BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN PEMERINTAH KOTA BLITAR

DEFINISI OPERASIONAL STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 828/MENKES/SK/IX/2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

Juknis Operasional SPM

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

PENGUKURAN INDIKATOR KINERJA SASARAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuknya serta memberikan kekuatan kepada kita semua dalam melaksanakan pembangunan kesehatan.

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) PENYELENGGARAAN PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS KESEHATAN

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

BAB II PERENCANAAN KINERJA

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

BAB IV PELAYANAN PUBLIK BIDANG KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

IINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOALEMO BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN

Pedoman Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Provinsi Jawa Barat

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN. dilaporkan sebesar 100% sehingga sudah mencapai target K1 100%.

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN TAHUN

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

KEPUTUSAN. Nomor : 449.1/KEP-III/003 / 03/ 2016 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR MUTU DAN KINERJA DI UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT SUSUKAN

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR ^7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

REVISI CAPAIAN INDIKATOR KINERJA RPJMD REALISASI TAHUN 2013, 2014 dan 2015 SKPD : DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

d. Sumber Data Laporan Puskesmas. Laporan Dinas Kesehatan Kab/Kota

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PENGAYAAN MATERI IMUNISASI DAN KIA PADA KURIKULUM PENDIDIKAN D-III KEBIDANAN. Jakarta, 3 Desember 2015

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BULUNGAN

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

URAIAN PROGRAM PUSKESMAS

Standar Ponkesdes 91

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN/KOTA

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (RPK) TAHUNAN PROGRAM KIA TAHUN 2017

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003, hal.123). Evaluasi dilakukan untuk penilaian terhadap suatu pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan dalam rangka mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk memperbaiki suatu program atau sistem. Evaluasi yang bersifat tinjauan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program itu berjalan, dan sejauh mana program tersebut mempunyai hasil atau dampak (Notoatmodjo, 2010, hal.30). B. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan 1. Pengertian Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah salah satu bentuk standar yang pada dasarnya ditetapkan untuk menjamin dan mendukung pelaksanaan kewenangan wajib oleh daerah sekaligus merupakan akuntabilitas daerah kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal (Goodfriedus, 2012, 1). Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan di Kabupaten atau Kota adalah tolak ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Kabupaten atau Kota. Dengan Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan diharapkan

pelayanaan kesehatan yang paling mendasar dan esensial dapat dipenuhi pada tingkat paling minimal secara nasional (Khushandajani, 2004, 1). 2. Ruang lingkup Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Standar Pelayanan Minimal berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator kinerja dan target 2010 yaitu : a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi Meliputi : Cakupan kunjungan ibu hamil K4 dengan target 95%, cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan dengan target 90%, cakupan ibu hamil yang dirujuk dengan target 100%, cakupan kunjungan neonatus dengan target 90%, cakupan kunjungan bayi dengan target 90%, cakupan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yang ditangani dengan target 100%. b. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah Meliputi : Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah dengan target 90%, cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga kesehatan oleh tenaga terlatih atau guru UKS dengan target 100 %, cakupan pelayanan kesehatan remaja dengan target 80%. c. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Meliputi : Cakupan peserta aktif Keluarga Berencana dengan target 70%. d. Pelayanan Imunisasi Meliputi : Desa atau Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) dengan target 100%.

e. Pelayanan Pengobatan atau Perawatan Meliputi : Cakupan rawat jalan dengan target 15%, dan cakupan rawat inap dengan target 1,5%. f. Pelayanan Kesehatan Jiwa Meliputi : Pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan umum dengan target 15%. g. Pemantauan Pertumbuhan Balita Meliputi : Cakupan balita yang naik berat badannya dengan target 80%, cakupan balita di bawah garis merah dengan target 15%. h. Pelayanan Gizi Meliputi : Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A 2 kali per tahun dengan target 90%, cakupan ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe dengan target 90%, cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi bawah Garis Merah dari keluarga miskin dengan target 100%, dan cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan dengan target 100%. i. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan Komprehensif Meliputi : Akses terhadap ketersediaan darah dan komponen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonates dengan target 80%, cakupan ibu hamil dengan resiko tinggi dan komplikasi yang ditangani dengan target 80%, dan cakupan neonatal dengan resiko tinggi dan komplikasi yang ditangani dengan target 80%. j. Pelayanan Gawat Darurat. Meliputi : Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses oleh masyarakat dengan target 90%.

k. Pelayanan Penyediaan Obat dan perbekalan kesehatan Meliputi : Ketersediaan obat sesuai kebutuhan dengan target 90%, pengadaan obat esensial dengan target 100%, dan pengadaan obat generic dengan target 100% l. Penyuluhan Perilaku Sehat Meliputi : Rumah tangga sehat dengan target 65%, bayi yang mendapat ASI Eksklusif dengan target 80%, desa dengan garam beryodium baik dengan target 90%, dan cakupan posyandu purnama dengan target 90%. 3. Teknik Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Dalam rangka menyusun Standar Pelayanan Minimal (SPM), paling tidak dibutuhkan beberapa tahapan yang terurai dalam bagan alur sebagai berikut : Bagan 1 : Teknik Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Kebutuhan masyarakat akan jenis-jenis pelayanan tertentu Identifikasi Kewenangan Daerah Melihat Kemampuan daerah (SDM, Teknologi, Perlengkapan dan sebagainya) Standar Pelayanan Minimal (SPM) + Indikator Pencapaian Kerja Daftar Kewenangan Daerah (Short List) Daftar Kewenangan Daerah (Long List)

Short List kewenangan atau fungsi tersebut secara logis tentu tidak bisa diselenggarakan secara menyeluruh pada waktu bersamaan. Oleh sebab itu didasarkan pada kriteria seperti : pengukuran kebutuhan masyarakat akan pelayanan-pelayanan mendasar, terukur, terus-menerus dan berorientasi pada output yang dirasakan masyarakat, serta mungkin untuk dikerjakan, maka disusunlah standar pelayanan minimal. Hasil akhir dari tahapan-tahapan tersebut adalah munculnya daftar kewenangan/fungsi yang menjadi dasar bagi terselenggaranya standar pelayanan minimal disertai dengan tolak ukur pencapaian kinerja. Tolak ukur tersebut bisa membuat indikator-indikator sebagai berikut : a. Input/Masukan Bagaimana tingkatan atau besaran sumber-sumber yang digunakan, seperti sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi dan sebagainya. b. Output/Keluaran Bagaimana bentuk produk yang dihasilkan langsung oleh kebijakan atau program berdasarkan masukan input yang digariskan. c. Outcome/Hasil Bagaimana tingkat pencapaian kinerja yang diharapkan terwujud berdasarkan keluaran/output kebijakan atau program yang sudah dilaksanakan. d. Benefit/Manfaat Bagaimana tingkat kemanfaatan yang dapat dirasakan sebagai nilai tambah bagi masyarakat maupun oleh pemerintah daerah.

e. Impact/Dampak Bagaimana dampaknya terhadap kondisi makro yang ingin dicapai berdasarkan manfaat yang dihasilkan. 4. Cakupan Standar Pelayanan Bidang Kesehatan Pada Bayi dan Balita a. Cakupan Desa /Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 1). Pengertian a). Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. (UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). b). Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di bawah kabupaten c). UCI (Universal Child Immunization ) adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi 0-11 bulan, ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat dasar. d). Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, 1 dosis campak, ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT, anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosisi DT, 1 dosisi campak, dan 2 dosis TT. e). Imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terusmenerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan, berdasarkan kelompok usia sasaran dan tempat pelayanan. f). Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak rutin dilaksanakan, hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari

hasil pemantauan atau evaluasi. Yang termasuk dalam kegiatan imunisasi tambahan meliputi Backlog Fighting dan Crash program. g). Imunisasi dalam penanganan KLB adalah kegiatan imunisasi yang telah disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit. 2) Definisi Operasional Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa/Kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. 3). Cara Perhitungan dan Rumus a). Rumus b). Pembilang Jumlah Desa UCI Seluruh Desa x 100% Jumlah Desa/Kelurahan UCI di suatu wilayah kerja pada tahun tertentu c). Penyebut Seluruh Desa/Kelurahan di satu wilayah kerja dalam waktu yang sama. d). Konstanta/Ukuran Persentase 100% e). Sumber Data SIMPUS, SIRS, dan Klinik f). Sumber Daya Manusia (SDM) Dokter, perawat, dan bidan. g). Target Target 2010 : 100%

b. Cakupan Kunjungan Bayi 1). Pengertian a). Bayi adalah anak berumur 29 hari-11 bulan. b). Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan kunjungan bayi umur 29 hari-11 bulan di sarana pelayanan kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin, dan rumah sakit) maupun di rumah, posyandu, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan petugas. c). Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan minimal 4 kali, yaitu satu kali pertama pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur 3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali pada umur 9-11 bulan. d). Pelayanan kesehatan tersebut meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio1-4, dan campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. e). Penyuluhan perawatan kesehatan bayi meliputi : Konseling ASI esklusif, pemberian makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, perawatan dan tanda bahaya bayi sakit, pemantauan pertumbuhan dan pemberian vitamin A kapsul biru pada usia 6-11 bulan. f). Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan. 2). Definisi Operasional Cakupan kunjungan bayi adalah cakupan bayi yang memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh bidan, dokter, dan

perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 4 kali disatu wilayah kerja pada kurun waktu yang tertentu. 3). Cara Penghitungan/Rumus a). Rumus Jumlah bayi yang memperol eh pelayanan kesehatan sesuai standar di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh bayi lahir hidup disatu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama x 100% b). Pembilang Jumlah bayi yang memperoleh jumlah pelayanan kesehatan sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. c). Penyebut Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama dengan cacatan tidak ada data dapat digunakan angka estimasi jumlah bayi lahir hidup berdasarkan data BPS atau perhitungan CBR dikalikan jumlah penduduk. d). Ukuran/Konstanta Persentase (%) e). Sumber Data SIMPUS (Kohort bayi, SIRS dan klinik) f). Sumber Daya Manusia Dokter SpA, dokter umum, bidan, dan perawat terlatih. g). Target Target 2010 : 90%

c. Cakupan Pelayanan Anak Balita 1). Pengertian a). Anak balita adalah anak berumur 12-59 bulan b). Setiap anak umur 12-59 bulan memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan, minimal 8 kali setahun yang sudah tercatat di kohort anak balita dan pra sekolah, buku KIA/KMS, atau buku pencatatan dan pelaporan lainnya. c). Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per tinggi atau panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap bulan di posyandu. Taman bermain, pos PAUD, taman penitipan anak dan taman kanak-kanak, serta raudatul athfal dll. d).pemantauan perkembangan meliputi penilaian perkembangan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian, pemeriksaan daya dengar, daya ingat. Jika ada keluhan atau kecurigaan terhadap anak maka akan dilakukan pemeriksaan untuk gangguan mental emosional, autis, serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas. e). Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak usia 12-59 bulan dilaksanakan melalui pelayanan SDIDTK minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan) dan tercatat pada kohort anak balita dan prasekolah atau pencatatan pelaporan lainnya. Pelayanan SDIDTK dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sektor lain yang dalam menjalankan tugasnya

melakukan stimulasi dan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak. f). Suplementasi vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada anak umur 12-59 bulan 2 kali pertahun (Bulan Febuari dan bulan Agustus). g). Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam melindungi anak balita sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan kesehatan. 2). Defenisi Operasional cakupan pelayanan anak balita adalah anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. 3). Cara Penghitungan/Rumus a). Rumus Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali disatu wilay ah tertentu pada kurun tertentu Jumlah seluruh anak balita disatu wilayah kerja dalam waktu yang sama x 100% b). Pembilang Jumlah anak balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali di satu wilayah kerja pada tahun kurun waktu tertentu. c). Penyebut Jumlah seluruh anak balita (12-59 bulan) di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. d). Konstanta/Ukuran Persentase (100%).

e). Sumber Data Kohort balita, laporan rutin SKDN, Buku KIA, KMS, Pencatatan pada pos PAUD (Pemantauan Anak Usia Dini), taman bermain, taman penitipan anak, taman kanak-kanak, Raudathul Athfal dll. f). Sumber Daya Manusia Dokter SpA, dokter umum, bidan, dan perawat terlatih. g). Target Target 2010 : 90%. d. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin 1). Pengertian a). Anak usia 6-24 bulan keluarga miskin adalah bayi usia 6-11 bulan dan anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin (GAKIN). b). Kriteria dan keluarga miskin ditetapkan oleh pemerintah setempat (Kab/kota) c). MP-ASI pabrikan berupa bubuk instan untuk bayi usia 6-11 bulan dan biskuit untuk anak usia 12-24 bulan. 2). Definisi Operasional. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin adalah pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.

3). Cara perhitungan/rumus a). Rumus Jumlah anak usia 6 24 bula n keluarga miskin yang mendapat MP ASI Jumlah seluruh anak usia 6 24 bulan keluarga miskin x 100% b). Pembilang Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. c). Penyebut Jumlah seluruh anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama. d). Ukuran/Konstanta Persentase (100%). e). Sumber Data Laporan khusus MP-ASI, R-1 gizi, LB-3 SIMPUS f). Sumber Daya Manusia Nutrisionis/Tenaga kesehatan terlatih gizi. g). Target Target 2010 : 100%. e. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 1). Pengertian a). Balita adalah anak usia di bawah 5 tahun (anak usia 0 s/d 4 tahun 11 bulan) yang ada di kabupaten atau kota.

b). Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) dengan Z-score 3 dan atau dengan tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, dan marasmus kwashiorkor). c). Perawatan adalah perawatan sesuai dengan tataklaksana pada gizi buruk. 2). Definisi operasinal Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah balita gizi buruk yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 3). Cara Perhitungan/Rumus a). Rumus Jumlah balita gizi buruk mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu x 100% b). Pembilang Jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. c). Penyebut Jumlah seluruh balita gizi buruk yang ditemukan di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. d). Ukuran/konstanta Persentase (%)

e). Sumber Data R-1 /gizi, LB3-SIMPUS, SIRS, laporan wabah KLB, laporan KLB gizi buruk puskesmas, atau Rumah sakit. f). Sumber Daya Manusia Tim asuhan gizi, dokter, nutrisionis, bidan, perawat terlatih. g). Target Target 2010 : 100%. f. Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 1). Pengertian a). Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum, kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama guru, dan dokter kecil. b). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah. c). Sekolah Dasar Setingkat adalah Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Dasar Swasta, Sekolah Dasar Luar Biasa, Madrasah Ibtidaiyah serta satuan pendidikan keagamaan termasuk ponpes baik jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah.

d). Tenaga kesehatan adalah tenaga medis, keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. e). Guru UKS/UKGS adalah guru kelas satu atau guru yang ditunjuk sebagai Pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. f). Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil. g). Indikator ini mengatur kemampuan manajemen program Usaha Kesehatan Anak Sekolah dalam melindungi anak sekolah sehingga kesehatannya terjamin melalui pelayanan kesehatan. 2). Definisi Operasional Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah cakupan siswa SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga terlatih (guru UKS/dokter kecil) melalui penjaringan kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. 3). Cara Perhitungan/Rumus a). Rumus Jumlah murid SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya oleh tenaga kesehatan atau tenaga terlatih disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah murid SD dan setingkat disatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu x 100%

b). Pembilang Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat yang diperiksa kesehatannya melalui penjaringan kesehatan oleh tenaga terlatih (guru, UKS/dokter kecil) disatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. c). Penyebut Jumlah murid kelas 1 SD dan setingkat disatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama. d). Ukuran/Konstanta Persentase (100%) e). Sumber Data Catatan dan pelaporan hasil penjaringan kesehatan (Laporan kegiatan UKS) (Sumber data diperbaiki, data akan masuk ke puskesmas melalui tenaga kesehatan), dan data juga dapat diperoleh dari data Diknas/BPS setempat. f). Sumber Daya Manusia Dokter umum, dokter gigi, dan perawat terlatih. g). Target Target 2010 : 100%.