BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. langsung, wawancara, studi pustaka dan pembahasan. Tentang Makna

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

TARI MANDAU TALAWANG. Di susun oleh : DAYA SAKTI KALIMANTAN TENGAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

Arsitektur Dayak Kenyah

BAB 5 VIS UAL. SENI TATTOO DAYAK YANG HAMPIR PUNAH dipilih sebagai judul

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

MAKNA SIMBOLIS UKIRAN PADA MANDAU ( SENJATA TRADISIONAL ) KALIMANTAN BARAT

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. di dunia yang kekayaan alamnya menjadi aset bagi Negara yang berada

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

Kerajinan Fungsi Hias

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

1. WARISAN BUDAYA BENDA DAN TAK BENDA KABUPATEN BULUNGAN. Jenis Warisan Budaya : Cagar Budaya ( Warisan Budaya Benda )

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kehidupan manusia, Bagi manusia, busana merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

TARI GANGERENG ATAU TARI GIRING-GIRING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Setiap manusia hidup dalam suatu lingkaran sosial budaya tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam periodesasinya disebut seni prasejarah indonesia. Seni prasejarah disebut

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam hidup bermasyarakat, dan benda-benda hasil karya manusia. Hasil kekayaan kebudayaan yang beranekaragam itu lahir dan terbentuk karena adanya usaha nenek moyang kita pada masa lampau dalam mengatur kehidupan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut pendapat Bastomi Suwaji (1990) salah satu wujud dari hasil kebudayaan nenek moyang pada masa lampau yakni, bentuk senjata tradisional yakni mandau suku Dayak yang berada di pulau Kalimantan Barat. Suku Dayak merupakan suku yang hidup dan menetap di pulau Kalimantan. Suku Dayak ini dianggap sebagai penduduk asli pulau Kalimantan. Bercerita tentang suku Dayak, tidak dapat terpisah dari satu nama yakni mandau suatu senjata tradisional suku Dayak. Dulu mandau hanya dijadikan sebagai salah satu senjata perang untuk melawan musuh. Bagi suku Dayak, sejauh dengan perkembangan jaman, mandau berubah fungsi dan tidak didapati sesakral dahulu. Sekarang mandau yang dapat dijumpai di seluruh wilayah Kalimantan adalah mandau hanya untuk pajangan dari bahan besi biasa, bukan bahan pilihan. Kini mandau digunakan pula untuk memotong rumput di ladang 1

memotong ikan, cenderamata. Karena mandau cukup berat, alat ini dapat juga berfungsi sebagai kapak untuk menebang pohon dan membabat belukar yang ada di seluruh pelosok Kalimantan. Mandau suku Dayak ada dua jenis yaitu mandau hias atau pajangan yang diukir dan dihiasi dengan motif - motif sengaja dibuat untuk hiasan dan dipajang di dinding, mandau ambang birang khusus untuk perang atau pun ritual khusus, mandau yang asli memiliki kekuatan magis ilmu suku Dayak yang diyakini sebagai petunjuk leluhur ada di dalam mandau tersebut ketika dipakai untuk perang senjata ini dapat memberikan kekuatan magis bagi para pemiliknya. Bahkan, mandau ini dipercaya dapat membuat pemiliknya menjadi kebal saat menghadapi musuh. Sementara bagian hulu atau pegangannya terbuat dari bahan kayu ada juga hulu yang terbuat dari tanduk kerbau ataupun tanduk rusa. Biasanya, ukiran berbentuk motif burung Enggang, salah satu jenis burung di Kalimantan menjadi ciri khasnya. Ukuran panjang mandau mencapai antara 50 sampai 60 cm. Beberapa mata senjata ini dihiasi secara istimewa, terutama pada bagian punggung yang membengkok, kebanyakan dihiasi dengan lubang-lubang kecil, dimana dimasukkan pines atau paku dari kuningan. Gagang yang dibuat dari tanduk rusa adalah lurus dan akhirnya membengkok. Bagian yang lurus dibalut dengan rotan atau logam. Bagian yang membengkok dihiasi dengan ukir ukiran dan biasanya diberbagai tempat dipasang berkas rambut. Sarung Mandau terdiri 2

dari dua lapisan dari kayu. Pada beberapa suku Dayak, bagian sarung yang menutup mata senjata dibalut dengan rotan. Mandau makin ke belakang makin tebal. Lapisan lapisan sarung terdiri dari anyaman, terutama dikenal dengan hiasan kancing kancing baju yang bagus. Bagian muka yang atas kebanyakan dihiasi dengan ukiran ukiran, hampir selalu diberi segitiga dari kayu dan di bawah segitiga terdapat lubang, dimana dimasukkan sedikit kulit kambing. Bagian belakang dari sarung terdapat tali rotan untuk dibuat dari kulit kayu untuk menyimpan pisau anak sarung yang dinamakan NYU. Hiasan sarung ada yang istimewa, yaitu dengan manik manik halus. Tali rotan untuk membawa senjata berbentuk tali bulat tebal, dibalut dengan kain dan terakhir pada berkas rambut diberi manik manik. Mandau mempunyai banyak terdapat keunikannya, pada umumnya di wilayah Kalimantan Selatan dan Timur, mandau ditandai dengan mata senjata yang berat, dari atas setebal kurang lebih 11 cm. Karena dibuat dari baja yang keras dan tajam. Pada jaman dahulu, mula mula mandau termaksud pedang untuk memenggal kepala. Tetapi sekarang digunakan untuk memotong kayu bakar. Banyak waktu digunakan untuk memelihara mandau pada suku suku bangsa Dayak Kanayan. Pada jaman dahulu banyak pertempuran yang dilakukan oleh suku suku Dayak. Pertempuran itu dilakukan karena cekcok, tidak mengembalikan utang, hasrat memiliki budak dan untuk memenggal kepala. 3

Menurut pendapat De Graaff dan D.G Stibbe dalam bukunya berjudul Encyclopedie Van Nederlandsch Indie dalam ( Amir Martosedono 1987:430) : Dahulu suku Dayak di Kalimantan sudah biasa mengadakan pemenggalan kepala dengan mandau, kepala kulit dan rambutnya disimpan sebagai milik pribadi, kemudian akan diwariskan kepada anaknya. Pada upacara upacara diadakan sedikit pidato yang ramah dan diikuti dengan pesta. Mandau merupakan warisan leluhur yang patut dikembangkan dan dilestarikan pada generasi muda Dayak jangan sampai kerajinan ukiran mandau hilang begitu saja, mandau harus ada yang menjadi penerus pembuatnya. Pembuatan dan memperhatikan tata cara yaitu ukiran, fungsi, serta unsur - unsur yang terkandung di dalamnya. Dalam segi positif, mandau sebagai sovenir memang menjadi media promosi yang secara tidak langsung menjadi aset pariwisata, tetapi pada prakteknya hal tersebut membuat posisi mandau hanya menjadi seni hias belaka dan bukan senjata pusaka yang sangat dikagumi di kalangan masyarakat Dayak. Untuk proses pembuatan mandau membutuhkan waktu yang tidak sebentar karena besi yang digunakan untuk pembuatan mandau harus terbuat dari baja agar bertahan lama, sekarang proses dalam pembuatan mandau yakni membuat baja lebih keras. Jika dalam proses pencelupan tidak begitu baik, mandau akan menjadi bengkok dan patah. Bilah mandau juga harus diasah sedemikian rupa sehingga tajam. Ketika proses pengukiran memakan waktu yang cukup lama, dan harus diukir dengan rumit ukiran diinginkan maka harganya cukup bervariasi dibanding mandau yang dibuat begitu saja tanpa ada ukiran maka akan lebih murah harganya. Terkait dengan hiasan para perajin mandau membuatnya lebih bervariasi dihiasi 4

dengan berbagai motif Kalimantan. Bentuk mandau yang panjang selalu ada tanda ukiran baik dalam bentuk tatahan maupun bentuk ukiran biasa ada juga yang, lapisi dengan emas atau perak dan tembaga dan dihiasi dengan bulu burung Enggang atau rambut manusia. Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia mandau termasuk salah satu senjata tradisional Indonesia. Berbeda dengan parang, mandau memiliki ukiran - ukiran di bagian bilahnya yang tidak tajam. Sering juga dijumpai tambahan lubang-lubang di bilahnya yang ditutup dengan kuningan atau tembaga dengan maksud memperindah bilah mandau. Memproduksi barangbarang kerajinan Dayak untuk dipasarkan jelas merupakan contoh nyata upaya komodifikasi kebudayaan. Benda - benda kerajinan semacam itu secara tradisional dalam acara ritual - ritual yang melambangkan aspek-aspek tertentu dalam kehidupan orang Dayak, tetapi sekarang benda-benda semacam itu sudah menjadi bahan untuk dibisniskan. Menurut banyak warga desa yang menjual barang - barang kerajinan Dayak di perbatasan Malaysia, orang-orang Dayak di sana membeli barang - barang kerajinan tangan, seperti mandau, perisai dan sebagainya untuk menunjukkan mereka sebagai orang Dayak. Mayoritas warga Dayak mata pencahariannya sehari hari bekerja di ladang, menoreh karet tetapi mereka juga menghabiskan waktu mereka untuk memproduksi barang-barang kerajinan, seperti topi, gendongan bayi berhias, mandau, perisai, pakaian yang terbuat dari kulit kambing atau domba, pakaian untuk penari, kalung manik-manik, piring-piring kayu berukir, topi-topi dari 5

bahan daun, dan patung-patung kayu berukir. Produksi benda-benda kerajinan semacam itu berkaitan dengan makin meningkatnya permintaan pasar, baik dari wisatawan lokal dan internasional maupun dari orang-orang Dayak di Malaysia. Jenis-jenis barang kerajinan itu sudah dikenal luas sebagai barangbarang khas Dayak. Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meletarikan budaya suku Dayak yang mendiami pulau Kalimantan Barat. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul : Makna Simbolis Ukiran Pada Mandau (Senjata Tradisional) Kalimantan Barat B. Identifikasi Masalah Ukiran pada mandau ternyata memiliki arti makna simbolis penting oleh suku Dayak, yang tentunya tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan pada kekuatan roh para leluhur dan kekuatan alam. Untuk mengetahui kepercayaan atau keyakinan yang terkandung di balik ukiran mandau perlu ditelusuri dan dipahami pikiran-pikiran masyarakat Dayak yang menyatu dengan kehidupan yang selalu dikaitkan dengan nilai religius dan kekuatan roh, kekuatan alam. Sifat seperti ini sudah diwariskan oleh nenek moyang suku Dayak sejak jaman dahulu. 6

Menurut pendapat Mohammad Aini adalah kekuatan roh nenek moyang dipercaya oleh masyarakat Dayak mengatur seluruh tatanan kehidupan mereka seperti di bawah ini : Suku Dayak di Kalimantan Barat mempunyai kepercayaan bahwa setelah mereka meninggal dunia, bahwa jiwa dan raganya akan pergi kesuatu tempat yang sempurna, yang biasa dilihat orang dalam impian. Walaupun suku Dayak sekarang sudah banyak yang memeluk agama Kristen Katolik, Kristen Protestan, Islam namun pada umumnya mereka tidak meninggalkan adat kebiasaan nenek moyang mereka yang masih tetap percaya dengan roh. Tentu semua ini harus disesuaikan dengan pola pikir yang orang Dayak Kalimantan Barat pada umumnya yang menekankan aspek kepercayan terhadap sesuatu yang bersifat magis dan religius. Hal ini tidak hanya berdampak positif pada para pemakainya namun masalah yang dapat di identifikasikan dari permasalahan tersebut adalah : 1. Apa makna simbolis ukiran pada mandau? 2. Apa peranan mandau dalam aspek budaya di Kalimantan Barat? 3. Apa fungsi mandau dalam aktivitas kehidupan sehari hari pada masyarakat Dayak di Kalimantan Barat? 7

C. Pembatasan Masalah Agar tidak luput sasaran yang ditulis dan dapat memberikan jangkauan pembahasan, maka perlu adanya batasan guna menentukan gambaran yang lebih luas. Dalam penelitian ini banyak masalah yang dapat diangkat dan dikaji, namun karena terbatasnya kemampuan, dan tenaga maka dalam penelitian ini akan membatasi tentang makna simbolis motif ukiran senjata mandau Kalimantan Barat. Alasan memilih mandau karena merupakan warisan dari nenek moyang suku Dayak yang perlu dilestarikan oleh generasi ke generasi dan berkembang terus hingga sekarang penggunaan mandau tidak hanya untuk ritual oleh masyarakat Dayak namun juga digunakan dalam aktivitas sehari - hari, namun juga yang perlu diketahui makna simbol motif ukiran mandau dan fungsi kegunaan mandau. Agar pengenalan mandau di Kalimantan Barat ini lebih meluas dan agar penafsiran pada mandau sebagai senjata tradisional ini tidak salah. D. Rumusan Masalah Mandau merupakan wujud dari hasil kerajinan kebudayaan suku Dayak, khususnya Dayak di Kalimantan Barat. Mempunyai kerajinan ukiran mandau yang sungguh menarik untuk dipahami dan diteliti, karena tetap dijadikan sebagai salah satu senjata tradisional secara turun-temurun di tengah masyarakat yang dinamis dan jaman yang serba modern. Dari pemaparan di atas, maka dirumuskan suatu masalah yaitu: Bagaimana Makna Simbolis 8

Ukiran Pada Mandau (Senjata Tradisional) Kalimantan Barat ditinjau dari nilai bentuk aspek kepercayaan yang terkandung dalam ukiran mandau tersebut? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan untuk mengetahui: 1. Mengetahui ukiran pada mandau suku Dayak di Kalimantan Barat. 2. Mengetahui fungsi mandau dalam aspek kegiatan sehari hari suku Dayak di Kalimantan Barat. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tentang Makna Simbolis Ukiran Pada Mandau (Senjata Tradisional) Kalimantan Barat ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Manfaat Teoritik 1. Bagi almamater Universitas Negeri Yogyakarta khususnya program studi pendidikan Seni Kerajinan, penelitian ini dapat memperkaya referensi terutama referensi Seni budaya Indonesia. 2. Bagi para praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang Makna Simbolis Motif Ukiran Mandau Pada Senjata Tradidional Kalimantan Barat. 9

b. Manfaat Praktis 1. Bagi tenaga pengajar (Guru Seni Kerajinan) penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan acuan atau referensi untuk memahami asfek keanekaragaman budaya masing-masing daerah. 2. Bagi para pecinta seni budaya, kiranya penelitian ini bisa menjadi bahan acuan untuk mempelajari berbagi nilai makna simbolis senjata tradisional kebudayaan yang tersebar di Nusantara. 3. Bagi para pemangku kebijakan, terutama kebijakan dalam bidang yang terkait pada pendidikan dan kebudayaan, diharapkan supaya penelitian ini menjadi inspirasi untuk selalu berusaha aktif menjaga kekayaan budaya dan senjata tradisional yang ada di Nusantara. 4. Bagi pemerintah, khususnya pemerintah Propinsi Kalimantan Barat, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan mengembangkan dan pelestarian ukiran mandau. 10