dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut observasi awal peneliti kelompok-kelompok beladiri ini mulai banyak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Perkembangan teknologi informasi pada saat ini telah berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pencak silat atau silat adalah suatu seni beladiri tradisional yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau. Persfektif sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. banyak digemari oleh siapa saja baik terutama anak-anak. Animasi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

Gambaran Materi Pelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. keunikan masyarakat Indonesia itu sangat berkaitan erat dengan keberadaan

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV KESIMPULAN. Pondok Pesantren Al Manaar Batuhampar Kecamatan Akbaliru Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3. oleh: NIM : NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. di Kota Semarang yang mana pada saat itu beliau berdomisili di. dan masih belum tersusun administrasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

WARISAN BUDAYA TAK BENDA TARIAN RAKYAT SUKU BANUA (BERAU) JAPPIN KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL BUKU SILEK HARIMAU MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

Lampiran 1 : Hasil Wawancara

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. Biasanya film dapat disaksikan di gedung - gedung biokop. Namun seiring

BAB I PENDAHULUAN. Cerita rakyat menurut Danandjaja dalam bukunya folklore Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Garut merupakan sebuah kabupaten yang berada di Jawa Barat. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (IPSI) didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang di

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya adalah sebanyak jiwa (Kotabaru Dalam Angka 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak bisa terlepas dari hidup bermasyarakat karena, hanya

dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikann Universitas Nusantara PGRI Kediri Oleh: AZIZ TOHAR NPM

BAB I PENDAHULUAN. Sunda melengkapi keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia. Kujang

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil pemekaran Kabupaten Pasaman berdasarkan UU No.38 Tahun dasar Bhineka Tunggal Ika, memiliki makna yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dengan keadaan tanah berawa-rawa kurang

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB V PENUTUP. Setelah diuraikan bab dari penelitian lapangan tentang SEJARAH PERKEMBANGAN JAMAAH MANAQIB SYAIKH ABDUL QODIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II IDENTIFIKASI DATA

1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

SALINAN. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara. Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

oleh Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Bahasa Indonesia untuk Broadcast Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta 2015

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Latihan Ulangan Semsester 1 Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

menerjemahkan setiap konteks yang ada di dalam suatu karya sastra.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencak silat atau silat adalah seni beladiri yang dikenal secara luas di Indonesia. Selain di Indonesia silat juga dikenal di Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, dan Thailand Selatan. Secara umum silat merupakan seni beladiri Asia yang berakar dari kebudayaan Melayu. Oleh karena itu variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu ( Wikipedia Indonesia ). Di dalam buku Syekh. Shamsuddin (2005:7) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Silat diperkirakan berkembang di Indonesia sejak abad ke 7 Masehi, tetapi belum dapat dipastikan asal mulanya. Silat secara luas diakui sebagai budaya suku melayu yaitu masyarakat yang hidup di pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta beberapa suku bangsa lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya yang mengembangkan bentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam bahasa Minangkabau silat disebut dengan silek. Di Minangkabau silat diajarkan dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Ada beberapa jenis aliran silat di Minangkabau diantaranya silat yang nama dan gerakannya berdasarkan seekor binatang seperti, Silat Harimau, Silat Bayang Buayo, Silat Buayo. Silat yang namanya berdasarkan gerakannya seperti Silat Sitaralak dan Silat yang namanya berdasarkan tempat asal silat tersebut seperti Silat Pauh, Silat Lintau, Silat Kumango dan lain-lain. Silat Kumango adalah salah satu aliran silat yang ada di Minangkabau ( Sumatera Barat). Berdasarkan wawancara dengan beberapa narasumber yang penulis lakukan, Nama Silat Kumango sangat erat hubungannya dengan tempat

dimana silat itu tumbuh dan berkembang, yaitu Nagari Kumango yang terletak di Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pencipta silat ini adalah Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi, seorang putra asli kumango yang juga seorang ulama yang menyebarkan Tarekat Samaniah dan Naqsabandiah di ranah Minangkabau. Oleh karena itu Silat Kumango selain untuk beladiri juga berfungsi untuk menyiarkan agama islam kepada masyarakat. Oleh karena Silat Kumango sangat erat kaitannya dengan agama islam, maka gerakan-gerakan dalam Silat Kumango sarat dengan ajaran islam. Gerakan utama dalam Silat Kumango adalah gerakan yang biasa disebut dengan Langkah Ampek (Langkah Empat) yaitu, gerakan Alif-Lam, Lam-Ha dan gerakan Mim-Ha, Ha-Dal. Gerakan ini merupakan lafaz Allah SWT dan Lafaz Muhammad SAW. Ada satu hal yang membedakan Silat Kumango dengan silat-silat lain yang ada di Minangkabau (Sumatera Barat) yaitu Silat Kumango merupakan Silat Bertahan, bukan digunakan untuk menyerang bahkan menyakiti lawan. Hal ini tercermin pada filosofi Silat Kumango yaitu, Silek Lahia Mancari Kawan, Silek Bathin Mancari Tuhan yang artinya adalah silat secara lahiriah berguna untuk meningkatkan tali silahturahmi kita kepada sesama manusia dan untuk mencari teman, sedangkan secara bathiniah silat berguna untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-nya dan menjauhi larangan-nya. Menurut ibu Eliswati yang merupakan salah satu dewan pengurus Silat Kumango, Silat Kumango yang sekarang sudah berkembang ke mana-mana bahkan sudah sampai ke benua Eropa, Belanda, Malaysia. Begitu juga dengan pengajiannya, sehingga seluruh murid-murid dan jamaah dari daerah mana saja selalu selalu berdatangan ke Nagari Kumango. Berziarah untuk Mengenang jasa yang beliau (Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi) tinggalkan yaitu Silat Kumango dan pangajian tarikatnya yang diamalkan oleh murid-muridnya dan jemaah sampai sekarang. Hanya yang sangat memprihatinkan sekarang ini yaitu lokasi surau subarang itu dan kegiatan silatnya. Dari dulu sampai sekarang kegiata silat dan pengajian tempatnya digabungkan di Surau Subarang, sedangkan surau itu bangunannya sudah tua, dengan bantuan partisipasi jemaah yang berdatangan dari mana-mana, Surau Subarang dipugar sedikit demi sedikit. Pengajian diadakan

setiap malam jumat sampai pagi dan silat setiap malam minggu. Hanya saja saat ini kegiatan silat sekarang fakum karena banyak mengalami kendala. Hal-hal inilah yang mengakibatkan Silat Kumango kurang dapat menunjukan eksistensinya, sehingga fenomena yang terjadi sekarang, masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat) banyak menjadi tidak begitu tahu dan mengenal apa itu Silat Kumango, dari mana silat ini berasal, siapa yang menciptakan Silat Kumango, bagaimana gerakan Silat Kumango dan nilai-nilai apa yang terkandung dalam Silat Kumango. Hal-hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengenalkan kembali Silat Kumango sebagai seni beladiri dan salah satu hasil dari kebudayaan masyarakat Minangkabau kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat) melalui film dokudrama dengan mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango sebagai objek dalam film. 1.2 Masalah Perancangan 1.2.1 Identifikasi Masalah 1. Silat Kumango merupakan seni beladiri dan salah satu hasil dari kebudayaan masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat). 2. Saat ini kegiatan Silat Kumango fakum, sehingga Silat Kumango tidak bisa menunjukan eksistensinya ke tengah-tengah masyarakat. 3. Masyarakat terutama remaja Minangkabau banayak tidak begitu mengenal dan mengetahui Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango. 4. Silat Kumango perlu dilestarikan. 1.2.2 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dibatasi kepada melestarikan Silat Kumango dengan cara mengenalkan Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat) melalui film Dokudrama. 1.2.3 Perumusan Masalah

Bagaimana merancang sebuah film dokudrama yang menarik, informatif dan efektif untuk mengenalkan Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat). 1.3 Tujuan Perancangan 1.3.1 Tujuan Umum 1. Mengenalkan kembali Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau. 2. Meningkatkan perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap budaya sendiri terutama Silat Kumango. 3. Melestarikan dan mengembangkan Silat Kumango sebagai seni beladiri dan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Minangkabau. 4. Sebagai salah satu bentuk pendokumentasian Budaya. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui bagaimana merancang sebuah film dokudrama yang menarik, informatif dan efektif untuk mengenalkan kembali Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau. 1.4 Manfaat Perancangan 1.4.1 Bagi Keilmuan 1. Menambah pengetahuan tentang Silat Kumango. 2. Memperkaya keilmuan dalam Desain Komunikasi Visual pada umumnya dan film dokudrama pada khususnya. 3. Menambah referensi tentang budaya. 1.4.2 Bagi Penulis

1. Menambah wawasan tentang Silat Kumango yang merupakan salah satu bentuk seni beladiri dan sebagai salah satu hasil kebudayaan masyarakat Minangkabau. 2. Mengetahui cara bagaimana cara merancang film dokudrama yang menarik, informatif dan efektif. 3. Untuk menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi di STISI Bandung. 1.4.3 Bagi Masyarakat 1. Agar masyarakat lebih mengenal Silat Kumango sehingga Silat Kumango dapat dikembangkan dan dilestarikan. 2. Sebagai referensi tentang budaya. 1.5 Metode Perancangan 1.5.1 Metode Pengumpulan Data 1.5.1.1 Wawancara wawancara dilakukan dengan : 1. Pengurus dan dewan guru Silat Kumango, diantaranya : Bpk. Ahmad Bakri sebagai penasehat di kepengurusan Silat Kumango. Bpk. Ushal Manti sebagai dewan guru Silat Kumango. Bpk. Ali Idris sebagai guru pengajian tarikat dan juga sebagai guru Silat Kumango. Ibu Eliswati sebagai sekretaris di struktur kepengurusan dan juga merupakan cicit dari Syehk. Abdurrahman Al-Khalidi ( pencipta dan ulama Silat Kumango). 2. Budayawan Minangkabau 3. Ulama Bpk. Ali Idris sebagai guru pengajian tarikat di Surau Subarang, Nagari Kumango, Batusangkar, Kab. Tanah Datar. Dt. Lelo Angso sebagai Ulama di Desa Belubus, Payakumbuh, Kab. 50 Kota.

1.5.1.2 Literatur 1. Buku 3. Internet 1.5.1.3 Dokumentasi Dokumentasi didapat dari beberapa narasumber tentang Silat Kumango berupa foto, video dan ada juga berupa tulisan. 1.5.2 Metode Analisis Data Data yang diperolah dari berbagai metode pengumpulan data dianalisa untuk dijadikan sebagai bahan referensi dan pedoman dalam penciptaan karya tugas akhir yang berbentuk subuah film dokudrama untuk mengenalkan kembali Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat). Perancangan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data-data dengan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber baik secara terbuka maupun juga tertutup, yang akan menunjang perancangan film dokudrama tentang Silat Kumango ini.