BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencak silat atau silat adalah seni beladiri yang dikenal secara luas di Indonesia. Selain di Indonesia silat juga dikenal di Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, dan Thailand Selatan. Secara umum silat merupakan seni beladiri Asia yang berakar dari kebudayaan Melayu. Oleh karena itu variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu ( Wikipedia Indonesia ). Di dalam buku Syekh. Shamsuddin (2005:7) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Silat diperkirakan berkembang di Indonesia sejak abad ke 7 Masehi, tetapi belum dapat dipastikan asal mulanya. Silat secara luas diakui sebagai budaya suku melayu yaitu masyarakat yang hidup di pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta beberapa suku bangsa lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya yang mengembangkan bentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam bahasa Minangkabau silat disebut dengan silek. Di Minangkabau silat diajarkan dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Ada beberapa jenis aliran silat di Minangkabau diantaranya silat yang nama dan gerakannya berdasarkan seekor binatang seperti, Silat Harimau, Silat Bayang Buayo, Silat Buayo. Silat yang namanya berdasarkan gerakannya seperti Silat Sitaralak dan Silat yang namanya berdasarkan tempat asal silat tersebut seperti Silat Pauh, Silat Lintau, Silat Kumango dan lain-lain. Silat Kumango adalah salah satu aliran silat yang ada di Minangkabau ( Sumatera Barat). Berdasarkan wawancara dengan beberapa narasumber yang penulis lakukan, Nama Silat Kumango sangat erat hubungannya dengan tempat
dimana silat itu tumbuh dan berkembang, yaitu Nagari Kumango yang terletak di Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Pencipta silat ini adalah Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi, seorang putra asli kumango yang juga seorang ulama yang menyebarkan Tarekat Samaniah dan Naqsabandiah di ranah Minangkabau. Oleh karena itu Silat Kumango selain untuk beladiri juga berfungsi untuk menyiarkan agama islam kepada masyarakat. Oleh karena Silat Kumango sangat erat kaitannya dengan agama islam, maka gerakan-gerakan dalam Silat Kumango sarat dengan ajaran islam. Gerakan utama dalam Silat Kumango adalah gerakan yang biasa disebut dengan Langkah Ampek (Langkah Empat) yaitu, gerakan Alif-Lam, Lam-Ha dan gerakan Mim-Ha, Ha-Dal. Gerakan ini merupakan lafaz Allah SWT dan Lafaz Muhammad SAW. Ada satu hal yang membedakan Silat Kumango dengan silat-silat lain yang ada di Minangkabau (Sumatera Barat) yaitu Silat Kumango merupakan Silat Bertahan, bukan digunakan untuk menyerang bahkan menyakiti lawan. Hal ini tercermin pada filosofi Silat Kumango yaitu, Silek Lahia Mancari Kawan, Silek Bathin Mancari Tuhan yang artinya adalah silat secara lahiriah berguna untuk meningkatkan tali silahturahmi kita kepada sesama manusia dan untuk mencari teman, sedangkan secara bathiniah silat berguna untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-nya dan menjauhi larangan-nya. Menurut ibu Eliswati yang merupakan salah satu dewan pengurus Silat Kumango, Silat Kumango yang sekarang sudah berkembang ke mana-mana bahkan sudah sampai ke benua Eropa, Belanda, Malaysia. Begitu juga dengan pengajiannya, sehingga seluruh murid-murid dan jamaah dari daerah mana saja selalu selalu berdatangan ke Nagari Kumango. Berziarah untuk Mengenang jasa yang beliau (Syekh. Abdurrahman Al-Khalidi) tinggalkan yaitu Silat Kumango dan pangajian tarikatnya yang diamalkan oleh murid-muridnya dan jemaah sampai sekarang. Hanya yang sangat memprihatinkan sekarang ini yaitu lokasi surau subarang itu dan kegiatan silatnya. Dari dulu sampai sekarang kegiata silat dan pengajian tempatnya digabungkan di Surau Subarang, sedangkan surau itu bangunannya sudah tua, dengan bantuan partisipasi jemaah yang berdatangan dari mana-mana, Surau Subarang dipugar sedikit demi sedikit. Pengajian diadakan
setiap malam jumat sampai pagi dan silat setiap malam minggu. Hanya saja saat ini kegiatan silat sekarang fakum karena banyak mengalami kendala. Hal-hal inilah yang mengakibatkan Silat Kumango kurang dapat menunjukan eksistensinya, sehingga fenomena yang terjadi sekarang, masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat) banyak menjadi tidak begitu tahu dan mengenal apa itu Silat Kumango, dari mana silat ini berasal, siapa yang menciptakan Silat Kumango, bagaimana gerakan Silat Kumango dan nilai-nilai apa yang terkandung dalam Silat Kumango. Hal-hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengenalkan kembali Silat Kumango sebagai seni beladiri dan salah satu hasil dari kebudayaan masyarakat Minangkabau kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat) melalui film dokudrama dengan mengangkat hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango sebagai objek dalam film. 1.2 Masalah Perancangan 1.2.1 Identifikasi Masalah 1. Silat Kumango merupakan seni beladiri dan salah satu hasil dari kebudayaan masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat). 2. Saat ini kegiatan Silat Kumango fakum, sehingga Silat Kumango tidak bisa menunjukan eksistensinya ke tengah-tengah masyarakat. 3. Masyarakat terutama remaja Minangkabau banayak tidak begitu mengenal dan mengetahui Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango. 4. Silat Kumango perlu dilestarikan. 1.2.2 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dibatasi kepada melestarikan Silat Kumango dengan cara mengenalkan Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat) melalui film Dokudrama. 1.2.3 Perumusan Masalah
Bagaimana merancang sebuah film dokudrama yang menarik, informatif dan efektif untuk mengenalkan Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat). 1.3 Tujuan Perancangan 1.3.1 Tujuan Umum 1. Mengenalkan kembali Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau. 2. Meningkatkan perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap budaya sendiri terutama Silat Kumango. 3. Melestarikan dan mengembangkan Silat Kumango sebagai seni beladiri dan salah satu hasil kebudayaan masyarakat Minangkabau. 4. Sebagai salah satu bentuk pendokumentasian Budaya. 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui bagaimana merancang sebuah film dokudrama yang menarik, informatif dan efektif untuk mengenalkan kembali Silat Kumango dan hal-hal yang berkaitan dengan Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau. 1.4 Manfaat Perancangan 1.4.1 Bagi Keilmuan 1. Menambah pengetahuan tentang Silat Kumango. 2. Memperkaya keilmuan dalam Desain Komunikasi Visual pada umumnya dan film dokudrama pada khususnya. 3. Menambah referensi tentang budaya. 1.4.2 Bagi Penulis
1. Menambah wawasan tentang Silat Kumango yang merupakan salah satu bentuk seni beladiri dan sebagai salah satu hasil kebudayaan masyarakat Minangkabau. 2. Mengetahui cara bagaimana cara merancang film dokudrama yang menarik, informatif dan efektif. 3. Untuk menyelesaikan mata kuliah Tugas Akhir sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan studi di STISI Bandung. 1.4.3 Bagi Masyarakat 1. Agar masyarakat lebih mengenal Silat Kumango sehingga Silat Kumango dapat dikembangkan dan dilestarikan. 2. Sebagai referensi tentang budaya. 1.5 Metode Perancangan 1.5.1 Metode Pengumpulan Data 1.5.1.1 Wawancara wawancara dilakukan dengan : 1. Pengurus dan dewan guru Silat Kumango, diantaranya : Bpk. Ahmad Bakri sebagai penasehat di kepengurusan Silat Kumango. Bpk. Ushal Manti sebagai dewan guru Silat Kumango. Bpk. Ali Idris sebagai guru pengajian tarikat dan juga sebagai guru Silat Kumango. Ibu Eliswati sebagai sekretaris di struktur kepengurusan dan juga merupakan cicit dari Syehk. Abdurrahman Al-Khalidi ( pencipta dan ulama Silat Kumango). 2. Budayawan Minangkabau 3. Ulama Bpk. Ali Idris sebagai guru pengajian tarikat di Surau Subarang, Nagari Kumango, Batusangkar, Kab. Tanah Datar. Dt. Lelo Angso sebagai Ulama di Desa Belubus, Payakumbuh, Kab. 50 Kota.
1.5.1.2 Literatur 1. Buku 3. Internet 1.5.1.3 Dokumentasi Dokumentasi didapat dari beberapa narasumber tentang Silat Kumango berupa foto, video dan ada juga berupa tulisan. 1.5.2 Metode Analisis Data Data yang diperolah dari berbagai metode pengumpulan data dianalisa untuk dijadikan sebagai bahan referensi dan pedoman dalam penciptaan karya tugas akhir yang berbentuk subuah film dokudrama untuk mengenalkan kembali Silat Kumango kepada masyarakat terutama remaja Minangkabau (Sumatera Barat). Perancangan menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data-data dengan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber baik secara terbuka maupun juga tertutup, yang akan menunjang perancangan film dokudrama tentang Silat Kumango ini.