BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ini media cetak maupun media elektronik di Indonesia,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

PERATURAN BUPATI LOMBOK TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lombok Timur, tepatnya yaitu di Kantor Kesertariatan PNPM Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

perimbangan, pajak dan retribusi daerah, pinjaman daerah, serta pengelolaan keuangan daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam mewujudkan good governance. Hal ini tercermin dari kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 26

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah, salah satunya adalah terkait dengan manajemen keuangan

REKAPITULASI HASIL WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dana pemerintah yang seharusnya untuk rakyat menjadi disalah gunakan.

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 merupakan tonggak dimulainya era demokrasi di

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

PERAN APIP DALAM MENGAWAL AKUNTABILITAS PEMBANGUNAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi, dan pelaporan kinerja pemerintahan oleh pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa ini media cetak maupun media elektronik di Indonesia, banyak sekali mengeluarkan pemberitaan tentang aparatur pemerintah indonesia yang menyelewengkan uang rakyat baik secara pribadi maupun berkelompok, seakan korupsi itu sudah menjamur disetiap lapisan aparatur pemerintah. Dari itu Prinsip akuntabilitas merupakan keharusan bagi pemerintah untuk menerapkannya dalam menjalankan amanat publik. Pemerintah baik di pusat maupun daerah dituntut untuk bisa melaporkan hasil kinerja kepada masyarakat luas secara transpran dan akuntabel. Peningkatan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna, berhasil guna dan bertanggungjawab, dipandang perlu adanya pelaporan akuntabilitas kinerja dari instansi pemerintahan. Governmental Accounting Standards Board (GASB, 1999: 2) dalam Concepts Statement No. 1 tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan penggunaannya. Menurut Ulum (2004: 31) terdapat tiga prinsip dasar dalam setiap penyelenggaraan good governance. Ketiga prinsip tersebut adalah transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Dalam pelaksanaan good governance, akuntabilitas publik merupakan elemen terpenting dan merupakan tantangan utama yang 1

2 dihadapi pemeritah. Hal ini dikarenakan adanya tuntutan masyarakat kepada pemeritah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan program dan kebijakan yang telah ditetapkan. Menurut Mardiasmo (2002: 20) Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Memasuki era reformasi, masyarakat di sebagian besar wilayah Indonesia, baik di Provinsi, Kota maupun Kabupaten mulai membahas laporan pertanggungjawaban kepala daerah masing-masing dengan lebih seksama. Beberapa kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam melakukan manajemen pelayanan publik maupun penggunaan anggaran belanja daerah. Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif. Pemerintah melalui Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara pasal 3 huruf g, menyebutkan bahwa kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah mempunyai tugas menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya. Penjelasan atas Undang-Undang No. 17 tahun 2003 yaitu penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan daerah, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran. Di dalam Undang-Undang

3 No. 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan negara pasal 55 menyebutkan bahwa lembaga pemerintah wajib menyusun laporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah. Kedua Undang-undang tersebut kemudian diperkuat dengan Undang- Undang No. 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pasal 4 yang menyatakan bahwa pemeriksaan pengelolaan keuangan negara terdiri dari pemeriksaan laporan keuangan, kinerja, dan tujuan khusus. Dalam pedoman PNPM Mandiri (2007: 11) PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. Pelaporan pengelolaan dana PNPM Mandiri yang akuntabel merupakan kewajiban bagi Unit Pengelola Kegiatan (UPK), karena dalam pengelolaannnya, dana yang didapat dan dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) merupakan

4 dana dari pemerintah sehingga didalam pengelolaannya harus bisa dipertanggungjawabkan kepada publik secara transparan demi suksesnya program PNPM Mandiri serta terciptanya akuntabilitas publik (Pedoman Umum PNPM Mandiri). Salah satu penerima dana PNPM Mandiri adalah Kabupaten Lombok Timur yaitu dengan rincian alokasi anggaran sebagai berikut : Tabel 1.1 Alokasi Dana PNPM Mandiri Perdesaan Kabupaten Lombok Timur No Nama Kabupaten/ JML Alokasi PNPM MPd Kota/Kecamatan Kec Total APBN APBD 03 KAB. Lombok Timur 9 28.100.000.000 25.290.000.000 2.810.000.000 1. Keruak 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 2. Sukamulia 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 3. Peringgabaya 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 4. Sambalia 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 5. Montong Gading 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 6. Suralaga 1.100.000.000 990.000.000 110.000.000 7. Suela 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 8. Sakra Barat 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 9. Jerowaru 3.000.000.000 2.700.000.000 300.000.000 Sumber : www.pnpm Mandiri Perdesaan NTB.com Kurangnya kesadaran dan pengawasan dari masyarakat, menyebabkan anggaran PNPM mandiri perdesaaan banyak diselewengkan oleh pengelolapengelola dana itu sendiri, terutama oleh para aparatur di tingkat kecamatan dan desa. Kejadian ini banyak ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya yaitu di wilayah Kabupaten Lombok Timur. Berdasarkan Suara NTB (Kamis, 02/08/2012) dituliskan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2011, ditemukan dugaaan penyelewengan di 9 kecamatan yang mendapatkan dana PNPM Mandiri Perdesaan baik yang dilakukan oleh pihak ditingkat UPK (Kecamatan) dan TPK (Desa).

5 Kecamatan Jerowaru merupakan salah satu perioritas utama penerima dana PNPM mandiri perdesaan dari pemerintah daerah Lombok Timur, karena Kecamatan Jerowaru merupakan salah satu kecamatan tertinggal dari 9 kecamatan tertinggal di 20 kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Lombok Timur. Namun pengelolaan dana PNPM MP di kecamatan jerowaru terindikasi terjadi penyelewengan dana oleh aparatur pengelola dana PNPM MP itu sendiri. Berdasarkan yang dikutip dari Suara NTB (Kamis, 02/08/2012), yang menuliskan bahwa di Kecamatan Jerowaru, ditemukan dugaan penggelapan dana pada Unit Pelaksana Kegiatan (UPK). Penggelapan dilakukan bendahara UPK senilai Rp. 139,9 juta. Seiring dengan kurangnya sumber daya manusia di wilayah setempat menyebabkan kurangnya kesadaran dan pengawasan dari masyarakat untuk mengawasi pengelolaan dana PNPM mandiri perdesaan yang dikelola di masingmasing desa yang berada di wilayah jerowaru. Kebanyakan masyarakat tidak tau apakah anggaran pada setiap program kerja PNPM-MP terserap 100% untuk penyelesaian program kerja tersebut. Hal ini menyebabkan banyaknya keluhankeluhan dari masyarakat dari hasil penyelesaian program kerja PNPM-MP kecamatan Jerowaru, terutama pada program kerja pembangunan fisik seperti perbaikan jalan, pembuatan saluran irigasi, pembangunan Poskesdes dan Pasar Desa :(www.kmpaerlauq.blogspot.com). Banyakanya keluhan-keluhan dari masyarakat tersebut menandakan pengelolaan dana PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan jerowaru belum bisa menerapkan pengelolaan keuangan yang akuntabel dan transparansi. Hal itu juga dibuktikan dengan kurangnya sarana

6 informasi yang di sediakan oleh para pengelola keuangan itu sendiri, baik itu informasi kebijakan pengelolaan dana, informasi kemajuan program, dan lain sebagainya. Sehingga msyarakat kurang tau apakah pengelolaan dana PNPM Mandiri Perdesaan yang ada di Kecamatan Jerowaru sudah terlaksana dengan baik atau tidak. Berdasarkan fenomena dan latar belakang tersebut, banyak pertanyaan-pertanyaan muncul di benak masyarakat, dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur 1.2 Rumusan Masalah Penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengelolaan dana PNPM-MP Kecamatan Jerowaru pada setiap program kerja yang bersifat pembangunan fisik di setiap Desa yang berada di wilayah Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur? 2. Apakah Pengelolaan Dana PNPM-MP Kecamatan Jerowaru pada setiap program kerja yang bersifat pembangunan fisik di setiap Desa yang berada di wilayah Kecamatan Jerowaru telah memenuhi Indikator Akuntabilitas?

7 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan pengelolaan dana PNPM-MP Kecamatan Jerowaru pada setiap program kerja yang bersifat pembangunan fisik di setiap Desa yang berada di wilayah Kecamatan Jerowaru,Kabupaten Lombok Timur. 2. Untuk mengukur akuntabilitas pengelolaan dana PNPM-MP Kecamatan Jerowaru pada setiap program kerja yang bersifat pembangunan fisik di setiap Desa yang berada di wilayah Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pihak Pengelola Kegiatan Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi bagi pihak pengelola kegiatan mengenai kebijakan-kebijakan yang sudah diterapkan, sehingga bisa melakukan perbaikan dalam merumuskan, menyusun, dan menetapkan keputusan tentang kebijakan dalam pengelolaan dana PNPM Mandiri Perdesaan. 1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi ilmiah atau sebagai informasi data bagi penelitian selanjutnya. 1.5 Batasan Masalah Agar penelitian ini dapat menjadi suatu kajian yang terukur dan terarah, maka diperlukan pembatasan masalah. Maka pembatasan masalahnya hanya

8 mengenai pengelolaan dana PNPM Mandiri perdesaan periode 2012 di 9 desa yang berada di wilayah Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur, pada setiap program kerja yang bersifat pembangunan fisik. Adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Program Kerja PNPM-MP Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur (Fisik) No Program Kerja 1. Pembuatan Saluran Irigasi 2. Perbaikan Jalan Rusak/Peningkatan Jalan 3. Pembangunan POSKESDES 4. Pembangunan Pasar Desa 5 Pembangunan Posyandu Sumber : Data UPK PNPM-MP Kecamatan Jerowaru tahun 2012,data diolah