STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. BBM petrodiesel seperti Automatic Diesel Oil (ADO) atau solar merupakan

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

AQUABAT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER. Datin Fatia Umar

ABSTRAK. Kata kunci : Mesin diesel, minyak solar, Palm Methyl Ester, simulasi. 1. Pendahuluan

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN EKSPRIMENTAL PENGARUH BAHAN ADITIF OCTANE BOSTER TERHADAP NILAI KALOR BAHAN BAKAR SOLAR

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. alternatif lain yang dapat dijadikan sebagai solusi. Pada umumnya sumber energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

Grafik bhp vs rpm BHP. BHP (hp) Putaran Engine (rpm) tanpa hho. HHO (plat) HHO (spiral) Poly. (tanpa hho) Poly. (HHO (plat)) Poly.

TINJAUAN TEKNIS EKONOMIS PEMAKAIAN DUAL FUEL PADA TUG BOAT PT. PELABUHAN INDONESIA II

PENGARUH WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya batubara yang cukup melimpah, yaitu 105.2

Studi Eksperimen Karakteristik Bahan Bakar Batubara Cair Sebagai Pengganti HFO dengan Menggunakan Batubara Peringkat Rendah Melalui Proses Upgrading

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF NABATI SOLAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN KETAHANAN MESIN DIESEL GENERATOR SET TF55R

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

KAJIAN EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA DUAL FUEL ENGINE HASIL MODIFIKASI DARI DIESEL ENGINE

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

PERBANDINGAN PENGARUH TEMPERATUR SOLAR DAN BIODIESEL TERHADAP PERFORMA MESIN DIESEL DIRECT INJECTION PUTARAN KONSTAN

Farel H. Napitupulu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin FT USU. m& = konsumsi bahan bakar (kg/s) LHV = low heating value (nilai kalor bawah) (kj/kg)

TUGAS AKHIR TM Ari Budi Santoso NRP : Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Disampaikan Dalam Rangka Diskusi Meja Bundar Tinjauan Persiapan Penerapan Standard EURO II Kendaraan Type Baru 2005

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Karakteristik Bahan Baku Biodiesel. Propertis Minyak Kelapa (Coconut Oil)

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL ANALISA HASIL PRODUK CAIR PIROLISIS DARI BAN DALAM BEKAS DAN PLASTIK JENIS LDPE (LOW DENSITY POLYETHYLENE)

Oleh : Wahyu Jayanto Dosen Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SNI Standar Nasional Indonesia. Biodiesel. Badan Standardisasi Nasional


OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

BAB I PENDAHULUAN. (per-januari 2011). Menyebabkan cadangan minyak akan habis dalam

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembuatan Biodiesel Berbahan Baku CPO Menggunakan Reaktor Sentrifugal dengan Variasi Rasio Umpan dan Komposisi Katalis

KARAKTERISTIK DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MINYAK SOLAR DENGAN MINYAK KEMIJEN PADA MOTOR DIESEL

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

ANALISIS PEGARUH KOMPOSISI TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOBATUBARA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN OLI BEKAS

Perlakuan Batubara Cair dan Injektor dalam Proses Penginjeksian Bahan Bakar Batubara Cair pada Mesin diesel.

MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR CAMPURAN MINYAK SOLAR DENGAN MINYAK KEMIRI DAN MINYAK WIJEN

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

ADE PUTRI AULIA WIJHARNASIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

UJI EKSPERIMENTAL BAHAN BAKAR CAMPURAN BIOSOLAR DENGAN ZAT ADITIF TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL PUTARAN KONSTAN

LAPORAN PENELITIAN DAUR ULANG MINYAK PELUMAS BEKAS MENJADI MINYAK PELUMAS DASAR DENGAN KOMBINASI BATUBARA AKTIF DAN KARBON AKTIF OLEH :

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR DIESEL DENGAN PENAMBAHAN ETANOL, DAN METANOL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

APLIKASI PENGGUNAAN BIODIESEL ( B15 ) PADA MOTOR DIESEL TIPE RD-65 MENGGUNAKAN BAHAN BAKU MINYAK JELANTAH DENGAN KATALIS NaOH 0,6 %

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan oli bekas untuk mengetahui emisi gas buang pada mesin diesel, hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penggunaan Limbah Plastiksebagai Campuran Bahan Bakar Premium terhadap Prestasi Mesin Sepeda Motor Merk-X

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR DAN BIODIESEL B20 TERHADAP PERFORMANSI ENGINE VOLVO D9B 380

MEKANIKA 21 Volume 14 Nomor 1, September 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa minyak bumi merupakan salah satu. sumber energi utama di muka bumi salah. Konsumsi masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

Pengaruh Temperatur Pada Campuran Minyak Kelapa dan Bahan Bakar Solar Terhadap Sudut Injeksi

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL SESAMUM INDICUM

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Ketersediaan Minyak Bumi Di Indonesia. Cadangan (proven+posibble) Produksi per tahun Ketersediaan (tanpa eksplorasi)

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

Spesifikasi Mutu B-20 di Indonesia dan Perbandingannya dengan Spesifikasi Biodiesel, Minyak Solar dan Standard International

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE

PENGARUH PENAMBAHAN CETANE BOOSTER DAN PERBEDAAN KATALIS BIODIESEL PADA KINERJA MESIN DIESEL YANG MENGGUNAKAN VIRGIN COCONUT OIL

Transkripsi:

STUDI KARAKTERISTIK COAL OIL MIXTURE SEBAGAI BAHAN BAKAR DIESEL ALTERNATIF Wira Setiawan 1), I Made Ariana 2) dan Semin 2) 1) Program Pascasarjana Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail: wirasetiawan19@gmail.com 2) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Harga bahan bakar minyak semakin meningkat seiring dengan jumlah cadangan minyak bumi yang semakin menipis. Hal tersebut mendorong pemerintah mengeluarkan serangkaian kebijakan dalam pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif semisal batubara cair. Coal oil mixture (COM) adalah kombinasi batu bara dan minyak bumi dengan penambahan zat aditif yang dapat menghasilkan bahan bakar dalam bentuk cair. Dalam kaitannya sebagai bahan bakar alternatif, maka penggunaan COM perlu dikaji terlebih dahulu secara teknis melalui komparasi properties bahan bakar. Pada penelitian ini, minyak yang digunakan adalah marine diesel oil () untuk dicampur dengan batu bara lignit/ brown coal. Proses pencairan batu bara dilakukan dengan proses solvenisasi melalui penambahan pelarut xylene dan toluene. Hasil pengujian menunjukkan bahwa COM memiliki properties meliputi densitas, viskositas, nilai kalor, titik nyala dan angka setana yang dapat digunakan pada motor diesel sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif. Kata kunci: Coal Oil Mixture (COM), Motor Diesel, Properties PENDAHULUAN Harga bahan bakar minyak semakin meningkat seiring dengan jumlah cadangan minyak bumi yang semakin menipis.pada September 2013, harga minyak mentah telah mencapai 109.69 US$/ barel sementara dalam kurun waktu antara tahun 2000-2010 telah terjadi penurunan cadangan minyak mentah sekitar 19% (Kementrian ESDM, 2013).Selain dikarenakan menurunnya kegiatan eksplorasi, penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar, baik itu pada sektor transportasi, industri, penyediaan listrik dan lainnya telah mengikis cadangan miyak bumi di Indonesia. Salah satu sektor yang jumlah konsumsi energinya meningkat secara signifikan adalah transportasi. Untuk transportasi laut, diketahui bahwa sebagian besar kapal di Indonesia menggunakan mesin diesel sebagai penggerak utamanya. Heavy fuel oil () dan marine diesel oil () merupakan bahan bakar yang banyak digunakan oleh kapal-kapal di dalam negeri. Namun, sebagaimana minyak bumi lainnya, jumlahnya pun semakin terbatas sehingga perlu dikembangkan suatu jenis bahan bakar yang dapat digunakan pada mesin pembakaran dalam tersebut.hal ini menginisiasi banyak penelitian dalam bentuk eksperimen untuk mencari bahan bakar alternatif yang dapat dijadikan sebagai sumber energi untuk pemenuhan kebutuhan industri, tak terkecuali di bidang maritim. Batubara dikenal sebagai bahan bakar alternatif yang dapat menggantikan sebagian besar peranan yang diambil oleh minyak bumi. Pemanfaatan batu bara dalam bentuk cair sebagai bahan bakar sangat memungkinkan disebabkan adanya kemiripan properties dengan (U.S Department of Energy, 1978; Juhantoro, 2012). Dalam perkembangannya, D-1-1

batubara cair dikenal dengan beberapa kombinasi seperti COM (Coal Oil mixture), CWM (Coal-Water Mixture), COWS (Coal-Oil-Water Slurry) dan CWS (Coal-Water Slurry).Selain itu, ada pula beberapa bahan bakar yang merupakan derivasi dari kombinasi-kombinasi tersebut di atas seperti Charcoal-Oil Mixture dan COM- Alcofuel (Vaghela, Dabhi, 2012;Adiga, Shah, 1982) COM merupakan bahan bakar campuran dengan komposisi yang seimbang antara batubara cair, minyak bumi dan zat aditif (Maeda, 1991). Pada kasus yang lain, batubara cair dibentuk melalui proses solvenisasi dengan pelarut organik ( Shin Y.J, Shen Y.H, 2007), Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, diharapkan COM dapat menjadi bahan bakar alternatif untuk motor diesel mengingat sumberdaya batubara Indonesia yang begitu melimpah, ditambah lagi COM dapat memanfaatkan batubara peringkat rendah sebagai bahan bakunya. Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk memberikan analisa mengenai pencampuran batubara dengan menggunakan pelarut organik dan tinjauan teknis mengenai properties COM sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan bahan bakar alternatif kedepannya. METODE Penelitian ini bersifat eksperimental dimana COM akan dibuat dengan proses solvenisasi menggunakan pelarut toluene dan xylene. Batubara yang digunakan adalah batubara lignit yang tergolong peringkat rendah ( low rank coal) sedangkan minyak yang digunakan adalah. Langkah pertama adalah pengayakan serbuk batubara dengan menggunakan screener sieve shaker 200 mesh hingga diperoleh ukuran partikel sebsar 74 mikrometer. Selanjutnya, serbuk batubara tersebut kemudian dipanaskan sampai pada suhu sekitar 60-65 o C untuk mengurangi kandungan air pada batubara. Tahap selanjutnya adalah menetukan rasio : batubara : pelarut. Setelah melalui serangkaian percobaan, maka komposisi rasio yang tepat adalah 50:10:10 tiap 70 gr. Setelah mencampur batubara dengan pelarut, langkah selanjutnya adalah pengadukan agar terbentuk slurry yang kemudian dicampur dengan. Setelah itu, barulah kemudian dilakukan mixing pada kecepatan yang tinggi agar batubara benar-benar tercampur dalam larutan. Setelah proses mixing dilakukan selama 1 jam, selanjutnya COM kemudian diendapkan selama 1x 24 jam untuk menghasilkan COM yang terpisah dari sedimen. Berikut adalah bagan proses pembuatan COM. D-1-2

Gambar 1. Flowchart Pembuatan COM HASIL DAN PEMBAHASAN Data properties COM 1(+Toluene) solvenisasi adalah sebagai berikut: dan COM 2 (+Xylene) setelah melalui proses Tabel 1. Properties COM dengan Pelarut Toluene dan Xilene Properties Units Value METHODS COM 1 COM 2 (ASTM) (+Toluene) (+Xilene) Density at 15 o C kg/m3 850 860 - Viscosity at 40 o C cst 3.3013 4.1941 D-445-03 Calorific Value Cal/gr 10426 10472 D-5865-03 Cetane Number - 60.5 56.9 - Flash Point o C 35 55 - Adapun perbandingan properties COM 1(+Toluene) dan COM 2 (+Xylene) akan dibandingkan dengan dan pada uraian berikut. Densitas Berdasarkan standar ISO 8217 2010, densitas minyak residu berkisar pada angka 920-1010 kg/m 3 pada suhu 15 o C, sedangkan pada standar yang sama, nilai densitas adalah sekitar 890-900 kg/m 3. Sedangkan berdasarkan data PT.Pertamina (Persero) Densitas adalah 840 kg/m 3. Pada gambar 4.3, tampak bahwa densitas COM 1 (+Toluene) dan COM 2 (+Xilene) lebih mendekati dibandingkan yang memiliki densitas hampir sama dengan air. COM 1 (+Toluene) dan COM 2 (+Xilene) memiliki densitas yang baik jika ditinjau dari parameter tersebut. D-1-3

1000 991 Density at 15oC (kg/m3) 900 800 700 840 850 860 600 Gambar 2. Grafik Perbandingan Densitas Bahan Bakar Untuk kualitas penyalaan bahan bakar yang biasa diukur dengan CCAI, densitas merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya nilai parameter tersebut. Semakin rendah densitas, maka semakin rendah pula nilai CCAI. Selain itu, densitas sangat berpengaruh pada bahan bakar di kapal karena akan menentukan berat bahan bakar yang bisa ditampung pada tangki. Selain itu, perkembangan teknologi pemisahan air-minyak yang digunakan saat ini lebih banyak memanfaatkan gaya sentrifugal sehingga dengan densitas yang jauh berbeda dengan air, maka proses pemisahan bahan bakar akan jauh lebih mudah dan efisien. Viskositas 500 400 400 Viscosity at 40 oc (cst) 300 200 100 0 9.1 4.2 3.3 Gambar 3. Grafik Perbandingan Viskositas Bahan Bakar Berdasarkan standar ISO 8217 2010, viskositas minyak residu berkisar pada angka 380-700 cst pada suhu 50 o C. PT.Pertamina (Persero) melalui metode ASTM D -445 memberikan range 400-1250 cst pada suhu 40 o C,. Sedangkan pada standar ISO 8217 2010 memiliki viskositas dengan batas maksimal 11 cst pada suhu 40 o C. COM 1 (+Toluene) dan COM 2 (+Xilene) juga lebih mendekati properties yakni masing-masing 4.2 cst dan 3.3 cst pada suhu 40 o C sehingga dalam proses penanganannya tidak membutuhkan pemanasan sebagaimana pada mesin diesel D-1-4

Nilai Kalor 46000 45810 Calorific Value (kj/kg) 45000 44000 43000 42000 41000 43622 43814 41865 Gambar 4. Grafik Perbandingan Nilai Kalor Bahan Bakar Dari grafik yang disajikan pada Gambar 4, nilai kalor COM 1 (+Toluene) dan COM 2 (+Xilene) masing-masing 43622 kj/kg dan 43814 kj/kg. Nilai kalor berdasarkan hasil, mencapai 45810 kj/kg sedangkan berdasarkan ASTM memiliki nilai minimal 41865 kj/kg. Nilai kalor antara COM 1 (+Toluene) dan COM 2 (+Xilene) memiliki perbedaan yang tidak begitu signifikan. Adanya perbedaan itu disebabkan pelarut yang digunakan juga memiliki nilai kalor yang berbeda yakni xylene dengan nilai kalor 43353 kj/kg sedangkan toluene sebesar 43004 kj/kg. Secara teoritis, pada kondisi yang sama, nilai kalor yang lebih tinggi akan akan menghasilkan panas yang lebih besar. Hal ini berdasarkan persamaan pembakaran dimana panas yang dihasilkan heat release rate (HRR), selain merupakan fungsi dari volume ruang bakar, juga merupakan fungsi dari nilai kalor/ kalor jenis bahan bakar (Calorific value/specific heat). Titik Nyala 40000 80 Flash Point (oc) 70 60 50 40 30 20 43 55 35 60 10 0 Gambar 5. Grafik Perbandingan Titik Nyala Bahan Bakar Titik nyala (flash point) sebagaimana yang,menjadi standar ISO 8217 2010 untuk,berkisar pada suhu 43-60 0 C, sedangkan untuk pada suhu minimal 60 o C. COM 2 (+Xylene) memiliki flash point 35 o C, lebih rendah dibandingkan. sedangkan COM 1 (+Toluene) memiliki flash point 55 o C, lebih besar dibanding dan memenuhi standar D-1-5

ISO 8217 2010. Walau begitu, keduanya tetap memiliki flash point yang lebih rendah dibandingkan. Flash point yang baik tergantung dari desain mesin. flash point yang rendah dapat menyebabkan pembakaran prematur sebelum torak mencapai TMA, sebaliknya jika flash point terlalu tinggi, dapat berakibat pada pembakaran yang tidak sempurna. Selain pada proses pembakaran, flash point juga akan mempengaruhi penyimpanan bahan bakar di tangki kapal. Dengan flash point yang lebih tinggi, faktor keselamatan dari bahaya kebakaran di kapal juga akan lebih baik, entah itu melalui auto-ignition maupun dari sumber panas, misalnya di kamar mesin. Angka Setana 100 80 Cetane Number 60 40 50 60.5 56.9 30 20 0 Gambar 6. Grafik Perbandingan Angka Setana Bahan Bakar Dari parameter cetane number, diketahui bahwa cetane number COM 1 (+Toluene) dan COM 2 (+Xylene) lebih baik jika dibandingkan dengan dan. Semakin tinggi cetane number, maka akan semakin pendek pula ignition delay dan proses pembakaran akan berlangsung sempurna. Namun, tidak berarti bahwa hal tersebut berlaku untuk semua jenis mesin karena parameter karakter mesin juga sangat mempengaruhikebutuhan cetane number. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Berdasarkan hasil pengujian bahan bakar, properties COM lebih mendekati properties dibandingkan. Hal ini disebabkan rasio komposisi perbandingan : batubara : pelarut yang digunakan adalah 50:10:10 sehingga pengaruh begitu dominan pada COM. Rasio komposisi itulah yang kemudian mengakibatkan pengaruh pada properties COM pun jauh lebih besar. Selain itu, zat aditif yang digunakan bersifat pelarut sehingga dari segi fisik dan properties, sangat jauh dari. 2. Dari segi karakteristik bahan bakar, properties COM1 (+toluene) dan layak untuk dijadikan bahan bakar alternatif pengganti yang mana propertiesnya memenuhi standar ISO 8217 tahun 2010 untuk marine distillate fuels. Bahkan pada properties viskositas dan cetane number, dan relatif lebih baik dibandingkan. Khusus untuk, flash pointnya relatif lebih baik daripada dan. D-1-6

Untuk menghasilkan suatu penelitian yang komprehensif, maka diberikan saran untuk: 1. Melakukan pengujian properties lainnya meliputi kandungan air, kandungan sulphur, residu karbon dan pour point untuk dibandingkan hasilnya dengan dan 2. Melakukan pengujian performa pada motor diesel untuk melihat pengaruh properties terhadap mesin, termasuk emisi gas buang. DAFTAR PUSTAKA Adiga, K.C & Shah, D.O, (1982) Rheology and Stability of Coal-Oil and Coal-Oil-Alcohol Dispersion, Elsevier, Colloids and Surfaces,4, 271-284, Amsterdam Juhantoro, N., (2012), Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Kementrian ESDM, (2013), Indonesian Crude Price, http://www. prokum.esdm.go.id, diakses pada 2 Desember 2013 Maeda et al, (1991), Research and Development of Coal Oil Mixture, Sekiyu Gakkaishi, Vol 34, No.4, 291-296 Shin Y.J, Shen Y.H (2007), Preparation of coal slurry with organic solvents, Elsevier:Chemosphere 68 (2007) 389 393 Vaghela Kalpesh, Dabhi Syam (2012), Review of Charcoal-Diesel Slurry: An Alternative Fuel for Compression Ignition Engine, IJAERS vol I April-June, 143-147 D-1-7