PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

WALIKOTA TASIKMALAYA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 42 TAHUN 1992 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2001 KEPUTUSAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 7 TAHUN 2001 TENTANG

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

WALIKOTA TASIKMALAYA

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM SESUAI RPJMD BESERTA PERMASALAHAN DAN SOLUSI

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

Tabel 2.1 Rekapitulasi Hasil Renja SKPD sampai dengan Triwulan II Tahun 2015 Dinas Pertanian Kabupaten Lebak

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

.000 WALIKOTA BANJARBARU

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 40 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 117 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA TETAP 2014 DAN ANGKA RAMALAN I 2015)

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 5 TAHUN 2011 T E N T A N G DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

29 Januari LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN /D

Realisasi Kinerja Program dan kerangka pendanaan Tahun Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menunjang keberhasilan program peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan peningkatan kesejahteraan petani di Kota Tasikmalaya, maka perlu dilaksanakan intensifikasi tanaman pangan dan perkebunan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a tersebut di atas, maka perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Tahun 2008; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3656); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tasikmalaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4117); 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 7. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 20/Kpts/OT.210/ 10/1997 tentang Pedoman Usaha Kemitraan; 10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 93/Kpts/OT.210/ 3/1997 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani/ Nelayan; 11. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 65 Tahun 2007 tentang Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Tahun 2008 (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 Nomor 68); 12. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Kota Tasikmalaya (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2003 Nomor 15); 13. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 8 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2004 Nomor 39); 14. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 17 Tahun 2004 tentang Irigasi (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2004 Nomor 48); 15. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 3 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Tasikmalaya (Lembaran Daerah Kota Tasikmalaya Tahun 2008 Nomor 83); M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kota Tasikmalaya. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah.

3. Walikota adalah Walikota Tasikmalaya. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi pertanian dan perkebunan. 5. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Kepala SKPD adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang membidangi pertanian dan perkebunan. 6. Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan adalah gerakan bersama oleh berbagai pihak terkait untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi melalui penerapan teknologi usahatani sesuai dengan anjuran, yang dalam pelaksanaannya disinergikan dengan penanganan sub sistem agro input, sub sistem pengolahan hasil dan sub sistem pemasaran produknya. 7. Agribisnis adalah suatu kegiatan terpadu dan sinergis dari mulai penerapan sub sistem agro input, sub sistem budidaya, sub sistem pengolahan hasil sampai pada sub sistem pemasaran produknya. 8. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga yang tercermin melalui tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. 9. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yang selanjutnya disebut KUKM adalah Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya. 10. Perusahaan adalah Perusahaan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan Swasta yang bergerak di bidang pengadaan dan penyaluran benih/ bibit pertanian tanaman pangan dan atau perkebunan. 11. Bank Pelaksana yang selanjutnya disebut Bank adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah, PT. Bank Jabar, Bank Bukopin, Bank Danamon dan/atau Bank Negara Indonesia (BNI). 12. Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian, yang selanjutnya disebut UPJA, adalah Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian di Kota Tasikmalaya. 13. Peningkatan Mutu Intensifikasi Pertanian yang selanjutnya disebut PMI adalah Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas melalui perbaikan usahatani di Kota Tasikmalaya. 14. Perluasan Areal Tanam yang selanjutnya disebut PAT adalah Upaya Peningkatan Produksi melalui Penambahan Areal Tanam baik pada lahan sawah bukaan baru maupun di lahan sawah lama melalui peningkatan Indek Pertanaman (IP). 15. Program Pengembangan Pertanian Terpadu yang selanjutnya disebut P3T adalah Upaya Peningkatan Produksi, Produktivitas maupun Pendapatan Petani melalui Pengelolaan Pertanian secara Terpadu dengan Ternak.

16. Pola Kemitraan adalah pola kerjasama usaha yang saling menguntungkan dan saling menguatkan secara berkesinambungan antara KUKM, perusahaan BUMN/BUMD/Swasta atau pihak lainnya dengan kelompok tani. 17. Sub Terminal Agribisnis adalah tempat penampungan dan penanganan produksi pasca panen yang dihasilkan langsung oleh petani, khususnya komoditas pertanian tanaman pangan dan perkebunan sehingga dihasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang sesuai. 18. Terminal Agribisnis adalah tempat transaksi pelaku usaha dan pengemasan produk komoditas pertanian untuk tujuan pemasaran lokal maupun ekspor. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud dan tujuan dilaksanakannya intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan tahun 2008 adalah : a. meningkatkan gerakan penyuluhan dan bimbingan teknis kepada kelompok tani oleh pihak terkait, terutama oleh aparat Fungsional Penyuluh Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan serta Penyuluh Swakarsa; b. meningkatkan produktivitas dan kualitas produksi komoditi pertanian tanaman pangan dan perkebunan; c. mengupayakan kelancaran penyaluran bibit/ benih, sarana produksi dan permodalan usaha pertanian tanaman pangan dan perkebunan; d. mengupayakan kelancaran pengolahan dan pemasaran hasil; e. meningkatkan ketahanan pangan masyarakat; f. meningkatkan pendapatan masyarakat tani. (2) Tujuan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan adalah untuk mendukung keberhasilan program ketahanan pangan dan program pengembangan agribisnis. BAB III RUANG LINGKUP Pasal 3 (1) Ruang lingkup Peraturan Walikota ini adalah mengatur hal-hal yang berkaitan dengan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan di daerah, yang meliputi : a. sasaran; b. pokok-pokok kebijakan; c. pelaksanaan intensifikasi;

d. pengolahan dan pemasaran hasil; e. pembiayaan; f. evaluasi dan pelaporan; dan g. pembinaan, pengawasan serta pengendalian. (2) Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang dimaksud dalam Peraturan Walikota ini meliputi : a. pertanian tanaman pangan terdiri dari komoditi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ketela pohon, ketela rambat, tomat, alpukat, durian, mangga, pepaya, pisang dan rambutan; b. perkebunan terdiri dari komoditi kakao dan kelapa. BAB IV SASARAN Pasal 4 (1) Sasaran areal tanam intensifikasi tanaman pangan adalah sebagai berikut : a. padi (sawah dan ladang) : 13.130 hektar; b. jagung : 160 hektar; c. kedelai : 40 hektar; d. kacang tanah : 215 hektar; e. ketela pohon : 451 hektar; f. ketela rambat : 75 hektar; g. tomat : 3 hektar. (2) Sasaran produksi intensifikasi pertanian tanaman pangan adalah sebagai berikut : a. padi (Sawah dan ladang) : 72.850 ton; b. jagung : 510 ton; c. kedelai : 45 ton; d. kacang tanah : 274 ton; e. ketela pohon : 5.552 ton; f. ketela rambat : 969 ton; g. tomat : 41 ton; h. alpukat : 50 ton; i. durian : 15 ton; j. mangga : 100 ton; k. pepaya : 65 ton; l. pisang : 500 ton; m.rambutan : 100 ton.

Pasal 5 (1) Sasaran areal tanam dalam rangka pelaksanaan Intensifikasi Perkebunan adalah sebagai berikut : a. Kelapa : 40 Ha b. Kakao : 40 Ha (2) Sasaran produksi dalam rangka pelaksanaan Intensifikasi Perkebunan adalah sebagai berikut : a. Kelapa : 20 Ton b. Kakao : 120 Ton Pasal 6 Rincian sasaran areal tanam, luas panen, produktivitas, produksi, kebutuhan benih dan kebutuhan pupuk dalam rangka pelaksanaan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. BAB V POKOK-P0KOK KEBIJAKSANAAN Pasal 7 (1) Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan dilaksanakan pada seluruh kecamatan sesuai dengan potensinya masing-masing. (2) Pelaksanaan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan kegiatan masyarakat pertanian secara menyeluruh dengan mendapat penyuluhan dan bimbingan teknis dari semua pihak terkait. Pasal 8 (1) Permodalan usaha untuk keperluan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan dapat bersumber dari kredit perbankan, bantuan pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Daerah, perusahaan dan/atau swadaya masyarakat. (2) Dalam hal masyarakat membutuhkan fasilitas kredit untuk menunjang keberhasilan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan, Bank Pelaksana menyalurkan kredit sesuai dengan kebutuhan para Petani. (3) Fasilitas kredit yang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa fasilitas kredit yang secara khusus diprogramkan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Daerah dan/atau fasilitas kredit lainnya atas prakarsa Bank Pelaksana.

Pasal 9 Intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. menunjang dan sejalan dengan program gerakan rehabilitasi lahan kritis; b. kaidah konservasi dan lingkungan serta mengembangkan sentra-sentra produksi; c. pengembangan pola kemitraan antara KUKM, perusahaan dan/atau pihak lainnya dengan kelompok tani. Pasal 10 (1) Pengadaan dan penyaluran benih/bibit untuk keperluan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan, dilaksanakan oleh penangkar benih/bibit dan/atau perusahaan. (2) Pengadaan dan penyaluran pupuk, serta sarana produksi lainnya untuk keperluan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan, dilaksanakan oleh produsen, distributor dan/atau pengecer resmi. Pasal 11 Pengadaan dan penyaluran sarana produksi untuk keperluan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : a. tepat jumlah; b. tepat jenis; c. tepat kualitas; d. tepat waktu; e. tepat harga; dan f. tepat di tempat sesuai dengan jadwal penggunaannya. Pasal 12 (1) Pengembangan penggunaan alat dan mesin pertanian untuk keperluan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan melalui pola pelayanan jasa alat dan mesin pertanian yang pengadaannya dari Pemerintah, diarahkan pengelolaannya oleh UPJA. (2) Pembinaan dan bimbingan teknis terhadap pengelolaan alat dan mesin pertanian ditangani secara langsung oleh SKPD dengan melibatkan Asosiasi UPJA dan pihak swasta sebagai mitra usaha. Pasal 13 Koperasi Unit Desa (KUD), Koperasi Pertanian (KOPTAN), UPJA, Perusahaan Penggilingan Padi/Beras, Kontak Tani/Nelayan Andalan (KTNA), Kelompok Tani, Perkumpulan Petani Pemakai Air

(P3A) Mitra Cai, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Tokoh Masyarakat, berperan aktif dalam menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan secara berkesinambungan. BAB VI PELAKSANAAN INTENSIFIKASI PERTANIAN Bagian Kesatu Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan Pasal 14 Peserta Intensifikasi Pertanian Tanaman Pangan adalah : a. petani yang melaksanakan kegiatan usaha tani padi, palawija dan hortikultura, baik perorangan maupun kelompok; b. KUKM atau perusahaan lainnya yang bergerak di bidang pertanian tanaman pangan, baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai mitra usaha petani/kelompok tani. Pasal 15 (1) Intensifikasi pertanian tanaman pangan dilaksanakan melalui pola PMI, PAT, P3T, PTT dan Pola Kemitraan. (2) Petani perorangan atau kelompok tani yang tidak mengembangkan Pola PMI, PAT, P3T, PTT dan pola kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberi kesempatan untuk melaksanakan intensifikasi pertanian tanaman pangan dengan pola selain yang diatur dalam Peraturan Walikota ini. Pasal 16 (1) Dalam rangka peningkatan produktivitas dan kualitas produksi pertanian tanaman pangan, maka harus diterapkan paket teknologi usahatani sebagai berikut : a. pengolahan tanah yang optimal; b. penggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat; c. penggunaan jarak tanam yang optimal; d. pemupukan yang berimbang; e. penggunaan pupuk pelengkap cair; f. pergiliran varietas; g. pengaturan pola tanam untuk memutus siklus hama penyakit; h. pataguna air di tingkat usahatani; i. pengendalian hama/penyakit terpadu; dan j. penanganan panen dan pasca panen. (2) Dalam rangka peningkatan produktivitas dan kualitas produksi padi melalui pola PMI, PTT dan P3T, kepada petani dianjurkan untuk menerapkan teknologi usahatani sebagai berikut :

a. penggunaan varietas unggul baru; b. benih berlabel biru; c. tanam benih muda; d. tanam tunggal; e. efisiensi pemupukan (menggunakan Bagan Warna Daun); f. penggunaan peta status unsur hara Posfat dan Kalium; g. penggunaan pupuk organik; h. pengendalian Hama Terpadu (PHT); i. pemberian air secara intermiten (terputus-putus); dan j. cara tanam legowo. Bagian Kedua Intensifikasi Perkebunan Pasal 17 Peserta intensifikasi perkebunan adalah : a. Petani yang melaksanakan kegiatan usahatani komoditi perkebunan, baik perorangan maupun kelompok; b. KUKM dan Perusahaan, baik sebagai pelaku usaha maupun sebagai mitra usaha petani/kelompok tani. Pasal 18 (1) Intensifikasi perkebunan dilaksanakan melalui pola PMI, pola PAT Perkebunan dan pola kemitraan usaha. (2) Petani perorangan atau kelompok tani yang tidak mengembangkan pola sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberi kesempatan untuk melaksanakan intensifikasi perkebunan dengan pola selain yang diatur dalam Peraturan Walikota ini. Pasal 19 Dalam rangka peningkatan produktivitas dan kualitas produksi perkebunan, maka harus diterapkan paket teknologi usahatani sebagai berikut : a. pengolahan tanah yang optimal; b. penggunaan benih unggul bermutu/bersertifikat; c. pengaturan jarak tanam yang optimal; d. pemupukan berimbang; e. pengaturan pola tanam dan pergiliran varietas (untuk tanaman semusim); f. tataguna air di tingkat petani; g. pengendalian hama/penyakit terpadu; h. penanganan panen dan pasca panen; dan i. perbaikan pengolahan hasil.

BAB VII PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL Pasal 20 Dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani diupayakan peningkatan kualitas produksi dan pengembangan industri pengolahan serta penanganan pemasaran hasilnya. Pasal 21 Pemerintah Daerah mengupayakan kelancaran dan keberhasilan pengembangan industri pengolahan dan pemasaran produk pertanian tanaman pangan dan perkebunan. Pasal 22 Pemasaran produk pertanian tanaman pangan dan perkebunan dilakukan melalui pasar-pasar tradisional, pasar swalayan, pengembangan Sub Terminal Agribisnis dan/atau Terminal Agribisnis, serta mengembangkan perdagangan antar pulau dan ekspor ke pasar internasional. Pasal 23 KUKM dan Perusahaan berperan secara aktif dalam mengembangkan industri pengolahan hasil dan pemasaran produk pertanian tanaman pangan dan perkebunan. BAB VIII PEMBIAYAAN Pasal 24 Pembiayaan dalam rangka pembinaan, penyuluhan, bimbingan teknis dan pengendalian serta pelaporan dalam rangka pelaksanaan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan, dapat bersumber dari APBD serta sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB IX EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 25 Kepala SKPD melakukan evaluasi dan melaporkan perkembangan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan kepada Walikota secara periodik pada setiap akhir bulan atau sewaktuwaktu apabila dipandang perlu. Pasal 26 Laporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 25, sekurangkurangnya memuat hal sebagai berikut :

a. realisasi kegiatan sesuai rencana; b. realisasi penggunaan dana sesuai alokasi; c. permasalahan dan upaya pemecahannya; dan d. rencana tindak lanjut. BAB X PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 27 Untuk kelancaran dan keberhasilan intensifikasi pertanian tanaman pangan dan perkebunan, SKPD melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian secara terpadu dan berkesinambungan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Walikota ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan oleh Kepala SKPD sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Pasal 29 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tasikmalaya Ditetapkan di Tasikmalaya pada tanggal 26 Februari 2006 WALIKOTA TASIKMALAYA, Ttd. Diundangkan di Tasikmalaya pada tanggal 27 Februari 2008 SEKRETARIS DAERAH KOTA TASIKMALAYA, H. SYARIF HIDAYAT Ttd. H. ENDANG SUHENDAR BERITA DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2008 NOMOR 189 C