BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat 6 19 00-6 28 00 Lintang Selatan dan 106 43 00-106 55 30 Bujur Timur, dengan luas Wilayah 200,29 Km 2. Kelurahan Tugu berada pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan ratarata per tahun adalah 10.000 mm. Batas wilayah Kelurahan Tugu adalah sebagai berikut : - Sebelah utara berbatasan dengan DKI Jakarta (Kelurahan Kalisari dan Pekayon Jakarta Timur) - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Mekarsari, Kecamatan Cimanggis (Tepatnya Jalan Raya Bogor- Jakarta) - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cisalak dan Baktijaya (Kecamatan Sukmajaya) - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Beji dan Kelurahan Pasir Gunung Selatan Berdasarkan kondisi geografis, Kelurahan Tugu dialiri oleh sungai- sungai besar yaitu Sungai Ciliwung, Sungai Baru, Sungai laya dan Sungai Jantung. Adanya sejumlah sungai tersebut cukup menguntungkan bagi pertanian 9
10 di kawasan Tugu, seperti lahan belimbing yang dapat ditemukan di sekitar aliran sungai Ciliwung, yang berdampak baik bagi tanaman dalam hal kebutuhan air. Disisi lain sungai tersebut mempunyai dampak buruk yaitu dapat menyebabkan banjir dikala musim penghujan datang. Berdasarkan analisis kemiringan lereng wilayah Kota Depok, kecamatan Cimanggis termasuk wilayah dengan kemiringan lereng antara 2 8 persen (lereng datar), Kelurahan Tugu termasuk kedalamnya, juga termasuk kelurahan pasir gunung selatan dan kelurahan Mekarsari. Daerah dengan kemiringan tersebut potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian. Salah satunya juga berpotensial untuk pengembangan agribisnis belimbing manis. 2.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi Kelurahan Tugu Kehidupan masyarakat di Kelurahan Tugu memiliki kompleksitas yang dinamis, berkaitan dengan posisi yang sangat strategis sebagai wilayah yang berdampingan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta. Letak Kelurahan Tugu juga sangat strategis ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan. Jarak tempuh dan letak Kelurahan Tugu ke Ibukota Kecamatan Cimanggis sejauh 4 Km, Ibukota Pemda Kota Depok sejauh 7 Km, Ibukota Propinsi Jawa Barat sejauh 150 Km dan Jarak ke Ibukota DKI Jakarta sejauh 30 Km. Luas wilayah Kelurahan Tugu adalah 504.009 Ha, dengan rincian pemukiman seluas 395.889 Ha, pemakaman seluas 7.300 Ha, lahan pertanian seluas 8.200 Ha, perindustrian (pabrik) seluas 71.235 Ha, sarana umum (perhubungan) seluas 8.200 Ha, lahan kantor kelurahan seluas 0.105 Ha, sarana pengairan/ setu pedongkelan seluas 4 Ha, pasar tradisional seluas 0.189 Ha, dan
11 sarana prasarana umum lainnya seluas 6.880 Ha. Sumber air yang digunakan warga Kelurahan Tugu antara lain sumur, pompa, bor dan Perusahaan Air Minum (PAM). Jumlah penduduk di Kelurahan Tugu sampai saat ini mencapai 81.746 orang. Migrasi yang terjadi di Kelurahan Tugu berdasarkan data sejak tahun 2011, memiliki perpindahan yang cukup signifikan. Pada tahun 2012 jumlah penduduk pendatang 52 persen, pindah 27 persen, lahir 12 persen dan mati 9 persen. Mata pencaharian di Kelurahan Tugu beragam yang ditunjukkan oleh Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok (Februari 2012) Mata pencaharian Laki-laki Perempuan Jumlah Pegawai Negeri 4432 4239 8671 Pegawai Swasta 13.959 14.457 28.416 Wiraswasta 9518 6949 16.467 TNI/ Polri 6359 1064 7423 Petani 193 81 274 Pensiunan 3740 1214 4954 Buruh 3573 3892 7465 lainnya 3521 4557 8078 Jumlah 45.295 36.451 81.764 Sumber : Kantor Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis, Depok (2012) Berdasarkan Tabel 3, mata pencaharian sebagai petani menduduki urutan terakhir. Hal tersebut dikarenakan Kelurahan Tugu yang berkembang secara pesat, dimana banyak alih fungsi lahan-lahan pertanian yang menyebabkan lahan-lahan menjadi berkurang digantikan oleh perumahan. Selain itu migrasi yang tinggi juga menyebabkan semakin banyaknya masyarakat dari luar kawasan tugu masuk dengan berbagai mata pencaharian. Walaupun jumlah petani hanya 0,3 persen,
12 namun petani di Kelurahan Tugu masih tetap berusaha mempertahankan kebun belimbing mereka. Salah satu solusi dari alih fungsi lahan adalah, jika ada proyek pembangunan perumahan oleh perusahaan tertentu, maka disarankan dalam satu rumah menanam minimal satu pohon belimbing. Dukungan sarana dan prasarana di wilayah sentra pengembangan belimbing sangat penting yang ditunjang dengan letak Kelurahan Tugu yang strategis, dekat dengan sarana penjualan. Selain itu Kota Depok juga semakin berkembang dengan hadirnya supermarket dan supermall seperti Carefour, Hypermart, Alfa, Tip Top, dan masih banyak lagi. Hal ini cukup potensial dalam pemasaran belimbing Di Kota Depok, khususnya untuk pemasaran ke Jakarta. 2.1.3 Kelompok Tani Maju Bersama Kelurahan Tugu merupakan pelopor pertama pertanian budidaya tanaman belimbing dewa di Kota Depok. Sejak pertama kali ditanam pada tahun 1980 sampai tahun 2002, para petani di Kelurahan Tugu melakukan budidaya secara tradisional dan secara sendiri-sendiri tanpa terorganisir. Oleh karena itu, pada tahun 2002 pemerintah Kota Depok memfasilitasi petani Kota Depok untuk membentuk kelompok tani. Maka pada tahun 2002 berdirilah Kelompok Tani Maju Bersama. Peresmian pembentukan kelompok tani baru dilakukan pada tahun 2010. Pada awalnya hanya ada satu kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Maju Bersama, namun semakin lama jumlah petani semakin banyak, sehingga kelompok tani tersebut dipecah menjadi tiga kelompok tani, yaitu kelompok tani maju bersama I, Maju bersama II dan Maju bersama III. Ketiga kelompok tani tersebut tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Maju Bersama.
13 Kelompok tani merupakan jembatan antara petani dengan pemerintah daerah dan dinas terkait dalam memudahkan melakukan kegiatan agribisnis. Selain itu kelompok tani juga sebagai wadah pertemuan antara sesama petani. Dengan manfaat yang ada tersebut, maka ada beberapa petani yang mengusulkan untuk dibentuknya kelompok tani untuk memudahkan dalam melaksanakan kegiatan agribisnis belimbing. Awalnya sulit untuk mengumpulkan petani untuk ikut serta dalam kelompok tani ini, karena masih minimnya kesadaran berorganisasi. Gabungan kelompok tani dibentuk untuk memudahkan koordinasi antara sesama kelompok tani. Jika ada kegiatan penyuluhan, maka beberapa anggota kelompok mengikuti kegiatan tersebut. Hasil dari kegiatan tersebut akan disampaikan kepada anggota kelompok lain yang tidak hadir. 2.2 Sejarah Belimbing di Kota Depok Pengembangan belimbing Depok, berawal ketika wilayah ini melepaskan diri dari Kabupaten Bogor, pada tahun 1999. Sebelum berpisah, Pemerintah daerah Kota Depok berusaha mencari suatu komoditas yang layak dan berprospek untuk dikembangkan. Ketika masih bersatu dengan Bogor, pemerintah daerah mempunyai program penanaman komoditas palawija, padi dan jagung, namun komoditas tersebut kurang cocok dikembangkan di Kota Depok. Oleh karena itu, dipilihlah belimbing sebagai komoditas andalan Kota Depok. Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi belimbing menjadi komoditas unggulan kota sekaligus ikon kota. Budidaya belimbing telah lama diusahakan di Kota
14 Depok, belimbing merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, masa panen yang cepat ketimbang durian atau rambutan, belimbing dapat ditanam pada kebun atau lahan/pekarangan sempit/terbatas, adanya dukungan yang besar dari pemerintah daerah dan dinas pertanian terkait, memiliki kandungan gizi seperti protein, kalsium, serat, fosfor dan berbagai vitamin seperti vitamin A, vitamin B 1, vitamin B 2, vitamin B 3, dan vitamin C yang baik untuk kesehatan, memiliki manfaat bagi kesehatan yaitu menurunkan dan mengontrol tekanan darah, menghentikan pendarahan, menyembuhkan penyakit empedu dan diare, menyembuhkan luka dan dermatis dan belimbing juga diyakini memiliki kemampuan menyerap polusi. Keragaan kebun belimbing di wilayah Kota Depok tersebar di enam wilayah Kecamatan se-kota Depok. Kepemilikan kebun rata-rata milik pribadi dan kebun sewa. Kebun sewa adalah tanaman belimbing milik petani penggarap tanah atau pemilik tanah tetapi disewakan/dikontrakkan kepada petani yang lebih professional dalam pemeliharaan kebun dan hasilnya. Hal ini terjadi karena pemeliharaan belimbing cukup diperlukan padat modal dan juga padat karya, khususnya ketika pembungkusan buah. Pengembangan belimbing menjadi ikon Kota Depok tidak terlepas dari peran pemerintah daerah. Pada tahun 2006, Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kota Depok mengikuti Program Pendanaan Kompetisi Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM) dengan membuat proposal pengembangan ikon kota yaitu belimbing. Dari proposal tersebut, Kota Depok mendapatkan dana pengembangan ikon kota yaitu buah belimbing. Yang perlu diperhatikan dari
15 program pendanaan pengembangan tersebut adalah keselarasan kualitas produk (Quality Control) dengan diversifikasi tuntutan pasar dan pengembangan teknologi pengepakan sampai dengan pemenuhan untuk peluang ekspor, komitmen para petani belimbing yang mendapatkan dana PPK-IPM untuk memikirkan pengembalian secara konsisten sesuai dengan produksi yang dihasilkan dan pengembangan variasi produk. Jenis belimbing yang dikembangkan adalah hasil persilangan antara Belimbing Dewi dan Bangkok yang diberinama Belimbing Dewa. Belimbing jenis ini mempunyai ciri-ciri kulit buah berwarna kuning dengan ukuran buah relatif besar, sekitar 150-350 gram per buah. Ciri khas lain yaitu tepi buahnya bergelombang dan tidak lurus seperti jenis belimbing pada umumnya dan Belimbing Dewa ini dapat berbuah sepanjang tahun. Salah satu sentra pengembangan belimbing adalah Kecamatan Cimanggis, tepatnya berada di Kelurahan Tugu. Sejak dulu, Kelurahan Tugu sudah menjadi salah satu sentra pertanian. Sebelum ramainya pemukiman, Kelurahan Tugu ini banyak ditanami oleh buah-buahan seperti, jambu biji, pepaya, pisang, kecapi, belimbing dan lainnya. Seiring berkembangnya kemajuan di Kelurahan Tugu ini, maka komoditas belimbing yang banyak dipertahankan. Sedangkan komoditas buah-buahan lainnya diganti oleh komoditas belimbing. Oleh karena itu sampai saat ini sebagian besar kawasan yang ada di Kelurahan Tugu, ditanami oleh pohon belimbing, walaupun masih ada juga komoditas lain yang ditanam seperti jambu biji. Di bawah ini merupakan gambar kebun belimbing di Kelurahan Tugu yang menjadi salah satu kebun percontohan.
Gambar 1. Kebun Percontohan Milik Petani Kelurahan Tugu 16