BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang. mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BAB I PENDAHULUAN. boleh diadakan persetujuan untuk meniadakannya 1. Diakui secara ijma

ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI'I TENTANG HAKAM TIDAK MEMILIKI KEWENANGAN DALAM MENCERAIKAN SUAMI ISTRI YANG SEDANG BERSELISIH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. Allah melalui Rasulullah Muhammad SAW, untuk disampaikan kepada

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sampai matinya salah seorang suami istri. Inilah sebenarnya yang dikehendaki

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan sunnah Rasul yang dilakukan oleh kaum muslim

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan ibadah kepada-nya, tetapi sekaligus menimbulkan akibat Hukum ke

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. harta yang banyak dan sebagian lagi ada yang sebaliknya. Setelah tiba. peristiwa hukum yang lazim disebut dengan kematian.

BAB V PENUTUP. di Desa Saka Paun dengan tujuan agar dalam pelaksanaan haulan yang tiap

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB I PENDAHULUAN. memang mengalami kemajuan yang pesat. Itu dikarenakan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

ANALISIS MADZHAB HANAFI TENTANG HAK NAFKAH ISTRI DALAM IDDAH TALAK BA IN. (Studi dalam Kitab Badai ash-shanai ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 Tahun Dalam Pasal 1 Undang-undang ini menyebutkan :

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mengalami tiga peristiwa penting dan sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 1992, h Said Agil al-munawar, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi

Prosiding Peradilan Agama ISSN:

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

Al Wajibu La Yutraku Illa Liwajibin

PIDANA DENDA DALAM HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA (Studi Perbandingan Hukum) SKRIPSI OLEH AGUS SUHENDRO

STUDI ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG HAK KEWARISAN ISTRI YANG DITALAK OLEH SUAMI YANG SEDANG SAKIT S K R I P S I DISUSUN OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Indonesia, Jakarta, Departemen Agama, 2001, hlm. 14.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB IV ANALISIS MAṢLAḤAH TENTANG POLIGAMI TANPA MEMINTA PERSETUJUAN DARI ISTRI PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. melepaskan dirinya dari kesempitan dan dapat memenuhi hajat hidupnya. menujukkan jalan dengan bermu amalat.

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB I PENDAHULUAN. semua mahluk, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Seperti firman Allah

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

STUDI ANALISIS TENTANG PEMBERIAN HADIAH KEPADA PEJABAT MENURUT IMAM ASY-SAFI I SKRIPSI. Dalam Ilmu Muamalah

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sunnah, dan ijma', demi menggantikan perpecahan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG WAKAFYANG DIWARISKAN SETELAH WAKIF MENINGGAL DUNIA

STATUS HUKUM ANAK HASIL PERNIKAHAN SIRRI DAN AKIBAT HUKUMNYA

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

Dengan adanya masalah pokok diatas maka dapat pula dikemukakan dua sub masalah, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB V PENUTUP. yang mempengaruhi nikah sirri di Desa Sumberejo Kecamatan. maka dapat diambil kesimpulan :

BATAS USIA BALIGH SYARAT SAKSI NIKAH

STUDI ANALISIS PENDAPAT IBNU QUDAMAH TENTANG SYARAT WANITA ZINA YANG AKAN MENIKAH

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap batal. Dalam Kompilasi Hukum Islam (pasal 14), rukun

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah Siddik, Hukum Perkawinan Islam, Tintamas, Jakarta, Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu-Ilmu Syari ah

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan pada manusia tentang tata hidup yang baik dalam segala sektor kehidupan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, budaya maupun hukum. Namun demikian ini masih bersifat global sehingga memerlukan pemikiran dan penelaahan lebih lanjut guna memahami kandungan al-qur an. Pada saat Rasulullah Saw masih hidup, otoritas pengambilan hukum terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2 Setelah wafatnya Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari pemecahan masalah-masalah baru yang muncul, hal ini didasarkan adanya keharusan penyelesaian masalah tanpa meninggalkan prinsip-prinsip syari at Islam. Upaya tersebut telah dilakukan pada masa sahabat, tabi in dan dilanjutkan generasi setelahnya hingga sekarang. Sekarang ini, permasalahan yang muncul pada masyarakat semakin komplek seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Sehingga tuntutan terhadap upaya ijtihad dalam upaya 1 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Usul Fiqh, (terj.) Moh Zuhri, Ahmad Qorib, Semarang : PT. Dina Utama, 1994, hlm. 01 2 TM. Hasbi ash-shiddieqy, Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1971, hlm. 21 1

2 mencari solusi dari segala permasalahan tanpa meninggalkan ajaran-ajaran Islam. Manusia sebagai mahluk Allah mempunyai fungsi sebagai khalifah di atas bumi. Manusia diwajibkan untuk tunduk dan patuh terhadap Sang Pencipta dengan segala konsekuensinya, serta senantiasa harus memelihara lingkungan sekitar demi kelangsungan generasi berikutnya. Dengan demikian dia membutuhkan sarana dan prasarana untuk dapat membentuk generasinya, dan Islam telah memberikan tawaran tentang hal itu dengan disyariatkannya nikah. Dalam ikatan perkawinan sebagai salah bentuk perjanjian (suci) antara seorang pria dengan seorang wanita, yang mempunyai segi-segi perdata, berlaku beberapa asas diantaranya adalah : kesukarelaan, persetujuan kedua belah pihak, kebebasan memilih, kemitraan suami isteri, untuk selama-lamanya. 3 Pada dasarnya semua berharap agar pernikahan yang ditempuh senantiasa hidup sehingga apa yang di cita-citakan dapat terlaksana yaitu adanya hubungan harmonis dan didasari rasa kasih mengasihi antara kedua belah pihak yaitu suami isteri. Akan tetapi permasalahan akan menjadi lain ketika terjadi masalah yang tidak terduga oleh suami isteri, yaitu bahwa ketentuan Allah tidak bisa ditolak dan dielakkan lagi. Allah telah menegaskan bahwa hidup, mati dan rizki adalah rahasia Allah. Dan dalam hidup berkeluarga juga tidak bisa 3 Prof. Mohammad Daudali, S.H, hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum di indonesia, Ed. 6, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2005, Hlm,139.

3 lepas dari ketiga hal tersebut di atas. Dan dalam hal ini penulis mencontohkan kematian, yang oleh siapapun tidak bisa diajukan dan diundur. Dan dari kematian ini akan berakibat hukum baru bagi isteri yang ditinggal mati suaminya, yaitu isteri harus melalui sebuah proses yang bernama iddah (masa tunggu). Dalam konteks inilah penulis mencoba mengkaji salah satu permasalahan yang perlu kiranya untuk dikaji lebih mendalam yaitu mengenai Iddah bagi wanita yang ditinggal mati suaminya keluar rumah kaitannya melaksanakan kewajiban untuk mencari nafkah. Dalam hal ini penulis mengkaji dan menganalisa pendapat Muhammad Khatib asy Syarbini tentang tidak diperbolehkannya wanita yang dalam masa iddah kematian keluar rumah dengan alasan apapun, selama meninggalnya suami si wanita berada di rumah atau tidak keluar rumah. Sebagian ulama berpendapat tentang permasalahan tersebut bahwa wanita Iddah itu diharamkan untuk keluar rumah, begitu juga MUI berpendapat bahwa wanita Iddah diwajibkan melaksanakan Iddahnya sampai waktu yang telah ditentukan, akan tetapi menjadi suatu permasalahan apabila si wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dengan meninggalkan anak, dan tidak memiliki harta peninggalan atau untuk kebutuhan istri dan anak sehariharinya, lalu siapa yang mencari atau istilahnya mencari nafkah bagi anakanak dan si wanita yang ditinggal mati oleh suaminya. Dalam hal ini menurut kenyataan penggantinya tidak lain adalah orang tua yang masih hidup atau si wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, dan bagi si wanita tersebut hal itu

4 merupakan sebuah tanggung jawab cukup besar sebagai pengganti suaminya yang meninggal yaitu mencarikan nafkah (makan) untuk anak-anaknya dan tentunya ini memaksa si wanita keluar rumah. Permasalahan ini satu sisi dia punya kewajiban yang harus dilaksanakan, dan sisi lain juga merupakan kewajiban yang tidak bisa ditinggal. Menengok salah satu hadits Rasulullah Saw tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya, diantaranya pemenuhan akan kebutuhan makan terhadap anak. Hal ini merupakan suatu kebutuhan pokok yang mana tidak bisa ditinggal dan merupakan kewajiban yang harus terpenuhi oleh orang tua terhadap para anak-anaknya. ح ق الولد على الوالد ا ربعة : ا ن يحسن ا سمه, ويطعمه, ويو دبه, ويزوجه ا ذا ا درك 4 (رواه الترموذي) Artinya : "Kewajiban orang tua terhadap anak itu ada empat : Pertama Memberi nama yang baik kepada anak, kedua mengajarkan tentang adab yang baik atau memberi pendidikan yang baik kepada anak, ketiga memberi makan yang baik kepada anak, keempat menikahkan anak ketika sudah ada jodoh". Dari hadits tersebut bahwa memberi makan atau mencari nafkah untuk anak-anaknya dan dirinya adalah kewajiban atau fardlu a in bagi orang tua terhadap anak-anaknya yang tidak boleh ditinggal demi berlangsungnya kehidupan keluarga. Dalam hal ini bagi wanita yang ditinggal suaminya yang masih dalam Iddah yaitu masa tenggang waktu untuk tidak melaksanakan pernikahan bagi 268 4 Imam Turmudzi, Al Jami al-shohih, Juz II Toha Putra : Semarang, t. th., hlm.

5 wanita yang di talak atau yang ditinggal mati suaminya sampai dengan waktu yang telah ditentukan syara 5. Maka disinilah muncul persoalan yang berkaitan dengan mencari nafkah bagi wanita Iddah. Apakah ia harus tetap mencari nafkah bagi anak dan dirinya untuk menyambung kehidupan mereka ataukah tidak diperbolehkannya keluar rumah dalam mencari nafkah sampai bagi wanita tersebut untuk melaksanakan Iddah. Dari permasalahan diatas memerlukan jawaban sehingga memberikan keyakinan bagi wanita Iddah mati yang akan keluar rumah baik dalam arti mencari nafkah bagi anak-anaknya dan dirinya, maupun dalam hal kewajiban yang lain. Pada dasarnya wanita tersebut dilarang, tetapi karena beberapa hal mungkinkah diperbolehkannya untuk keluar rumah. Apabila dikaitkan dengan keadaan atau zaman sekarang masihkah hal itu relevan. B. Pokok Permasalahan Berdasarkan pada uraian di atas, maka pokok permasalahan yang akan di angkat dalam sekripsi ini adalah: 1. Bagaimana pendapat menurut Muhammad Khotib Asy Syarbini tentang wanita Iddah mati keluar rumah dalam kitab Mughni Al Muhtaj. 2. Bagaimana metode istinbath hukum Muhammad Khotib Asy Syabinri tentang tidak dan diperbolehkannya wanita Iddah keluar rumah. 150 5 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunah, (terj.) Mutholib, Bandung : PT. Al-Ma arif, 1990, hlm.

6 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pendapat Muhammad Khatib asy-syarbini tentang wanita Iddah mati yang keluar rumah. 2. Untuk mengetahui istinbath hukum yang dikemukakan oleh Muhammad Khatib asy-syarbini dalam kitab Mughni al-muhtaj tentang wanita Iddah mati yang keluar rumah dalam menjalankan ibadah misalnya kaitannya dalam mencari nafkah. D. Telaah Pustaka Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa upaya-upaya untuk memahami al-qur an dan hadits dari berbagai perspektif dan pendekatan adalah sebagai upaya untuk memperkaya khazanah intelektual Islam. Dalam membahas pendapat Muhammad Khatib asy-syarbini tersebut, yaitu larangan bagi wanita Iddah kematian keluar rumah, penulis menggunakan literatur-literatur kitab fiqh yang menerangkan masalah iddah serta ketentuan-ketentuannya menurut Muhammad Khatib asy-syarbini. Seperti dalam kitab Mughni al-muhtaj didalamnya membahas sedikit tentang banyak hal mengenai ibadah termasuk boleh tidaknya melakukan ibadah khususnya kewajiban dan larangan bagi wanita Iddah, dalam kitabnya dalam bab iddah diterangkan berbagai ketentuan yang harus dilakukan oleh seorang yang menjalani iddah, dikatakan jika istri keluar rumah dan suami belum meninggal dan mendapat izin untuk bepergian dalam arti meniadakan kedzaliman (pergi haji, umroh dan berdagang) disebutkan bahwa si istri boleh

7 memilih kembali ke rumah atau meneruskan perjalanannya dalam arti bahwa antara kepergian dan meninggalnya suami dahulu perginya sebab ada kekhawatiran tentang sempitnya waktu atau ketinggalan waktu, disebutkan pula jika sang suami meninggal terlebih dahulu sebelum istri keluar rumah maka tidak boleh keluar. 6 Dari sini penulis akan menganalisis pendapat Muhammad Khatib asy-syarbini tentang wanita Iddah mati keluar rumah yaitu boleh dan tidaknya keluar rumah. 7 Adapun telaah buku yang penulis gunakan tentunya Kitab atau buku dari karangan Muhammad Khatib asy- Syarbini, dan ini merupakan buku primer atau buku pedoman bagi penulis dalam penelitian. Sedangkan untuk membandingkan dan menganalisa pendapat Muhammad Khatib asy-syarbini tentang larangan keluar rumah bagi wanita yang dalam masa iddah kematian penulis menggunakan buku-buku atau bacaan yang ada kaitannya dengan permasalahan tersebut, yang mana penulis mengutip pendapat-pendapat ulama lain seperti yang termaktub dalam kitab fiqh dan tafsir, seperti : Fiqh Sunnah, Juz II, oleh Sayyid Sabiq, dijelaskan lebih banyak tentang hak dan kewajiban yang harus dijalankan oleh seorang wanita yang menjalani iddah, serta perbedaan-perbedaan pendapat tentang ketentuan tersebut oleh para ulama. 405 6 Muhammad Khatib asy-syarbi, Mughni al-muhtaj, Bairut Cairo : t.th, hlm. 404-7 Ibid.

8 Tafsir as-shabuni, dalam kitab ini memuat perbedaan-perbedaan penafsiran terhadap ayat-ayat iddah tentang hak dan kewajiban yang harus dijalankan wanita yang beriddah. Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusyd oleh memberikan penjelasan tentang hukum dan macam-macam Iddah baik karena cerai maupun karena mati. 8 Serta dalam buku Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Madzab, karya TM Hasbi ash-shiddiqie menjelaskan mengenai wanita yang suaminya meninggal dunia sewaktu menuju Mekkah guna menyelesaikan amalan atau ibadah haji. 9 Kemudian buku Risalah Nikah oleh H. S. A. Al-Hamdani buku ini membahas tentang permasalahan-permasalahan nikah termasuk tentang Iddah. 10 Juga karya A. Rahman I. Doi dalam bukunya Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari ah), buku ini ada juga bab yang membahas tentang hukum dan macam-macam masalah Iddah. 11 Dalam telaah pustaka ini perlu dijelaskan bahwa sepanjang pengetahuan penulis di Fakultas Syari ah IAIN Walisongo memang ada yang membahas tentang wanita Iddah, namun dengan fokus materi yang berbeda, diantaranya : 8 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid (terj.), op. cit., hlm. 532 9 TM. Hasbi ash-shiddiqie, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Madzab, Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm. 292 10 H. S. A. Al-Hamdani, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam), Jakarta : Pustaka Amani, 2002, hlm. 299-311 11 A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari ah), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 256-266

9 1. Aflakhatul Amiroh, NIM : 2197047, Kebolehan Wanita Melaksanakan Haji Pada Masa Iddah Mati (Studi Analisis Terhadap Keputusan Muktamar NU XXX di Kediri Tahun 1999). Dalam skripsi ini penulis menemukan bahwa skripsi ini membahas tentang wanita yang ditinggal mati suaminya sedangkan isteri dalam keadaan sedang atau akan melaksanakan ibadah haji. Di mana di sini menjelaskan wanita yang dalam keadaan seperti itu boleh untuk melaksanakan haji atau meneruskan hajinya sampai selesai. Perbedaan dengan skripsi yang penulis bahas ini adalah bahwa penulis menjelaskan tentang pendapat Khatib Asy-Syarbini tentang keluarnya wanita dalam masa iddah untuk memenuhi kebutuhan (hajat) hidupnya. 2. Juga Skripsi saudara Abdul Aziz, NIM : 2197091, yang berjudul Studi Analisis Pendapat Imam Syafi i Tentang Wanita Iddah Kaitannya Dengan Wanita Karier, yang membahas tentang pendapat Imam Syafi i tentang ihdad bagi wanita yang sedang beriddah yang mana isteri tersebut adalah wanita karier yang dituntut untuk berpenampilan menarik, dituntut untuk berhubungan dengan orang lain atau keluar rumah dan lain sebagainya. Dengan demikian fokus pembahasan dalam skripsi yang penulis susun ini merupakan karya yang berbeda dengan penelitian sebelumnya, sehingga masih penting tema ini diangkat dalam tema karya ilmiah.

10 E. Metode Penelitian Agar skripsi ini memenuhi persyaratan karya ilmiah yang bermutu dan mengarah pada obyek kajian serta sesuai dengan penulisan skripsi ini maka penulis menggunakan beberapa metode : 1. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Research) 12, yang dilakukan dengan mengkaji sumber-sumber kepustakaan, khususnya mengenai boleh dan tidaknya wanita yang keluar rumah dalam menjalankan kewajibannya yaitu mencari nafkah bagi anakanaknya pada masa Iddah mati. Oleh karena itu, dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode dokumenter 13, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa tulisan-tulisan, buku, artikel-artikel yang relevan dengan tema yang diteliti. 2. Sumber Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer yang penulis gunakan adalah kitab Mughni al- Muhtaj oleh Muhammad Khatib asy-syarbini, sedangkan data sekundernya penulis menggunakan buku-buku pendukung yang ada pembahasannya tentang wanita Iddah, serta buku-buku yang relevan dengan tema penulisan skripsi. 12 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, Cet. XXVIII, 1995, hlm. 09 13 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998, hlm. 236

11 3. Metode Analisis Data a. Metode Deskriptif Analisis Metode ini merupakan pembahasan dengan memaparkan data-data yang diperoleh dari pustaka tentang gambaran umum wanita Iddah keluar rumah kemudian data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode analisis. b. Metode Komparatif Yaitu metode penganalisaan yang dilakukan dengan cara membandingkan data-data yang kemudian ditentukan kesimpulan yang valid. Analisis ini mengeksplorasi permasalahan yang masih menjadi perselisihan diantara ulama, selanjutnya penulis mencoba melakukan pemilihan pendapat yang baik atau mengkompromikannya. F. Sistematika Penulisan Untuk dapat memberikan gambaran secara luas dan memudahkan pembaca dalam memahami gambaran secara menyeluruh dari penelitian, maka peneliti memberikan penjelasan secara garis besar. Dalam penyusunan skripsi ini, agar dapat mengarah pada sasaran yang diharapkan, maka peneliti membaginya menjadi lima bab, dimana antara bab yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan, yang tidak dapat dipisahkan untuk mendapatkan suatu pemahaman yang utuh dan benar. Adapun kelima bab secara sederhana dapat peneliti sajikan sebagai berikut :

12 BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan umum tentang wanita Iddah kaitannya dengan mencari nafkah untuk anak-anaknya, yang meliputi pengertian dan hukum wanita Iddah, syarat dan macam wanita Iddah serta pendapat Ulama tentang wanita Iddah. BAB III : Pendapat Muhammad Khatib asy-syarbini tentang wanita Iddah keluar rumah meliputi Biografi Muhammad Khatib asy-syarbini, pendapat tentang wanita iddah keluar rumah, dan istinbath hukum yang digunakan Muhammad Khatib asy-syarbini tentang larangan wanita Iddah keluar rumah. BAB IV : Analisis Muhammad Khatib asy-syarbini tentang wanita Iddah keluar rumah, dan analisis terhadap istinbath hukum yang kaitannya dengan wanita Iddah keluar rumah. BAB V : Penutup, dalam bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan, saran-saran dan penutup.

13