BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bahasa selalu menjadi bahan kajian berbagai. disiplin ilmu, baik dari segi teoretis maupun praktis. Dari segi teore tis berbagai teori kebahasaan telah lahir sejak orang-oranq Yunani berusaha mencari asal-usul bahasa (kurang lebih abad V SM). Pencariaannya itu mulai dengan menggunakan cara berpikir spekulatif hingga berpikir ilmiah. Hasilnya dapat kita. baca mulai dari tata bahasa tradisional hingga berbagai teori dalam linguistik modern. Dari segi praktis para linguis terapan berusaha. mengembangkan berbagai ancangan dan metode untuk keberhasilan pengajaran bahasa. Salah satu hasil kajian linguistik terapan adalah tata bahasa pedagogis. Tata bahasa pedagogis ini bukan merupakan satu. aliran dalam teori kebahasaan, melainkan sejenis tata bahasa yang dibuat oleh guru untuk kepentingan penqajaran (Leech dalam Odlin,1994:17). Karena tata bahasa pedagogis merupakan tata bahasa untuk penqajaran, bahan struktur (tata bahasa) disajikan oleh guru kepada para siswa dengan memperhati kan karakteristik siswa. Swan (dalam Bygate, Tonkyn, dan WiI 1lams,1994: 45) mengajukan kriteria kebenaran, demarkasi, kejelasan, kesederhanaan, keaerbatasan konsep, dan keter 189
hu.bunqan. 190 yang disajikan guru harus mengandung nilai kebenaran., Maksud nya, gliru harus berusaha mendeskripsikan kaidah dan mem pe r tan g q u n q.j aw a bka n pem bag ia n n y a. K r i te r ia d ema rkas i d im a ks lid kan bahwa kaidah tata bahasa pedaqoqis harus jel ass memperli hatkan batas batas dari suatu bentuk yanq digunakan. Kriteria kejelasan dimaksudkan bahwa kaidah-kaidah bahasa harus jelas sehingga siswa memahaminya dengan rnudah, Kriteria kesederhana an dimaksudkan deskripsi bahasa yang konstruksikan guru harus sederhana dan harus mengandung nilai kehematan konsep yang diwujudkannya. Adapun kriteria keterhubungan digunakan apabila dalam pengajaran bahasa kedlia memper 1ihatkan keterkaitan kai dah dengan bahasa pertama siswa. Dengan enam kriteria di atas penulis mengembangkan model pengajaran tata bahasa. pedagogis dalam pengajaran bahasa Indonesia. Mode?], yang penu.lis kembangkan adalah bidang sintak sis yang dikaitkan dengan flingsi representasi bahasa. (Halliday,.1975:20), Fungsi bahasa ini diwujudkan dalam bentuk me ngemukakan pendapat, Dalam pelaksanaannya penulis menyajikan empat paket yang terdiri atas paket 1 bahasan konjungtor, paket 2 bahasan preposisi, paket 3 bahasan kalimat aktifpasif, dan paket 4 bahasan kalimat majemuk.
191 para siswa, ternyata langkah langkah pengajaran yanq pada paket 2 mengalami perubahan, terutama pada kegiatan siswa. Perubahan ini d idasar kan atas hasi I piengamatan penu lis sebagai peneliti dan pertimbanga.n tirn pengamat, A1 asan yang mendukung data itu adalah para siswa belum memiliki kompetensi kebahasaan yanq mantap sehingga untuk langsung berhadapan dengan wacana belum menunjukkan unsur interaktifnya. Untuk itulah langkah pada paket 2 penulis ubah, yakni penu.lis mem berikan kompetensi kebahasaan terlebih dahulu dengan memper hatikan keenam kriteria di atas kemudian siswa diarahkan untuk praktik berbahasa dalam menghadapi. sebuah wacana. Hasilnya menunjukkan interaksi yang lebih baik daripada situaisi KBM dalam paket 1. Selanjutnya penulis menguji sekali lagi dengan paket 3 yang ternyata hasilnya merilinjukkan situasi yang sama. dengan penyajian paket 2. Rasa kepenasaran penulis masih ada dalam pikiran penulis. Setelah paket 4 disajikan dengan meng gunakan langkah yanq terdapat pada paket 1, ternyata situasinya pun sama denqan paket 1. Denqan demikian, penulis menvim pulkan bahwa hasil studi kaslis penulis terhadap) sejumlah siswa SMU Albidayah berhasil menemukan langkah-langkah keqiatan penqajaran yang menimbulkan situasi interaktif, baik antarsis wa maupun siswa denqan guru,
192 Keberhasilan di atas didukung komponen yang menunjanqnya, yaitu rumusan tuju.an yang terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan penerapan yang diwujudkan dalam bentuk verba: menentukan, membedakan, dan menggunakan. Bahan yanq penulis kembangkan terdiri atas bahan yang berjenjang dengan memper hatikan hierarkinya, yakni. bahan yang penulis anggap sederhana sampai yang kompleks. Dalam hal kegiatan belajar-mengajar, penulis mengem bangkan kegiatan yang aktif, baik bagi guru maupun siswa. Prosedur kegiatan yang aktif, ternyata, prosedlir deduksi bukan induksi. Prosedur ini tampak aktif di kelas penelitian karena kompetensi kebahasaan siswa masih belum baik sehingga. dengan penyajian cara deduksi siswa mendapat bekal kompetensi kebaha saan sehingga pada saat mereka dituntut untuk mengemukakan gagasan, bahasa mereka tampak tertib dan bernalar. Prosedur induksi belum mampu mengak.tifkan mereka karena dua hal. Prose dur ini memerlukan kesiapan siswa dalam hal kompetensi kebahasaannya. Pada kenyataannya mereka belum siap dengan kompetensi kebahasaannya. Karena ketidaksiapan mereka tersebut, dampak yang muncul adalah penggunaan waktu yang banyak untu.k sampai pa ci a pe rm a s a 1a han y a n g d i h a ra pka n = Selain komponen model di atas, untu.k alat dan sumber pengajaran penulis menggunakan alat peraqa agar para siswa
193 terbantu dalam pemahaman bahan dan sumber penqajaran. Bahan clan sumber pengajaran dalam penelitian ini penulis gali dari kesu 1ita.n yang diha.da.pi siswa, GBPP Bahasa Indonesia Kuriku 1um SMU 1994, dan buku sumber yang menyajikan penjelasan yang rnudah. Komponen terakhir dalam suatu model adalah alat eva luasi. Alat evaluasi yang penulis kembangkan tersaji dalam kegiatan lisan dan tertulis. Dalam keqiatan lisan penulis mengembangkan evaluasi melalui penilaian proses dan dalam kegiatan tertulis penulis mengembangkannya dalam penilaian hasil belajar. Ternyata alat evaluasi yang penulis kembangkan menunjukkan hasil yang baik sebab dengan evaluasi yang menga rah pada keterampilan berbahasa bukan pada teori, kompetensi berbahasa siswa semakin tampak. Dengan kata lain, bentuk evaluasi yanq mengarah pada keterampilan berbahasa adalah bentuk evaluasi praktis kegiatan berbahasa, baik berupa melan jutkan dialog maupun mengemukakan gagasan. Di samping simpulan tersebut, penu.lis mencatat bebera pa hal yanq berdampak positif, baik untu.k guru maupun siswa. Hal-hal tersebut penulis cantumkan di bawah ini. 1) Model yang penulis kembangkan dapat menciptakan keaktifan guru dalam pengajaran bahasa Indonesia. 2; Model penqajaran tata bahasa pedagogis- yanq penu.lis kem
194 bangkan dapat menumbuhkan sikap korektif guru dalam peng q u n a a n b a n a s; a n y a, 3) Model pengajaran tata bahasa pedagogis yang penu.lis kem bangkan menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar bahasa, 4 ) Ma del pengajara n ta ta ba has ai pedaqo g is yang pen u 1is kembangkan dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa., 5) Model pengajaran tata bahasa pedagogis yanq penu.lis kem bangkan dapat menumbuhkan sikap positif siswa dalam berba hasa. 6) Ancangan deduksi dalam langkah kegiatan belajar-mengajar model pengajaran tata bahasa pedagogis yang penu.lis kem bangkan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada ancangan induksi. 5.2 Rekomendasi Setelah penulis mengembangkan model pengajaran tata bahasa. pedagogis dalam bahasa Indonesia dengan beberapa temuan di atas, pada bagian ini penulis berusaha memberikan sumbangan pem ikiran un tu k men inqkatkan kua 1itas pengaja ran ba hasa Indo nesia. Sumbangan pemikiran tersebut penulis sajikan di bawah i n i.
195 1) Agar pengajaran bahasa Indonesia mampu mengembangkan kete rampilan berbahasa*. para siswa diperlukan buku tata bahasa pedagogis yang betul-betul berisi kaidah-kaidah bahasa un tuk setiap jenjang pendidikan. Denqan demikian, buku ini a Kan da piat menggambarkan kaidah apa yanq diperlukan siswa Lint.uk setiap jenjang. Tentu saja, dalam penyaj iannya para penulis tata bahasa pedagogis harus mempertimbangkan aspek pedagogis, psikolinguistis, dan sosiolinguistis serta mem perhatikan GBPP yang SLidah disediakan pemerintah. 2) Untuk meningkatkan kualitas pengajaran bahasa Indonesia ma sih harlis dilakukan penelitian yang terus-menerus dan ber kelanjutan dengan cakupan bahan (objek) penelitian yang le bih luas sehingga hasil yang diperoleh akan lebih akurat clan dapat. dipertanggungjawabkan. Menurut penulis peluanq untuk melakukan kegiatan ini harus diambil oleh para guru karena setiap hari mereka melaksanakan kegiatan belajarmengaj ar. Mereka setiap hari akan menemukan berbagai kenda 1a yanq harus; dicari penyebab c:lan cara penanggulangannya. Agar penelitian dapat dilakukan dengan prosedur yang benar d i pe r 1n kan pe n a ta r a. n a tau 1o ka ka ry a penelitian. - ) Untuk memberikan keluasan wawasan guru perlu dilakukan per c. e m li an pe r te mua n y an g m eny a j i kan has i I f: e n e 1iti a. n me n q e n a i penqajaran bahasa, khususnya penqajaran struktur bahasa.
196 Berdasarkan penq ama ta.n penu 1is seki1as keg ia tan y anq memba has hasil penelitian dalani penqajaran bahasa Indonesia j a rang dilakukan (padahal penelitian terhadap berbagai aspek dalam pengajaran bahasa Indonesia torus dilakukan). Jika hal ini terus dibiarkan, guru akan mengalami kekurangan in formasi sehingga kualitas pengajaran bahasa Indonesia sulit untu.k bisa berkembang. Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh lembaga perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 4) Untuk meningkatkan kualitas guru perlu diupayakan penatara.n yanq berkenaan dengan berbagai aspek pengajaran. Dengan penataran ini diharapkan guru beroleh pengetahuan sehingga mereka dapat meningkatkan profesinya.