BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit pada orbitnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh tubuhnya ke arah Ka bah yang berada di Masjidil Haram, karena

BAB I PENDAHULUAN. wajib benar benar menghadap Ka'bah itu ( 'ain Ka'bah) tetapi orang yang jauh

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

BAB I PENDAHULUAN. menghadap kiblat,shalatnya tidak sah. Umat Islam di Indonesia pada

PENINGKATAN PEMAHAMAN TAKMIR MASJID DI WILAYAH MALANG TERHADAP PENENTUAN AKURASI ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. Swt. yang utama adalah mendirikan shalat. Perintah ini langsung diturunkan oleh

PENGENALAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI TINGKAT MADRASAH IBTIDAIYAH/SEKOLAH DASAR MELALUI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI PENGUKURAN SUDUT

BAB I PENDAHULUAN. salah satu fitrah manusia. Nilai itulah yang diajarkan oleh al-qur an. Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. mengahadap kiblat adalah salah satu syarat sah shalat. Kiblat yang

BAB IV AKURASI METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AGUNG AT TAQWA BONDOWOSO JAWA TIMUR

BAB IV ANALISIS PENENTUAN ARAH KIBLAT DALAM KITAB. A. Analisis Penentuan Arah Kiblat dengan Bayang- bayang Matahari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat merupakan arah yang dituju oleh umat Islam dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sesuai tuntutan zaman, baik pada zaman pra-

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan masalah karena Rasulullah saw. ada bersama-sama sahabat dan

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kiblat adalah persoalan azimuth yaitu jarak dari titik Utara ke

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang pelayaran sudah dikenal oleh masyarakat dunia. sejak lama. Ekspedisi-ekspedisi besar pernah dilakukan hingga

PENENTUAN ARAH QIBLAT

BAB IV AKURASI METODE ARAH KIBLAT MASJID-MASJID DI DESA SRUNI, KEC. JENGGAWAH, KAB. JEMBER JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. oleh Mbah Shonhaji. Mbah Shonhaji adalah murid Sunan Ampel yang. Sunan Ampel dengan menunjuk jari tangannya ke arah barat, kemudian

Cara Mudah Penentuan Arah Kiblat

BAB II LANDASAN TEORI. hukum menghadap kiblat dan cara menentukan arah kiblat sangat

BAB IV ANALISIS KEAKURASIAN ARAH KIBLAT MASJID SUNAN KALIJAGA KADILANGU DEMAK

BAB II KONSEP UMUM TENTANG ARAH KIBLAT

BAB V PENUTUP. menghadap ke bangunan Ka bah, shalatnya tidak sah. Sedangkan orang. perbedaan pendapat, adapun pendapat itu adalah :

Menyikapi Fatwa Arah Kiblat. Written by Monday, 19 July :12

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat manusia seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an, Sesungguhnya

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN METODE PERGESERAN TITIK BAYANGAN MATAHARI DALAM MENENTUKAN ARAH KIBLAT MESJID AGUNG DAN MESJID JAMI KOTA PALOPO

A. JUDUL. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM

BAB II KONSEP UMUM TENTANG ARAH KIBLAT. A. Pandangan Para Ulama Tentang Arah Kiblat. dari,, yang secara sederhana dapat kita artikan menghadap.

DAFTAR ISI. Persetujuan... Pengesahan... Abstrak... Kata Pengantar... Daftar Isi...

STUDI ANALISIS ARAH KIBLAT MASJID BAITUSSALAM DUKUH GIRIKUSUMA DESA BANYUMENENG KECAMATAN MRANGGEN KABUPATEN DEMAK. Skripsi

BAB IV APLIKASI DAN UJI AKURASI DATA GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) DAN AZIMUTH MATAHARI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID UNTUK HISAB ARAH KIBLAT

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG ARAH KIBLAT

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SAADOEDDIN DJAMBEK TENTANG ARAH KIBLAT. A. Penentuan Arah Kiblat Pemikiran Saadoeddin Djambek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. benda-benda langit saat ini sudah mengacu pada gerak nyata. Menentukan awal waktu salat dengan bantuan bayang-bayang

BAB IV ANALISIS TERHADAP ARAH KIBLAT MASJID AGUNG BANTEN. A. Analisis terhadap Akurasi Arah Kiblat Masjid Agung Banten

MENGHITUNG ARAH KIBLAT DENGAN RUMUS SEGITIGA BOLA

BAB V PENUTUP. penulis akan menyimpulkan sebagai jawaban dari beberapa pokok-pokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam ajaran Islam, menghadap arah Kiblat merupakan suatu

SISTEM INFORMASI BERBASIS MULTIMEDIA TENTANG TATA CARA IBADAH SHOLAT MENURUT SUNNAH NABI MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

AKURASI ARAH KIBLAT MASJID DI KECAMATAN BEKASI BARAT

BAB I STUDI ANALISIS HISAB ARAH KIBLAT DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR. Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT adalah Dia menjalankan

EXECUTIVE SUMMARY SKRIPSI PANDANGAN TOKOH MUHAMMADIYAH TERHADAP PENENTUAN ARAH KIBLAT DI KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB IV ANALISIS FATWA MUI NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG KIBLAT (Kiblat Umat Islam Indonesia Menghadap ke Arah Barat)

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Al-Mushlih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam, Darul Haq, Jakarta, 2004, hlm.90.

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya menentukan arah Kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Bagi

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM AL-QUR AN SURAH AL-ISRA AYAT DAN AKTUALISASINYA DALAM DUNIA MODERN SKRIPSI

SISTEM KOORDINAT GEOGRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

Studi Analisa Penentuan Arah Kiblat Masjid Raya Al-Mashun Medan

(Fenomena Matahari di Atas Ka bah) Pandapotan Harahap NIM: Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

Zaini Alumni Ahwal Al-Syahsiyyah FAI-UCY Staf Kementrian Agama RI Kabupaten Bantul. Istifianah Dosen FAI-UCY. Muthmainnah Dosen FAI-UCY

,, yang berarti menghadap. 1 Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. dikerjakan oleh setiap umat muslim. Melaksanakan shalat dengan menghadap ke

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi suatu kesepakatan di kalangan para ulama bahwa. menghadap kiblat dalam suatu ibadah terutama pada ibadah shalat bisa

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

VERIFIKASI FATWA MUI NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ARAH KIBLAT. Agus Yusrun Nafi

APLIKASI MUSLIM ASSISTANT FOR ANDROID

TELAAH KETEPATAN DAN KEAKURATAN DALAM PENENTUAN ARAH KIBLAT

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT MASJID AL-AQSHA MENARA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. (Kunandar,

BAB I PENDAHULUAN. sahnya ibadah shalat. Ini sudah merupakan kesepakatan para ulama bahwa

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

PROPOSAL KEGIATAN PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW SMP NEGERI 14 DEPOK H / 2007 M

METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT DENGAN SEGITIGA SIKU-SIKU DARI BAYANGAN MATAHARI SETIAP SAAT

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB IV NAVIGASI MAPALSA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. begitu saji di terapkan di peta karena adanya variasi magnet bumi, yaitu yang disebut

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

HUKUM SALAT YANG TIDAK SESUAI ARAH KIBLAT: Studi Kasus Masjid-Masjid di Kecamatan Sidamanik

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.

LEMBAR PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya, yang diajukan untuk memenuhi salah

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

MENYELAMI KALBU AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. Arah kiblat adalah arah terdekat menuju Ka bah (al-masjid al-haram)

BAB I PENDAHULUAN. mengantar seseorang untuk meraih kesejahteraan yang didambakan baik di dunia. dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN ISRA MI RAJ NABI MUHAMMAD SAW MAJELIS TA LIM AHAD PAGI MASJID AGUNG KABUPATEN SEMARANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kearah mana seorang melakukan sholat? Setiap muslim pasti tahu jawabannya, yakni menghadap kiblat. Seberapa akuratkah dia mengahadap kiblat? Secara matematis atau astronomis, tidak setiap muslim mampu menjawab dengan tepat. Mengapa? Arah kiblat yang diyakini seorang muslim ketika melakukan sholat belum tentu mengarah ke mekah atau Masjidil Haram apalagi ke arah Ka bah. Pada praktiknya, menghadap ke kiblat ketika sholat cukup dilakukan dengan memaksimalkan usaha dan pengetahuannya tanpa harus mengetahui seberapa teliti hasil usaha tersebut. Perkembanagan Ilmu pengetahuan telah meungkinkan seseorang melakukan penentuan arah kiblat dengan sanagt teliti, dengan cara melakukan perhitungan dan pengukuran arah kiblat. Permasalahan arah kiblat pada awal tahun 2010 mencuat menjadi masalah menasional, dengan adanya isu bergesernya arah kiblat akibat gempa bumi dan pergeseran lempengan bumi. Sampai komisi fatwa MUI mengeluarkan Fatwa MUI Nomor 03 Tahun 2010 tentang kiblat Umat Islam Indonesia menghadap ke barat1, yang ternyata tidak memberikan solusi yang terbaik, sehingga dikeluarkan fatwa terbaru yakni Fatwa MUI Nomor 05 Tahun 2010 bahwa arah kiblat Indonesia diperlukan adanya perhitungan.2 Masalah kiblat tiada lain adalah masalah arah, yakni arah ka bah di Makkah. Arah ka bah ini dapat ditentukan dari setiap titik atau tempat 1 Fatwa MUI pusat no. 3 tahun 2010: pertama, ketentuan Hukum (1) kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Ka bah adalah menghadap bangunan Ka bah ( ainul Ka bah). (2) kiblat bagi orang yang sholat dan tidak dapat melihat Ka bah adalah arah Ka bah (jihatul Ka bah). (3) letak geografis Indonesia yang berada dibagian timur Ka bah/mekkah, maka kiblat umat Islam Indonesia adalah menghadap ke arah barat. Kedua, rekomendasi : bangunan masjid/mushola di Indonesia sepanjang kiblatnya menghadap ke arah barat, tidak perlu diubah, dibongkar, dan sebagainya. 2 Fatwa MUI no. 5 tahun 2010, pertama : ketentuan Hukum (1) kiblat bagi orang shalat dan dapat melihat Ka bah adalah menghadap bangunan Ka bah ( ainul Ka bah). (2) kiblat bagi orang yang sholat dan tidak dapat melihat Ka bah adalah arah Ka bah (jihatul Ka bah). (3) kiblat umat Islam di Indonesia adalah menghadap ke arah barat laut dengan posisi yang bervariasi sesuai dengan letak kawasan masing - masing. Kedua : rekomendasi : bangunan masjid/mushola yang tidak tepat arah kiblatnya, perlu ditata ulang shafnya tanpamembongkar bangunannya. 1

2 dipermukaan bumi dengan melakukan perhitungan dan pengukuran. Oleh sebab itu, perhitungan arah kiblat paad dasarnya dalah perhitungan untuk mengetahui guna menetapkan ke arah mana ka bah di makah itu dilihat darisuatu tempat dipermukaan bumi ini.3 Arah kiblat erat kaitannya dengan letak geografis suatu tempat, yakni berapa derajat suatu tempat dari khatulistiwa yang lebih di kenal dengan istilah lintang tamapat ( ) dan berapa derajat letak suatu tempat dari garis bujur ( ) kota Mekkah4. Umat Islam sendiri telah bersepakat bahwa menghadap kiblat dalam shalat merupakan syarat sahnya shalat, sebagaimana dalil-dalil syar i yang ada. Bagi orang-orang di kota Mekkah dan sekitarnya suruhan demikian ini tidak menjadi persoalan karena dengan mudah mereka dapat melaksanakan suruhan itu, namun bagi orang-orang yang jauh dari Mekkah tentunya timbul permasalahan tersendiri, terlepas dari perbedaan pendapat para ulama tentang cukup menghadap arahnya saja sekalipun kenyataannya salah, ataukah harus menghadap ke arah yang sedekat mungkin dengan posisi Ka bah yang sebenarnya.5 Sebagaimana diketahui setiap muslim mendirikan sholat fardlu lima kali setiap hari. Pada saat mendirikan sholat itu pertama kali ia harus mengetahui kapan waktu sholat telah tiba dan kapan pula waktu sholat berakhir. Kedua, ia harus dapat menentukan arah untuk menghadapkan wajahnya sewaktu sholat.6 Berdasarkan asbabun nuzul ayat-ayat arah kiblat dengan didukung haditshadits qauli amr Muhammad, maka para ulama sepakat -ijma - bahwa menghadap ke baitullah hukumnya wajib bagi orang yang melakukan sholat.7 Menghadap kiblat di waktu shalat merupakan salah satu sahnya shalat, kecuali ada alasan-alasan tertentu. Selama Nabi Muhammad SAW di Makkah, beliau bersama pengikutnya mengerjakan shalat dengan berkiblat ke Baitul 3 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik cet.iii, Buana Pustaka, Yogyakarta, 2004, hlm. 47 4 A. Jamil, Ilmu Falak Teori dan Aplikasi Arah Qiblat, Awal Waktu, dan Awal Tahun (Hisab Kontemporer), Amzah,Jakarta, 2009, hlm.109. 5 Muhyidin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik Cet.III, Loc.Cit, hlm., 47. 6 Susiknan azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktis, Suara Muhammadiyah, Yogyakarta, 2004, hlm. 33 7 Ahmad Izudin, Ilmu Falak Praktis, PT Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2012, hlm. 139

3 Maqdis. Setelah beliau berada di Madinah beliau diperintahkan oleh Allah SWT agar menghadap ke ka bah.8 Allah SWT berfirman : Artinya : sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orangorang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 144).9 Dari ayat diatas bisa ditarik suatu pertanyaan, apakah harus persis menghadap ke Baitullah atau boleh hanya ke arah taksirannya saja. Untuk mendapatkan keyakinan dan kemantapan amal ibadah kita dengan ainul yaqin atau paling tidak mendekatinya atau bahkan sampai pada haqqul yaqin, kita perlu berusaha agar arah qiblat yang kita pergunakan mendekati persis kepada arah yang menghadap ke Baitullah.10 Sangat panjang sejarah didirikannya ka bah hingga menjadi kiblat umat Islam di seluruh penjuru dunia, hikmah Allah SWT menganjurkan manusia untuk menghadap wajah ke kiblat adalah mengikat kaum muslimin agar mereka mempunyai satu tujuan dan satu cita-cita dalam perjuangannya. Pada lahirnya memang jasmani yang dihadapkan ke arah yang satu, namun pada hakikatnya hati yang dihadapkan kehadirat Allah SWT.11 8 Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Direktorat Jenderal Pimpinan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama / IAIN Jakarta, Jakarta, 1992/1993, hlm. 629. Lihat pula Muhammad Ali al Shabuni, Tafsirayat Al-Ahkam Juz I; PT Bina Ilmu, Surabaya, 1985, cet. I, hlm. 80. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,Jilid I, Al Fathu Lil Alamil Arabi, Mesir, 2004, hlm. 90 9 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur an dan Terjemahannya 10 Ahamad Izzudin, Op.Cit.hlm. 129 11 Departemen Agama Republik Indonesia, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Op. Cit, hlm. 629.

4 Kata al-qiblah yang terulang sebanyak 4 kali dalam Al-Quran12 menunjukkan bahwa masalah kiblat harus benar-benar diperhatikan. Masalah kiblat tiada lain adalah masalah arah, yakni arah ka bah di Makkah.13 Melihat fenomena demikian, kiranya perlu kita meluruskan qiblat masjid kita. Ha ini dilakukan agar dapat memberikan keyakinan dalam beribadah secara ainul yaqin tau palingtidak mendekati atau bahkan sampai haqqul yaqin.karena perbedaan per derajat saja sudah memberikan perbedaan ke-mlenceng-an arah seratusan kilometer.14 Secara historis cara penentuan arah kiblat di Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan kualitas dan kapasitas intelektual dikalangan kaum muslimin. Perkembangan penentuan arah kiblat ini dapat dilihat pula dari alat-alat yang dipergunakan untuk mengukurnya, seperti miqyas, tongkat istiwa, rubu mujayyab, kompas dan theodolit.15 Perkembangan penentuan arah kiblat ini dialami oleh kaum muslimin secara antagonistik, artinya suatu kelompok telah mengalami kemajuan jauh kedepan, sementara yang lainnya masih ketinggalan zaman.16 Misalnya dengan media kompas, yang jarumnya sangat mudah bergeser jika disekelilingnya ada medan magnet (besi, HP, dan sebagainya). Sehingga apabila melenceng bebarapa derajat saja akan mengakibatkan ke-melenecngan beberapa kilometer dari arah ka bah. Maka sangat pentinglah menentukan arah kiblat agar pada waktu sholat dapat memberikan keyakinan secara ainul yaqin bahwa kita benar-benar menghadap kiblat (ka bah). Dalam khazanah ilmu falak sebagai bagian dari astronomi yang terkait dengan ibadah umat Islam, penentuan arah kiblat menjadi hal penting untuk didalami. Banyak penelitian yang mencoba mengkaji ketelitian arah kiblat yang bisa didapatkan baik melalui teori atau rumus yang digunakan maupun metode 12 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Lazuardi, Yogyakarta, 2001, hlm. 49 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktik, Buana Pustaka, Yogyakarta,2004,hlm. 49. 14 Ahmad Izzudin, Op.Cit., hlm. 137-138 15 Susiknan Azhari, Ilmu Falak Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern, cet II, Suara Muhammadiyah, Yogyakata, 2007, hlm. 43-44 16 Susiknan Azhari, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern). Suara Muhammadiyah, cet.ii. Yogyakarta, 2007, hlm. 44 13

5 yang diaplikasikan dalam penentuan arah kiblat tersebut. Demikian pula dengan kesalahan yang kan ditimbulkan bla sudut arah kibat yang didapatkan bergeser beberapa derajat. Salah satu kebutuhan inilah penulis ingin menerapkan pada beberapa masjid di desa Sendang Kalinyamatan Jepara yakni Masjid An Nur 1, masjid At Taqwa dan Masjid An Nur 2. Dari berbagai persoalan arah kiblat yang telah diuraikan diatas tentang pentingnya arah kiblat dalam melaksanakan ibadah sholat, maka penulis berharap dapat melakukan penelitian untuk pengecekan arah kiblat masjid desa Sendang Kalinyamatan Jepara. B. Fokus Penelitian Karena terlalu luasnya permasalahan, maka dalam penelitian diperlukan pemfokusan masalah. Dengan tujuan agar dalam pelaksanaan penelitian ini tidak melebar jauh pada obyek obyek yang tidak relevan. Batasan ini merupakan penjelasan terhadap ketetapan ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin memfokuskan penelitian yang terkait tentang Analisis Akurasi Arah Kiblat Masjid di Desa Sendang dan bagaimana dampak sosiologis dan yuridis akurasi arah kiblat pasca pengecekan arah kiblat masjid di Desa Sendang. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana akurasi arah kiblat Masjid desa Sendang Kalinyamatan Jepara? 2. Bagaimana dampak Sosiologis terhadap akurasi arah kiblat masjid desa Sendang Kalinyamatan Jepara pasca pengukuran? 3. Bagaimana dampak Yuridis terhadap akurasi arah kiblat masjid desa sendang pasca pengukuran?

6 D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana akurasi arah kiblat masjid Desa Sendang Kalinyamatan Jepara saat ini. 2. Untuk mengetahui bagaimana dampak sosiologis terhadap arah kiblat Masjid Sendang pasca pengukuran. 3. Untuk mengetahui bagaimana dampak yuridis terhadap arah kiblat Masjid Sendang pasca pengukuran. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, a. Menambah wawasan keilmuan tentang masalah yang berhubungan dengan arah kiblat b. memberikan kontribusi pemikiran sebagai bahan pelengkap dan penyempurna bagi studi selanjutnya, khususnya mengenai akurasi arah kiblat. 2. Secara praktis Menambah khasanah pengetahuan masyarakat terhadap penentuan arah kiblat khususnya di masjid desa Sendang Kalinyamatan Jepara F. Sistematika Penulisan Skripsi Secara garis besar skripsi ini terdiri atas tiga bagian, yakni : 1. Bagian Muka Pada bagian ini terdiri dari halamn sampul, halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaaman penegsahan, halaman pernyataan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, abstrak dan daftar isi.

7 2. Bagian Isi terdiri dari : Bab I :Pendahuluan Bab ini memuat maslaah pendahuluan yang terdiri dari, latar belakang masalah, fokus penelitian, perumusan maslah, tujuan penelitian, kegunaan atau manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Kajian Pustaka Meliputi definisi kiblat, dasar Hukum Menghadap Kiblat, Sejarah Kiblat, Menghadap Kiblat Menurut Ulama Fiqih, Meluruskan Arah Kiblat Menurut Ilmu Falak, Metode Hisab Arah Kiblat, Metode Alternatif Penentuan Arah Kiblat, Software Arah Kiblat dan Penelitian Terdahulu. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, yang berisikan tentang jenis dan pendekatan penelitian, tempat penelitian, instrumen penelitian, subyek dan obyek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV : Hasil Analisis dan Pembahasan Analisis ini berkaitan dengan Akurasi Arah Kiblat Masjid di Desa Sendang Kalinyamatan Jepara dan respon masyarakat desa Sendang pasca Pengecekan Arah kiblat masjid di desa Sendang. Bab V : Penutup Yang terdiri atas : Kesimpulan, Saran Saran dan Penutup. 3. Bagian Ahir Pada bagian Ahir ini terdiri dari : daftar pustaka, daftar lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis