BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah

Kata kunci: disabilitas intelektual, Program Pembelajaran Individual (PPI), status kebersihan gigi dan mulut

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyangga gigi dan karies gigi (Anonim, 2004). Salah satu penyebab terjadinya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU D ALAM MENYUSUN PROGRAM PEMBELAJARAN IND IVIDUAL DI SLB AD ITYA GRAHITA KOTA BAND UNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. American Health Association mendefinisikan bahwa anak-anak. kerja, atau melakukan hal-hal yang anak-anak lain diusia yang sama bisa

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga kesehatan gigi mempunyai manfaat yang besar dalam menunjang. kesehatan dan penampilan, namun masih banyak orang yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rongga mulut. Hampir semua negara memiliki permasalahan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Asri Atyanta*, Farichah Hanum**,Musri Amurwaningsih***

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Penelitian untuk mengetahui perbedaan status kebersihan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan upaya kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 7% dari total jumlah anak usia 0-18 tahun.

BAB 2 DESKRIPSI SIKAT GIGI ELEKTRIK. Secara umum sikat gigi elektrik telah dikenal lebih efektif dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke-6 yang dikeluhkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karbohidrat pada plak yang menempel di permukaan gigi. Plak merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. periodontitis. Terdapat 2 faktor utama penyakit periodontal, yaitu plaque-induced

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di samping penyakit gigi dan mulut lainnya. Hasil survei penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

GAMBARAN STATUS KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK TUNAGRAHITA USIA TAHUN DI SLB NEGERI WIDIASIH KECAMATAN PARI KABUPATEN PANGANDARAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mendapatkan perawatan ortodonsi. Keteraturan dan pembersihan plak yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok anak yang mengalami keterbatasan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional, kondisi karakteristik seperti ini berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun 2011). Karakteristik anak berkebutuhan khusus sangat unik berbeda dengan kelompok anak pada umumnya sehingga berdampak pada kebutuhan pelayanan yang didapatkan. Pemberian pelayanan khusus pada kelompok ini bertujuan agar anak mendapatkan kesempatan berkembang sesuai kondisi fisik, mental dan potensi masing-masing (Kemenkes RI, 2010). Berlandaskan Pasal 7 Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, menyebutkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pelayanan khusus yang bertujuan untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sesuai batas kemampuan serta kesanggupan anak yang bersangkutan. Program Pembelajaran Individual (PPI) merupakan pendekatan pelayanan khusus dalam pembelajaran anak DI (Wantah, 2007). Program ini menawarkan cara dalam proses pembelajaran siswa yang sesuai kondisi dan motivasi masingmasing siswa didik (Rochyadi dan Alimin, 2005). Menurut Delphie (2006) PPI diarahkan pada hasil akhir capaian pembelajaran yang berupa kemandirian tiap siswa dalam melakukan setiap tugas.

2 Disabilitas intelektual (DI) dulu disebut dengan istilah tunagrahita atau retardasi mental, merupakan salah satu pengkategorian kelompok anak berkebutuhan khusus. Anak DI merupakan anak yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata (Wantah, 2007). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) tahun 2012 disabilitas intelektual merupakan suatu gangguan selama periode perkembangan, ditandai dengan defisit fungsi intelektual, adaptif, sosial dan praktis. Anak DI dengan kategori sedang memiliki IQ berkisar 36-51 hasil skala Binet (Smart, 2010). Hasil penelitian Mahmudah (2004) menyebutkan bahwa pada kelompok anak DI sedang memiliki permasalahan kemampuan perawatan diri yang lebih rendah dibandingkan kelompok ringan, kondisi ini disebabkan karena kelemahan motorik halus dan kondisi otot-otot tangan yang kaku. Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 menyebutkan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia sekitar 0,7% dari total jumlah penduduk sebesar 211.428.572 atau sebanyak 1.480.000 jiwa. Tahun 2007 survei yang dilakukan oleh Pusat Data dan Informasi Departemen Sosial menyebutkan bahwa jumlah populasi anak berkebutuhan khusus yaitu sekitar 3,11% dari total penduduk Indonesia (Kemenkes RI, 2010). Data-data tersebut memberikan gambaran adanya peningkatan jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia dari tahun ke tahun. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SLB wilayah Kota Yogyakarta pada 190 anak DI sedang, didapatkan gambaran status kebersihan gigi dan mulut 92% pada kategori sedang, rerata status karies gigi permanen yaitu 6,28 termasuk

3 kategori tinggi berdasarkan kategori WHO tahun 1986, status jaringan periodontal didapatkan tiap individu rata-rata 3 sextan terdapat karang gigi. Gambaran keterampilan cara menggosok gigi anak DI ringan dan sedang, didapatkan kelompok sedang lebih rendah keterampilannya dibandingkan kelompok ringan. Menurut Shyama dkk.(2000) kelompok anak DI memiliki kebutuhan perawatan gigi dan mulut lebih besar dibandingkan dengan anak normal pada umumnya, sebagian besar memiliki permasalahan pada rendahnya status kebersihan gigi dan mulut dan tingginya penyakit periodontal. Carranza (2006) menyebutkan bahwa penyebab utama penyakit periodontal yaitu adanya penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi. Produk dari bakteri tersebut dapat menyebabkan kerusakan jaringan epitel dan jaringan ikat serta sel-sel yang didalamnya. McCracken dkk. (2003) menyebutkan plak merupakan suatu akumulasi dari bakteri dan matrik interseluler yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi serta struktur oral lainnya. Menurut Gehrig dan Willmann (2008) plak secara klinis merupakan suatu lapisan tipis yang berwarna kuning ke abuabuan melekat erat pada permukaan jaringan keras gigi, restorasi maupun alat prostetik. Alat yang berkerja secara mekanis berfungsi untuk menghilangkan plak mikrobial dan mencegah perlekatan plak pada gigi dan gusi yaitu sikat gigi (Sriyono, 2007). Sikat gigi sebagai alat yang digunakan untuk menggosok gigi, kegiatan ini merupakan cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan plak gigi (Apiou dkk, 1994).

4 Menggosok gigi merupakan salah satu bahasan materi pokok pembelajaran bina diri di SLB (Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Tujuan pembelajaran bina diri atau merawat diri yaitu siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap dan kebiasaan mengurus kebutuhan dasar secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain atau pengasuh (Departemen Pendidikan Nasional, 2007). Menurut Yusuf (2003) target kemandirian pada kelompok DI harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki anak tersebut. Karakteristik yang berbeda-beda pada anak DI menjadi suatu kendala besar dalam proses pembelajaran dikelas, kondisi ini berdampak pada capaian tujuan pembelajaran. Rochyadi dan Alimin (2005) menyebutkan pelayanan pembelajaran kelompok DI tidak didasarkan semata-mata pada angka Intelligence Quotient (IQ) melainkan juga pertimbangan dari sisi kemampuan, masalah dan kebutuhan nyata dari kondisi yang dihadapi anak DI. Alasan ini menjadi dasar dibutuhkannya pendekatan pembelajaran yang lebih spesifik pada kelompok DI, khususnya dalam melatih keterampilan bina diri khususnya kegiatan menggosok gigi. Perkembangan anak DI dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti keluarga (ayah, ibu, saudara kandung), kawan-kawan bermain, masyarakat sekitarnya (Sobur, 2009). Menurut Ramawati (2011) keterlibatan orang tua mempengaruhi kemampuan pelihara diri anak DI. Orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam pendidikan anak yaitu sebagai role model, penuntun, pengajar dan pemberi contoh. Mahmudah (2008) menyebutkan bahwa orang tua memegang peran penting dalam mengoptimalkan kemampuan bina diri pada anak DI.

5 SLB Negeri Pembina Yogyakarta yang terletak di Desa Giwangan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan yang menangani anak berkebutuhan khusus pada kelompok anak tunagrahita atau anak DI. Adapun visinya yaitu terwujudnya pendidikan dan layanan anak berkebutuhan khusus secara profesional, mandiri, beriman dan bertaqwa. Hasil observasi dilapangan pembelajaran di SLB Negeri Yogyakarta rata-rata tiap satu guru menangani 3-5 siswa didik dalam satu kelas, pendekatan pembelajaran yang dilakukan beberapa sudah secara individual. Hasil wawancara dengan guru disebutkan bahwa tujuan pembelajaran kelompok anak DI sering terhambat karena kurangnya dukungan dari pihak orang tua, sebagian anak hanya dipasrahkan oleh pengasuh. Selain itu beberapa guru tidak tahu tehnik melatih cara menggosok gigi pada anak berkebutuhan khusus dan guru sebelumnya belum pernah mendapatkan pelatihan tentang cara pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus. Wawancara dilakukan juga pada beberapa tenaga kesehatan gigi khususnya perawat gigi di wilayah Puskesmas Kota Yogyakarta, didapatkan bahwa beberapa perawat gigi tidak tahu tehnik melatih cara menggosok gigi pada anak berkebutuhan khusus. Kondisi permasalahan di lapangan tersebut yang menguatkan peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh pelatihan cara menggosok gigi melalui pendekatan Program Pembelajaran Individual (PPI) terhadap keterampilan cara menggosok gigi serta status kebersihan gigi dan mulut pada anak disabilitas intelektual sedang. Anak DI sedang sebagai sasaran dalam penelitian ini, hal ini berdasarkan hasil studi pendahuluan yang menyatakan bahwa kelompok DI

6 sedang memiliki kemampuan keterampilan menggosok gigi lebih rendah dibandingkan kelompok ringan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang didapatkan, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah pelatihan cara menggosok gigi melalui pendekatan program pembelajaran individual (PPI) berpengaruh terhadap keterampilan cara menggosok gigi serta status kebersihan gigi dan mulut pada anak disabilitas intelektual sedang? C. Keaslian Penelitian Penelitian ini sepengetahuan peneliti sebelumnya belum pernah dilakukan, adapun penelitiaan yang serupa yaitu dari Shyama dkk.(2003) meneliti tentang pengaruh pelatihan menggosok gigi dan program edukasi kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program supervisi menggosok gigi dan pendidikan kesehatan gigi yang diberikan pada anak Down syndrome, sangat efektif mengurangi skor plak dan skor nilai kejadian gingivitis. Perbedaan penelitian ini dengan Shyama dkk. (2003) adalah pada subyek penelitian, lokasi, variabel, analisa penelitian yang digunakan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu ingin mengetahui pengaruh pelatihan cara menggosok gigi dalam meningkatkan keterampilan cara menggosok gigi serta status kebersihan gigi dan mulut dengan pendekatan Program Pembelajaran

7 Individual (PPI), sasaran penelitian pada anak DI sedang, lokasi penelitian yaitu wilayah Yogyakarta, analisa penelitian yang digunakan yaitu analisa subyek tunggal. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pelatihan cara menggosok gigi melalui pendekatan Program Pembelajaran Individual (PPI) terhadap keterampilan cara menggosok gigi dan status kebersihan gigi dan mulut anak disabilitas intelektual sedang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan cara menggosok gigi melalui pendekatan Program Pembelajaran Individual (PPI) terhadap keterampilan cara menggosok gigi dan status kebersihan gigi dan mulut anak DI sedang. b. Untuk mengetahui pengaruh peran orang tua terhadap keterampilan cara menggosok gigi dan status kebersihan gigi dan mulut anak DI sedang. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi akademisi, pemangku kebijakan dan masyarakat pada umumnya. Secara spesifik dan terperinci manfaat yang didapatkan oleh berbagai pihak adalah sebagai berikut :

8 1. Bagi Akademisi Diharapkam dapat digunakan sebagai bahan acuan referensi yang berkaitan dengan promosi kesehatan gigi pada anak DI, serta supaya dapat dikembangkan oleh peneliti selanjutnya. 2. Bagi Guru Sekolah Luar Biasa Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru di SLB khususnya tentang cara melatih menggosok gigi pada anak DI. 3. Bagi Orang tua dan Masyarakat Diharapkan hasil penelitian ini menjadi bahan masukan bagi orang tua dan masyarakat, supaya lebih peduli dalam melatih anak DI melakukan kegiatan upaya pelihara diri kesehatan gigi dan mulut. 4. Bagi Peneliti Menambah wawasan ilmu dan pengetahuan di bidang kesehatan gigi dan mulut khususnya pada anak berkebutuhan khusus.