix B dalam 975 ml air hujan untuk menghasilkan 1 L larutan nutrisi siap diaplikasikan. Satu bak diisi dengan 2 L larutan nutrisi dengan kedalaman 1 cm. Penambahan larutan nutrisi dilakukan 5-7 hari sekali atau sesuai berkurangnya larutan nutrisi yang telah diberikan. E. Peubah Pengamatan Parameter yang diuji dalam penelitian ini yaitu viabilitas benih, vigor benih dan vigor bibit. Peubah pengamatan yang dapat digunakan untuk mencerminkan viabilitas benih yaitu persentase perkecambahan, untuk mencerminkan vigor benih yaitu laju perkecambahan dan panjang hipokotil, serta untuk mencerminkan vigor bibit yaitu tinggi bibit, jumlah daun, berat brangkasan segar, panjang akar, dan jumlah akar. Pengamatan peubah dilakukan dengan sebagai berikut 1. Perkecambahan Benih a. Persentase perkecambahan (Germination percentage) Menghitung jumlah biji yang berkecambah setelah mendapat perlakuan dan ditanam. Menurut Sutopo (1985) cara untuk menghitung persentase perkecambahan yaitu % perkecambahan = kecambah normal yang dihasilkan X 100% benih yang dikecambahkan b. Laju perkecambahan (Germination rate) Menghitung lama waktu munculnya hipokotil dalam satuan hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai berumur 35 HSS. Menurut Sutopo (1985) cara untuk menghitung laju perkecambahan yaitu Rata-rata hari = Keterangan: N T N1TI + N2T2 +...+ NXTX Jumlah tolal benih yang berkecambah = Jumlah benih yang berkecambah pada satuan waktu tertentu = Jumlah waktu antara awal pengujian sampai dengan akhir dari interval tertentu suatu pengamatan
18 c. Panjang hipokotil Mengukur panjang hipokotil dimulai dari bawah kotiledon sampai pangkal akar dengan menggunakan benang dan benang tersebut diukur dengan mistar. Pengamatan dilakukan setelah benih berkecambah dengan ciri kotiledon membuka. 2. Pembibitan a. Tinggi bibit Mengukur tinggi bibit dari pangkal batang hingga titik tumbuh setiap 1 minggu sekali sampai berumur 28 HST. b. Jumlah daun Menghitung jumlah daun yang membuka sempurna setiap 1 minggu sekali sampai berumur 28 HST. c. Panjang akar Mengukur panjang akar dengan menggunakan benang dan benang tersebut diukur dengan mistar. Pengamatan dilakukan pada umur 28 HST. d. Jumlah akar Menghitung jumlah akar pada umur 28 HST. e. Berat brangkasan segar Menimbang brangkasan segar pada umur 28 HST. F. Analisis Data Data yang diperoleh pada variabel persentase perkecambahan, laju perkecambahan dan panjang hipokotil dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan pada uji F α 5%. Bila terdapat pengaruh perlakuan yang signifikan dilanjutkan dengan uji perbandingan rata-rata perlakuan menggunakan DMRT pada taraf α 5%. Data yang diperoleh pada variabel tinggi bibit, jumlah daun, berat brangkasan segar, panjang akar dan jumlah akar dianalisis dengan uji t sampel bebas (Independent Samples T Test) pada taraf α 5%.