BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

dokumen-dokumen yang mirip
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TOMY ADI NUGROHO J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001). menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

Informed Consent Persetujuan menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

CATATAN PERKEMBANGAN. Dx Hari/Tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Nutrisi Kamis, Menggali pengetahuan orang tua kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang masih perlu mendapat perhatian. Menurut Pintauli dan Hamada (2008),

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TFC ( Therapeutic Feeding Centre ) / PPG ( Pusat Pemulihan Gizi )

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

PPG ( PUSAT PEMULIHAN GIZI )

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

KONSUMSI MAKANAN ANAK BALITA DI DESA TANJUNG TANAH KECAMATAN DANAU KERINCI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah menyusun program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu kondisi yang turut

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Sikap ibu rumah tangga terhadap penyuluhan gizi dalam pemenuhan gizi balita di wilayah binaan puskesmas I Gatak kecamatan Gatak kabupaten Sukoharjo

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dijelaskan dan diuraikan tentang latar belakang,

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA DI POSYANDU AMBARSARI, GAMPING I, SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode Responden:

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa, jaringan penyangga dan gigi. Salah satu kelainan yang sering terjadi

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

Lampiran 1. Karakteristik Responden (Ibu) 1. Nama 2. Tempat, Tanggal lahir..., Usia... tahun 4. Alamat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun. Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, dan bidan praktik swasta serta sarana atau fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) oleh petugas kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Pada tahun 2010 cakupan pelayanan kesehatan balita (1-4 tahun) sebesar 78,11% dan target renstra yang harus dicapai adalah 78% dan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 89,33%. Dengan demikian cakupan pelayanan kesehatan pada anak balita secara nasional sudah mencapai target renstra (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Salah satu aspek pelayanan kesehatan anak adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi pada balita harus diperhatikan oleh orang tua. Sejak kecil anak dilatih mengenai kebersihan giginya agar kesehatannya baik. Pemeliharaan kesehatan gigi juga termasuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi seperti, cokelat, permen, dan makanan lain yang amat manis sebaiknya dihindari (Santoso dan Ranti, 2009). Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan penyakit periodontal di Indonesia masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun usia dewasa.

Sebagian penyakit gigi dan mulut sebenarnya dapat dicegah. Kesehatan mulut tidak sepenuhnya bergantung pada perilaku seseorang. Banyak cara untuk dapat mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai pendekatan meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri sendiri dan perawatan tenaga professional (Putri, dkk, 2011). Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), prevelansi karies di Indonesia mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Di Jawa Tengah sendiri prevalensi karies gigi mencapai kisaran 60-80% dari populasi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, pada tahun 2009 terdapat 9149 atau (10%) prevalensi kasus karies gigi, tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 13038 atau (15,8%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 11649 atau (14%) prevalensi kasus karies gigi. Sedangkan kasus karies gigi pada balita usia 1-4 tahun di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 sebanyak 298 atau (5,7%) prevalensi kasus, tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 459 atau (7,1%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 519 atau (8,5%) prevalensi kasus karies gigi. Di wilayah kerja Puskesmas Kartasura sendiri pada tahun 2009 terdapat 40 atau (9,1%) prevalensi kasus karies gigi pada anak, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi 101 atau (10,7%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan menjadi 89 atau (10,6%) prevalensi kasus karies gigi. 2

Karies gigi dan cedera akibat trauma pada gigi masih sangat umum ditemukan pada anak dan perawatan kerusakan yang ditimbulkan masih merupakan bagian utama dari praktik kedokteran gigi anak. Tujuan utama perawatan operatif pada anak ialah mencegah meluasnya penyakit gigi dan memperbaiki gigi yang rusak sehingga dapat berfungsi secara sehat, sehingga kesehatan jaringan mulut dapat dipertahankan (Budiyanti, 2006). Pemberian susu pada anak menjelang tidur, akan berisiko mengalami nursing bottle syndrome (sindroma botol susu). Pada umumnya, gigi yang terkena kerusakan akibat nursing bottle syndrome adalah rahang atas bagian depan. Pada saat tidur, gigi-gigi rahang bawah akan tertutup lidah sehingga genangan air susu akan lebih menyerang gigi atas. Apabila kerusakan sudah mengenai jaringan di bawahnya maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan gigi tetapnya kelak (Djamil, 2011). Air susu sebagai bahan makanan manusia bisa dalam bentuk aslinya namun dapat pula dalam bentuk setelah diolah menjadi berbagai produk lain. Air susu yang dijadikan sebagai bahan makanan manusia itu dapat berasal dari berbagai hewan, baik dari golongan ruminansia (hewan memamah biak) maupun hewan bukan ruminansia. Hewan ruminansia yang sering diambil susunya dan dimanfaatkan untuk bahan makanan manusia, seperti sapi, kambing, domba, kerbau atau kijang. Sedangkan hewan dari golongan bukan ruminansia contohnya kuda (Andrianto, 2008). Khusus untuk anak prasekolah Widya Pangan dan Gizi (WPG) menganjurkan kecukupan gizi dalam bentuk makanan, diantaranya produk 3

susu adalah 100 gram perhari. Jadwal pemberian susu untuk anak prasekolah adalah pada waktu bangun tidur pagi, siang dan jam 18.00 WIB masingmasing 1 gelas susu atau 240 ml. Golongan susu yang merupakan sumber protein, lemak, hidrat arang, vitamin dan mineral diberikan sesuai kebutuhan gizi. Anjuran untuk anak dengan ukuran rumah tangga (URT, alat ukur yang lazim untuk memudahkan penggunaan bahan makanan) yaitu untuk susu bubuk skim 4 sendok makan atau 20 gram (1 sendok makan 50 gram), dan susu kental manis adalah ½ gelas atau 100 gram. Dalam tabel anjuran makanan sehari untuk berbagai golongan umur, diantaranya disebutkan untuk golongan 1-6 tahun dibutuhkan susu ½ gelas perhari (100 gram susu segar), untuk golongan anak umur 1-3 tahun ditambah 1 sendok makan gula atau 8 gram (1 sendok makan = 8 gram gula = 3 sendok teh gula) (Santoso dan Ranti 2009). Hasil survei pendahuluan di pra sekolah Intan Permata Aisyiyah, Kelurahan Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, pada siswa sebanyak 42 orang, dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada 12 orangtua siswa, didapatkan 12 anak (100%) mengkonsumsi susu formula dengan merk yang bervariasi. Frekuensi minum berbeda-beda yaitu 2 anak (16,67%) minum 1 kali sehari, 2 anak (16,67%) minum 2 kali sehari dan 8 anak (66,67%) minum 4 kali sehari. Anak yang terbiasa minum susu dengan penambahan gula sebanyak 10 anak (83%) dan yang tanpa penambahan gula sebanyak 2 anak (16,7%). Anak yang terbiasa minum susu dengan menggunakan botol, sebanyak 8 anak (66,67%) dan yang menggunakan gelas 4

4 anak (33,33%). Dari 12 anak tersebut, 7 anak (58,3%) terkena karies dan 5 anak (41,67%) bebas karies. Susu sebagai pengganti makanan tambahan sering diberikan orang tua kepada anaknya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat. Karbohidrat yang terkandung dalam bahan makanan ada tiga jenis yaitu, polisakarida, disakarida, dan monosakarida. Laktosa merupakan jenis gula yang dijumpai pada susu hewani maupun susu ibu. Kompenen karakteristik pada gula hewani laktosa adalah galaktosa, yaitu karbohidrat jenis monoksida (Santoso dan Ranti, 2009). Anak dengan gigi bermasalah akan kesulitan mengunyah makanan. Akibatnya anak cenderung memilih makanan yang kurang bergizi, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kecerdasan anak. Tingkat kecerdasan anak dimulai sejak usia (3-5 tahun) atau anak usia pra sekolah, dan karies gigi berpengaruh pada tingkat perkembangan anak (Djamil, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut hubungan penggunaan susu botol dengan karies gigi pada siswa pra sekolah Intan Permata Aisyiyah, Kelurahan Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pemberian susu botol dengan karies gigi pada siswa pra sekolah Intan 5

Permata Aisyiyah, di Kelurahan Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pemberian susu botol terhadap kejadian karies gigi pada siswa prasekolah Intan Permata Aisyiyah, di Kelurahan Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan frekuensi, waktu, dan penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies gigi pada siswa pra sekolah Intan Permata Aisyiyah. b. Mengetahui hubungan frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada siswa pra sekolah Intan Permata Aisyiyah. c. Mengetahui hubungan waktu minum susu botol dengan kejadian karies gigi pada siswa pra sekolah Intan Permata Aisyiyah. d. Mengetahui hubungan penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies gigi pada siswa pra sekolah Intan Permata Aisyiyah. 6

D. Manfaat a. Bagi Orang Tua Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberi gambaran dan masukan bagi orang tua untuk memperhatikan kesehatan gigi dan makanan yang dikonsumsi anak. b. Bagi Dinas Kesehatan Bagi pihak pelayanan kesehatan diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai masukan bagi tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pemberian susu botol terhadap karies. c. Bagi Peneliti lain Memberi masukan pada penelitian selanjutnya yang akan meneliti tentang karies gigi pada anak. d. Bagi Instansi Kesehatan Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memberi sumbangan terhadap perkembangan ilmu kesehatan masyarakat khususnya tentang kesehatan gigi pada anak. 7