BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Peran industri asuransi dalam perekonomian Indonesia, tidak diragukan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan kinerjanya. Perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Saat ini perkembangan industri asuransi sangat pesat. Kehadiran industri

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu risiko. Risiko yang dihadapi oleh setiap orang dapat

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme asuransi atau pertanggungan. Undang-Undang Republik Indonesia

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /POJK.05/2015 TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Yth. 1. Direksi Perusahaan Asuransi; dan 2. Direksi Perusahaan Asuransi Syariah, di tempat.

I. PENDAHULUAN. masyarakat bawah. Sarana lembaga keuangan non bank yang mampu memenuhi

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.05/2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.05/2016 TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

BAB I PENDAHULUAN. dipastikan kapan akan terjadinya. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut yaitu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis keuangan yang terjadi di Eropa dan beberapa negara Asia

BAB II PENGELOLAAN BISNIS ASURANSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi dan dibagi kepada pihak lain yang bersedia ikut menanggung risiko

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 71 /POJK.05/2016 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

No Pembiayaan OJK selain bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara juga berasal dari Pungutan dari Pihak. Sebagai pelaksanaan dari

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TENTANG RETENSI SENDIRI DAN DUKUNGAN REASURANSI DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. syariah sebagai salah satu lembaga keuangan nonbank yang penting peranannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1 / 9 /PBI/1999 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bulan Januari 2013 seluruh industri keuangan di Indonesia,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/POJK.05/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT RISIKO LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah adanya sertifikasi keagenan. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1/POJK.05/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal III-2016:

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG LAPORAN BERKALA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. industri dalam lima tahun terakhir yaitu periode , terdapat kenaikan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2015 TENTANG AGEN PEMASARAN EFEK

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74 /PMK.010/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN CADANGAN TEKNIS BAGI PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERASURANSIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

Menetapkan: PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERANTARA PEDAGANG EFEK UNTUK EFEK BERSIFAT UTANG DAN SUKUK BAB I KETENTUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara maju, asuransi bukan industri sembarangan karena tidak ada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi

INSURANCE OUTLOOK 2016: NAVIGATING FINANCIAL MARKET VOLATILITY Jakarta, 24 November 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MELATI DAN BUDI HERMANA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. akan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian suatu negara.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR... TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

-1- SALINAN PERATURAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: PER- 09/BL/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

PERAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PERASURANSIAN

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /SEOJK.05/2016 TENTANG PELAPORAN PRODUK ASURANSI BAGI PERUSAHAAN ASURANSI

Data Bisnis Asuransi dan Reasuransi Syariah TW IV 2014

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Peran industri asuransi dalam perekonomian Indonesia, tidak diragukan lagi sangat besar dan sangat luas. Asuransi dapat dikategorikan sebagai suatu produk yang dapat ditawarkan kepada konsumen. Kotler dan Amstrong Pmenjelaskan di dalam bukunya bahwa sebuah produk dapat berupa apa saja yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, digunakan atau dikonsumsi dan dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan masyarakat, sebagaimana dikutip: A product as anything that can be offered to a market for attention, acquisition, use or consumption and that might satisfy a want or need. 1 Sebagai suatu produk, jasa perkembangan asuransi relatif lambat karena menurut beberapa pakar, produk-produk asuransi kurang diminati konsumen (un-sought goods), akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa sejumlah aktivitas industri dan perdagangan tidak mungkin berlangsung tanpa dukungan produk jasa asuransi. 2 Suatu perusahaan yang 1 Kotler, P., Armstrong, G., Brown, L., and Adam, Marketing. Pearson Education Australia/Prentice Hall.. (2006) 2 Mulyadi Nitisusastro, Asuransi dan Usaha Perasuransian di Indonesia, Penerbit Alfabeta, Bandung,2013, hlm 3

mengalihkan resikonya melalui perjanjian asuransi akan dapat meningkatkan usahanya dan berani menggalang tujuan yang lebih besar. 3 Konsep pengalihan resiko, sebagaimana yang dikemukaan oleh Tarsius Tramudji adalah sebagai berikut: Suatu resiko yang dialihkan kepada pihak lain secara ekonomis mempunyai arti yang sangat penting. Artinya, apabila seseorang karena suatu hal menderita kerugian, maka ia tidak sedemikian saja jatuh. Dengan bantuan pihak yang bersedia mengambil alih resikonya tadi maka orang tersebut dapat berdiri kembai dan dapat dengan mudah untuk mulai usahanya kembali. Menurut James M Carson, resiko asuransi ditanggung oleh perusahaan asuransi, yang kemuadian perusahaan asuransi tersebut yang akan meanggung resiko-resiko, sebagaimana dikutip: "Insurance risk is often taken by insurance companies, who then bear a pool of risks including market risk, credit risk, operational risk, interest rate risk, mortality risk, longevity risks. 4 Beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa pengalihan resiko di dalam jasa asuransi, memberikan manfaat kepada masyarakat, perusahaan dan juga pembangunan negara. Hal tersebut tentunya semakin mendorong perkembangan bisnis asuransi. Perkembangan bisnis asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan menjadi salah satu peluang bisnis yang menjanjikan.sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa asuransi bukan 3 Man Suparman Sastrawidjajadan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung, Asuransi Deposito Usaha Perasuransian, Penerbit Alumni, Bandung, 2013, hlm 1 4 James M. Carson; Elyas Elyasiani; Iqbal Mansur(December 2008), "Market Risk, Interest Rate Risk, and Interdependencies in Insurer Stock Returns, The Journal of Risk and Insurance,, 12/2008, Volume 75 2

hanya untuk melindungi diri dari resiko yang akan dialami, tetapi juga sebagai investasi jangka panjang. Hal tersebut berbanding lurus dengan tingkat kesadaran masyarakat untuk berasuransi yang semakin besar. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi dengan berbagai fenomena empiris yang terjadi, menunjukkan bahwa perkembangan industri asuransi di Indonesia masih sangat tergantung dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi bukan berarti industri asuransi nasional tidak mampu memberikan kontribusi apapun dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. 5 Berbagai perusahaan asuransi kemudian berlomba-lomba menawarkan program dan produk asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat pertumbuhan bisnis asuransi jiwa di Indonesia selama lima tahun terakhir tumbuh sekitar 30% (tiga puluh persen) setiap tahun. 6 Berdasarkan Laporan Perasuransian tahun 2011, perusahaan asuransi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Pertumbuhan tersebut ditunjukkan oleh peningkatan jumlah premi bruto industri asuransi pada tahun 2011 mencapai Rp.125,1 Triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 17,5% dari tahun sebelumnya (2010) sebesar Rp.106,4 Triliun. Kontribusi terbesar premi bruto industri asuransi tahun 2010 berasal dari sektor asuransi kerugian dan reasuransi 5 Hendrisman Rahim, Optimisme Pertumbuhan Asuransi Indonesia: Proyeksi Perkembangan Lima Tahun (2014-2018), Jurnal Asuransi dan Manajemen Resiko. Volume 1. Nomor 2, September 2013, hlm 3 6 Arif Budianto, Bisnis Asuransi Jiwa Tumbuh 30% Per Tahun, diakses dari http://ekbis.sindonews.com/read/754322/34/bisnis-asuransi-jiwa-tumbuh-30-per-tahun, pada tanggal 26 Juni 2013 3

sebesar 25,6%, penyelenggara program asuransi PNS dan TNI/Polri sebesar 9,4% serta penyelenggara program asuransi sosial dan jaminan har tua sebesar 4,6% (Laporan Perasuransian, 2011). 7 Laporan perasuransian tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat menggunakan jasa perasuransian semakin meningkat. Tidak hanya perorangan secara pribadi yang menggunakan jasa perasuransian, tetapi perusahaan juga yang menginginkan adanya pengalihan resiko terhadap usahanya agak tidak mengalami kerugian yang besar yang diakibatkan hal-hal diluar kendalinya. Seiring dengan meningkatnya perkembangan asuransi di Indonesia tidak menjadikan lepas dari permasalahan di dalamnya. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setidaknya secara akumulasi Asuransi masih memegang porsi dominan dari banyaknya aduan yang mampir ke OJK. 8 Berbagai alasan yang diadukan pemegang polis mulai dari pengajuan klaim hingga permasalahan keagenan. Terutama dalam transparansi klaim kepada nasabah. Sejalan dengan banyaknya aduan tersebut, OJK mengungkapkan dalam majalah Edukasi Konsumen edisi Desember 2014 sebagaimana disimpulkan bahwa saat ini asuransi masih menjadi produk keuangan yang belum dipahami oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Oleh karena iu OJK banyak melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya 7 Op.cit, hlm 3 8 Arif Wicaksono, Aduan Ke OJK Didominasi Nasabah Asuransi, diakses darihttp://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/11/18/2120013/aduan.ke.ojk.didominasi.na sabah.asuransi;, pada tanggal 18 November 2013 pukul 21.20 WIB 4

berasuransi dan OJK berharap insurance awareness masyarakat dapat meningkat. 9 Penyempurnaan peraturan mengenai asuransi juga dilakukan untuk menanggapi perkembangan dan juga bertujuan untuk dapat lebih melindungi masyarakat sebagai nasabah asuransi.pada tanggal 17 Oktober 2014, Pemerintah melakukan pengesahan terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian ( Undang-undang Perasuransian ). Sejak tanggal tersebut, Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.wakil Ketua Komisi XI DPR Andi Rahmat mengatakan bahwa undang-undang ini (Undang-undang Perasuransian) lahir karena pertumbuhan industri perasuransian baik secara nasional maupun global mengalami perkembangan yang pesat.hal ini ditandai dengan meningkatnya volume usaha dan layanan jasa perasuransian yang semakin bervariasi.sejalan dengan itu, keberadaan Undang-undang Perasuransian penting karena sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat dalam pengelolaan risiko dan investasi yang semakin tidak terpisahkan. 10 Ketentuan di dalam Undang-undang Perasuransian juga mengatur lebih detail mengenai perlindungan masyarakat yang dalam hal ini merupakan nasabah asuransi. Salah satu ketentuan tersebut adalah tentang penjaminan dana nasabah yang dalam Undang-undang Perasuransian terdapat 9, Berasuransi di Usia Produktif, Ini Produknya!, Edukasi Konsumen, Edisi Desember 2014 10, RUU Perasuransian Dorong Perusahaan Asuransi untuk IPO, diakses dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt542141a611f7c/ruu-perasuransian-dorong-perusahaanasuransi-untuk-ipo, tanggal 23 September 2014 5

ketentuan mengenai kewajiban perusahaan asuransi memiliki dana jaminan, dimana ketentuan tersebut tidak diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1992. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah juga memberikan perhatian khusus terhadap nasabah pengguna jasa asuransi. Definisi dana jaminan dalam pasal 1 ayat 18 Undang-undang Perasuransian sebagai berikut: Dana Jaminan adalah kekayaan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah yang merupakan jaminan terkahir dalam rangka melindungi kepentingan pemegang polis, tertanggung atau peserta, dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah dilikuidasi. Dalam diskusi yang dilakukan oleh OJK menunjuk salah satu contoh kasus terkait betapa pentingnya dana jaminan di dalam Perusahaan Asuransi yaitu terkait dengan pencabutan ijin usaha PT Asuransi Bumi Asih Jaya ("PT BAJ"). OJK mencabut ijin usaha perasuransian dari PT BAJ melalui Surat Keputusan Dewan Komisioner OJK No.KEP- 112/D.05/2013 tanggal 18 Oktober 2013 tentang Pencabutan Izin Usaha dibidang Asuransi Jiwa atas PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya ("SK Pencabutan"). Pencabutan ijin usaha ini disebabkan PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya oleh tidak lagi mampu untuk memenuhi ketentuan terkait kesehatan keuangan dengan risk based capital mereka jauh di bawah standar 120 persen dan rasio perimbangan investasi terhadap cadangan teknis dan utang klaim 11, dimana sesuai dengan pasal 15 dan pasal 16 dari 11 Ririn Agustia,"Izin Dicabut, Utang Asuransi Bumi Asih Rp 85,6 M", diakses dari http://bisnis.tempo.co/read/news/2013/10/24/090524372/izin-dicabut-utang-asuransi-bumi-asih-rp- 85-6-m pada tanggal 24 oktober 2013 6

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 53/PMK.010/2012 Tentang Kesehatan Keuangaan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi dan Perusahaan Reasuransi yaitu: "Pasal 15 Liabilitas yang diperhitungkan dalam perhitungan Tingkat Solvabilitas wajib meliputi semua Liabilitas Perusahaan, termasuk cadangan teknis." "Pasal 16 (1) Liabilitas dalam bentuk cadangan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 meliputi: a. cadangan premi untuk produk yang berjangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun yang syarat dan kondisi polisnya tidak dapat diperbaharui kembali (non renewable) pada setiap ulang tahun polis; b. cadangan atas premi yang belum merupakan pendapatan untuk produk yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun atau berjangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun yang syarat dan kondisi polisnya dapat diperbaharui kembali (renewable) pada setiap ulang tahun polis; c. cadangan akumulasi dana untuk produk atau bagian dari produk yang memberikan manfaat berupa akumulasi dana; dan d. cadangan klaim." Ketentuan mengenai cadangan teknis memberikan pengaruh kepada penempatan dana jaminan di dalam Perusahaan asuransi sesuai dengan ketentuan dalam pasal 40 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 53/PMK.010/2012, yaitu: "Menteri dapat memerintahkan Perusahaan untuk menambah jumlah Dana Jaminan paling tinggi sebesar jumlah cadangan teknis, dalam hal: a. Perusahaan tidak dapat memenuhi ketentuan mengenai Tingkat Solvabilitas dan sedang dikenai sanksi pembatasan kegiatan usaha; atau b. Perusahaan memiliki Tingkat Solvabilitas kurang dari 40% (empat puluh per seratus)." Terhadap SK Pencabutan tersebut, PT BAJ melakukan gugatan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara ("PTUN") yang dalam salah satu permohonan dalam gugatannya, PT BAJ meminta pembatalan terladan SK 7

Pencabutan tersebut. Berdasarkan fakta-fakta dan pertimbangan hakim, hakim PTUN memutuskan melalui Putusan No. 210/S/2013/PTUN-JKT tanggal 13 Mei 2014 yaitu menolak gugatan PT BAJ seluruhnya, dan kemudian Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara melalui Putusan No 220B/2014/PT.TUN.JKT.menguatkan putusan tersebut. Mengingat betapa pentingnya dana jaminan sebagi bentuk perlindungan terhadap nasabah asuransi, penulisan ini akan membahas lebih lanjut mengenai ketentuan tentang dana jaminan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Perasuransian. Penulisan ini juga meninjau dan menggunakan beberapa peraturan terkait sebagai dasar hukum penelitian dan pembahasan. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh Penulis pada Latar Belakang, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan penjaminan dana nasabah pada perusahaan asuransi berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian? 2. Apa faktor penghambat dan solusi terkait dengan implementasi dana jaminan pada Perusahaan Asuransi berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian? 8

1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas pelaksanaan penjaminan dana nasabah pada perusahaan asuransi berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan solusi terkait dengan implementasi dana jaminan di Perusahaan Asuransi berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk dapat menjadi bahan masukan dan informasi tentang penjaminan dana nasabah apabila Perusahaan Asuransi Undangundang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. 2. Untuk melengkapi literatur dan bahan diskusi tentang penjaminan dana nasabah di Perusahaan Asuransi berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang tertarik pada tema yang sama. 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian tesis yang ada pada Program Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada ditemukan satu judul tesis terkait dengan penjaminan dana nasabah di perusahaan asuransi 9

yaitu tesis atas nama Noordyana Kusuma Wardani dengan judul Keberadaan Lembaga Penjamin Pemegang Polis Asuransi di dalam Hal Perusahaan Asuransi Dinyatakan Pailit. Penelitian ini dibuat untuk melengkapi tesis tersebut. Tesis di atas membahas tentang lembaga penjamin polis ditinjau dari Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan peraturan pelaksananya.sedangkan dasar hukum yang melatarbelakangi penelitian ini adalah berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian. Oleh karena itu, keaslian tesis ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka. Hal ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga dengan demikian penerlitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya membangun. 10