UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. luas. Susunan bunyi atau nada yang tercipta dalam suatu karya musik mempunyai

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. instrumen drumset. Hasil dari proses aplikasi tersebut, menciptakan tiga bentuk karya

BAB I PENDAHULUAN. Theodor & Hanns Eisler. Composing For The Films (New York: Oxford University Press, 1947), 40.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

PUSAT SENI DAN KERAJINAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan berbagai jenis alat musik sebagai satu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB I PENDAHULUAN. GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK dan TARI KONTEMPORER di. SURAKARTA dengan PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia memiliki berbagai jenis atraksi. Setiap daerah

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. M. Soeharto, Kamus Musik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992), 86. 2

BAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MUSIK BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Musik Minimalis merupakan salah satu seni kontemporer yang ada pada

BAB IV PENUTUP. Kesimpulan yang dapat disampaikan dalam penulisan ini adalah menjawab

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

TUGAS AKHIR Program Studi S-1 Seni Musik. Oleh : Henry Yuda Oktadus NIM

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. agama dan lain lain. Bila hal tersebut dikaji lebih jauh, akan mengandung ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

ANALISIS STRUKTUR DAN TEKNIK PERMAINAN PIANO CONCERTO POUR LA MAIN GAUCHE EN RE MAJEUR KARYA MAURICE RAVEL RINGKASAN SKRIPSI

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

Lampiran INSTRUMEN PENELITIAN PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

GEDUNG WAYANG ORANG DI SOLO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SURAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN

BAB I PENDAHULUAN. realitas yang tumbuh, serta berkembang di dalam masyarakat, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Dan PropinsiJawa Tengah (Yogyakarta: DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan, ),48

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kita sadari bahwa tidak semua anak di dunia ini dilahirkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 PERTUNJUKAN TARI GENDING SRIWIJAYA BAGI MASYARAKAT PERANTAU ASAL PALEMBANG DI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Artwork Mini Album Hahawal,

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Oxford University, 1997), Dieter Mack, Apresiasi Musik Musik Populer (Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Peta Wisata Kabupaten Sleman Sumber : diakses Maret Diakses tanggal 7 Maret 2013, 15.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.? 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PENUTUP. Karya ini memiliki rangsangan dari konsep tiga yang berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pesatnya perkembangan Gong Kebyar di Bali, hampir-hampir di setiap Desa atau

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB II DESKRIPSI TOKOH

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. panorama alam, keberadaan seniman, kebudayaan, adat-istiadat dan sifat religius

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian, gagasan, tujuan, proses pembentukan, dan analisis frekuensi nadanya,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

WISATA EDUKASI-EKONOMI BERBASIS SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL BALI. Abstrak

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yaitu proses atau urutan langkah-langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. kanji di Jepang. Manga pertama diketahui dibuat oleh Suzuki Kankei tahun 1771

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini Tiongkok merupakan pasar wisatawan asing terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN Fenomena

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

Transkripsi:

Penelitian Percepatan S-2 PERAN SENIMAN SERBA BISA WALTER SPIES DALAM PERKEMBANGAN SENI MUSIK BARAT DI YOGYAKARTA (SEBUAH BIOGRAFI) Disusun oleh: Yunike Juniarti Fitria, S. Pd FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii I. PENGANTAR... 1 II. LANDASAN TEORI DAN CARA PENELITIAN... 2 III. LATAR BELAKANG... 4 IV. HASIL PENELITIAN... 6 V. KESIMPULAN... 8 KEPUSTAKAAN... 11

I. Pengantar Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan seni dan budaya. Kekayaan seni dan budaya Indonesia saat ini merupakan perkembangan dari seni dan budaya asal Indonesia baik yang asli maupun yang telah mendapat pengaruh dari kebudayaan luar seperti India, Cina, Arab dan Barat (Eropa), yang tidak dapat dipungkiri telah banyak mempengaruhi dan semakin memperkaya seni dan budaya Indonesia. 1 Dalam periode yang panjang, melalui berbagai cara kebudayaan dari luar telah mempengaruhi dan masuk dalam kebudayaan Indonesia, dan sebaliknya kebudayaan Indonesia juga memberikan pengaruh dan inspirasi bagi bangsa asing. Seniman-seniman Barat khususnya para musikus menganggap tangga nada pentatonis yang merupakan kebudayaan Indonesia sungguh menarik, misterius dan memukau, hingga memberikan inspirasi dalam karya-karya mereka. 2 Tampaknya kekayaan budaya Indonesia cukup menarik hati para seniman asing sehingga memberi pengaruh dalam karya mereka, termasuk di antaranya ialah Walter Spies. Walter Spies memiliki kisah hidup yang menarik, meskipun hidupnya berakhir tragis, namun kecintaan Spies pada budaya Indonesia tampak pada karya-karyanya. Spies membuat transkrip 1 R. M. Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), 5-7. 2 Colin McPhee, A House In Bali (London: Oxford University Press, 1979), 10.

gending gamelan ke dalam notasi musik Barat, 3 sungguh menarik dan perlu dikaji alasan mengapa Spies membuat karya piano dengan idiom pentatonis. Tujuan dari penelitian ini yakni diharapkan dapat diketahui serta diperoleh pemahaman mengenai tokoh Walter Spies berkaitan dengan kontribusinya dalam perkembangan seni di Indonesia khususnya di Yogyakarta dan Bali. Juga latar belakang penciptaan karya Walter Spies yang menggunakan idiom pentatonis. II. Landasan Teori dan Cara Penelitian Dalam penelitian ini dibutuhkan suatu landasan teori sebagai pijakan penggarapan. Landasan teori tersebut secara garis besar digolongkan menjadi tiga hal pokok. Pertama untuk mengamati riwayat kehidupan Walter Spies dan keterlibatannya dalam musik Barat di keraton Yogyakarta, serta perkembangan seni di Bali digunakan pendekatan sejarah; kedua untuk menganalisis bentuk musik, idiom musik, dan aliran musiknya akan digunakan pendekatan musikologis; sedangkan untuk memahami latar belakang mengapa Spies singgah dan tinggal di Indonesia, serta alasan di balik penciptaan karya musiknya yang menggunakan idiom gamelan, digunakan pendekatan semiotik. Dalam penelitian ini terdapat karya musik dari Walter Spies yang akan dianalisis, karya piano ini merupakan transkrip dari gamelan. Dalam karya musik ini Spies berusaha menonjolkan unsur-unsur yang 3 J. Kunst, Music in Java: Its History, Its Theory, and Its Technique (Netherlands: The Hague, 1973), 354.

merupakan kekhasan dari gamelan, yakni tangga nada pentatonis. Ini merupakan unsur musik yang berbeda dari musik Barat yang umumnya menggunakan tangga nada diatonis. Untuk memahami latar belakang mengapa Spies singgah dan tinggal di Indonesia, serta alasan di balik penciptaan karya musiknya yang menggunakan idiom gamelan, digunakan teori semiotik. Dalam penelitiaan ini dengan teori semiotika penulis berusaha untuk menguraikan makna yang terkandung dalam karya maupun kehidupan Walter Spies, latar belakang Walter Spies memutuskan untuk singgah dan menetap di Yogyakarta, juga latar belakang di balik penciptaan karya musiknya yang berjudul Bime Krode. Dengan demikian, penelitian ini juga bisa dilihat sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan multidisiplin. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan kajian literatur. Wawancara dalam penelitian ini merupakan data sekunder, karena wawancara dilakukan bukanlah dengan narasumber primer yang berhubungan langsung dengan Walter Spies semasa hidupnya, namun narasumber yang dapat penulis temui yakni Teguh, abdi dalem keraton yang mengetahui sejarah musik di keraton Yogyakarta (yang merupakan keturunan dari salah satu pemain dalam Korps Musik Kasultanan Yogyakarta), dan Waryadi, anak dari Raden Rio Suryowaditra yang selanjutnya memiliki gelar Raden Lurah Regimentsdochter II yang merupakan Kapel Meester/

pimpinan dari Korps Musik Kasultanan Yogyakarta di keraton Yogyakarta, serta beberapa narasumber lain yang memberikan informasi yang sangat membantu dalam penyusunan tesis ini. Sebagai penelitian kualitatif, sumber data yang digunakan, yaitu: (1) sumber tertulis; (2) sumber lisan; (3) peninggalan sejarah; dan (4) rekaman. 4 Metode penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data: (1) Kajian Literatur; (2) Observasi lapangan; dan (3) Wawancara dengan narasumber. III. Latar Belakang Walter Spies lahir di Moskow, Rusia, pada 15 September 1895, ayahnya adalah seorang Diplomat Jerman yang ketika itu ditempatkan di Rusia. Sebagai anak seorang pejabat Jerman, Spies memiliki peluang mendapatkan pendidikan yang bagus. 5 Spies dikirim untuk bersekolah di Dresden, Jerman, saat usianya 15 tahun, namun saat ia kembali ke Rusia untuk liburan musim panas, pecah Perang Dunia I tahun 1914. Ayah Spies ditangkap, dan ketika Spies mencapai usia militer pada tahun 1915 ia juga ditangkap oleh tentara Rusia dan dikirim ke sebuah kamp di Sterlitamak di Pegunungan Ural. Tahun-tahun kehidupan di Ural sungguh memberikan makna yang mendalam baginya. Di tempat 4 R. M. Soedarsono, Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 2001), 128. 5 R. M. Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata (Bandung, Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1999), 19.

ini, di antara kehidupan sederhana dari masyarakat Ural, Spies menemukan identitasnya sendiri. Peristiwa lain yang menentukan dalam karirnya adalah kunjungan ke Institut Koloniaal, sekarang Tropenmuseum (Tropical Museum) di Amsterdam, di mana ia melihat karya-karya seni Indonesia yang diimpor dari koloni Belanda dan menghubungkan mereka dalam pikirannya sendiri dengan tema alam dan konstruksi sedikit surealis dia telah menanam sejak pengasingan di Pegunungan Ural. 6 Spies kemudian memutuskan untuk meninggalkan Eropa dan berlayar ke Timur, yakni ke Hindia Belanda. Hingga akhirnya Spies tiba di Yogyakarta. Sehabis masa kontraknya sebagai pimpinan Korps musik keraton Yogyakarta, Spies pindah ke Bali. Di Bali Spies memperdalam eksplorasinya mengenai musik gamelan dan membuat karya piano yang merupakan transkrip dari musik gamelan. Di Indonesia khususnya Bali nama Walter Spies memiliki arti yang cukup khusus sebagai seniman serba bisa yang turut andil dalam perkembangan seni, tidak hanya seni musik namun juga dalam perkembangan seni rupa modern di Bali. 7 Kurang lebih 15 tahun lamanya (1927-1942), Spies hidup dan berkarya di Bali. Hingga akhir hayatnya Spies hidup di Bali, ia sangat mencintai kebudayaan, kesenian dan keindahan alam di sana. Pada 6 "Walter Spies" Ensiklopedia Biografi Dunia. 2007. Encyclopedia.com (3 April 2011). http://www.encyclopedia.com/doc/1g2-2699800159. html 7 Hans Rhodius and John Darling, Walter Spies and Balinese Art (Amsterdam: Tropical Museum, 1980), 75-77.

tahun 1940 pecah Perang Dunia II, dan semua orang Jerman yang ada di Hindia Belanda termasuk Spies ditangkap oleh pemerintah Belanda untuk dipindahkan ke Ceylon (Srilangka). Namun naas dalam perjalanan menuju Ceylon kapal yang ditumpangi para tahanan dihantam torpedo kapal perang Jepang dan tenggelam. 8 Dengan kepergiannya dunia kehilangan seorang pelukis hebat sekaligus seorang musikus dan ahli musik yang sangat berbakat. IV. Hasil Penelitian Dalam masa hidupnya, Walter Spies telah melewati berbagai macam hal, dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Meskipun pada masa kecilnya Spies dibesarkan di keluarga yang berada, namun kebebasan imaji dan kreatifitasnya dibatasi, sehingga ada sesuatu di dalam dirinya yang menanti untuk dibebaskan. Kunjungannya ke Koloniaal Instituut membuka cakrawala Spies dan membawa dirinya untuk pergi ke Timur, ke Hindia Belanda hingga sampailah ia di Yogyakarta. Di Yogyakarta Spies langsung terpikat oleh musik Jawa (gamelan), dan secara kebetulan Spies diminta Sri Sultan Yogyakarta untuk memimpin Korps musik di keraton Yogyakarta. Spies tinggal di Yogyakarta selama empat tahun (1923-1927). Korps musik keraton yang semula kurang bermutu diubahnya menjadi orkes yang mampu memainkan repertoar-repertoar karya Beethoven, 8 R. M. Soedarsono, 1999, 19.

Bach, Mozart, Haydn dan Mendelssohn dengan cukup baik. Spies juga membuat transkrip musik gamelan ke dalam notasi balok (notasi Barat). Sehabis masa kontraknya sebagai pimpinan Korps musik keraton Yogyakarta, Spies pindah ke Bali, tempat yang telah dikenalnya setelah sempat berlibur di situ dan telah sekian lama diidam-idamkannya. Di Bali Spies memperdalam eksplorasinya mengenai musik gamelan dan membuat karya piano yang merupakan transkrip dari musik gamelan. Spies juga berkontribusi dalam hadirnya genre baru dari tari Kecak dan Barong. Ketika pada tahun 1930-an jumlah pelancong mancanegara mulai makin bertambah banyak, Walter Spies menyarankan agar diadakan pertunjukan yang diperuntukan bagi para wisatawan. 9 Pertunjukan yang mengawali sebagai kemasan pertunjukan wisata adalah Barong atau Barong and Kris Dance, dan Kecak yang kemudian dikenal para wisatawan sebagai Monkey Dance. Di samping memberikan kontribusi ide dalam hadirnya genre baru dari tari Kecak dan Barong, Spies juga terlibat dalam perkembangan di dunia lukis dan seni rupa di Bali. Spies sangat mencintai kebudayaan, kesenian dan keindahan alam di Bali. Spies sangat tertarik untuk menyelidiki segala lapangan kesenian dan kebudayaan rakyat, lalu bersama Rudolf Bonnet dan Cokorde Gde Agung Sukawati, ia mendirikan perkumpulan seniman Bali yang bernama Pita Maha. 9 Shinji Yamashita, Bali and Beyond: Explorations in The Anthropology of Tourism (New York: Berghahn Books, 2003), 36.

V. Kesimpulan Walter Spies ialah seorang seniman serba bisa yang menghabiskan sisa hidupnya dengan mengeksplor kebudayaan dan kesenian di Indonesia. Spies memiliki kombinasi gaya yang unik dalam karyakaryanya, yang menggabungkan elemen Barat dan Timur. Berdasarkan hal-hal yang merupakan titik-titik penting dalam perjalanan hidup Spies, dapat disimpulkan bahwa Walter Spies menemukan apa yang dicari dalam diri, dan jiwanya, dalam kehidupan di Indonesia. Keterlibatan Walter Spies dalam perkembangan seni di Yogyakarta yakni dalam perkembangan musik Barat. Meskipun peranannya di Yogyakarta tidaklah lama, namun cukup memberi dampak yang positif bagi perkembangan musik Barat di Yogyakarta untuk selanjutnya. Selama beberapa tahun Spies memimpin Orkes Keraton Yogyakarta, dan membuat Orkes musik Barat tersebut menjadi lebih baik kualitasnya, dan mampu memainkan berbagai repertoar musik Barat. Meskipun pada akhirnya Orkes tersebut tidak berkelanjutan, namun dari para pemain Orkes Keraton Yogyakarta tersebut, lahir institusi pendidikan musik Barat di Indonesia, yang nantinya melahirkan para musikus dan ahli musik Barat yang baik. Di Bali, Spies terlibat dalam hadirnya genre baru dari seni pertunjukan Kecak dan Monkey Dance. Pertunjukan yang semula sakral dan hanya dapat disaksikan pada saat-saat tertentu, atas saran Spies pertunjukan Kecak dan Monkey Dance dibuat kemasan baru, dengan

durasi lebih singkat, dikeluarkan dari konteks kesakralannya, dan diperuntukkan untuk para wisatawan. Di samping itu Spies turut berjasa dalam kelahiran Yayasan Pita Maha, bersama Rudolf Bonnet, dan Cokorda Gede Agung Sukawati, Spies membuat wadah interaksi bagi pelukis dan pematung Bali. Spies secara tidak langsung telah menularkan pengaruhnya pada pelukis-pelukis anggota Pita Maha, sehingga dapat dikatakan Spies turut berperan dalam gerakan pembaharuan seni lukis Bali. Hal lain yang dapat disimpulkan yakni mengenai latar belakang pembuatan komposisi musik Walter Spies yang menggunakan idiom pentatonis. Karena karya musik merupakan representasi dari kehidupan komposernya, maka berdasarkan latar belakang kehidupan Walter Spies yang telah diuraikan di atas, dapat dikatakan karya musik Walter Spies yang menggunakan idiom pentatonis ini dibuat karena ketertarikannya pada budaya Indonesia, yakni musik gamelan Bali, yang berbeda dari musik Barat yang selama ini dipelajarinya. Karya musik ini menunjukkan hasil eksplorasi dan pemahamannya terhadap gamelan Bali, serta bentuk lain dari kekaguman dan kecintaannya pada budaya Indonesia, khususnya seni musik Bali.

Kepustakaan Buku: Kunst, Jaap. Music in Java Its History, Its Theory and Its Technique, 3 rd edition. Vol I-II. The Hague: Martinus Nijhoff. 1973. McPhee, Colin. A House in Bali. London: Oxford University Press. 1979. Rhodius, Hans dan John Darling. Walter Spies and Balinese art. Amsterdam: Terra, Zutphen. 1980. Soedarsono, R. M. Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. 2001. ----------. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2002. ----------. Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia, 1999. Yamashita, Shinji. Bali and Beyond: Explorations in The Anthropology of Tourism. New York: Berghahn Books. 2003. Unduhan: Walter Spies Ensiklopedia Biografi Dunia, 2007, Encyclopedia.com (18 Januari 2011), http://www.notablebiographies.com/supp/supplement-sp- Z/Spies-Walter.html