I. PENDAHULUAN. Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Konsumsi Telur dan Daging Broiler pada Beberapa Negara ASEAN Tahun 2009

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

PT SIERAD PRODUCE TBK

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

Bab 4 P E T E R N A K A N

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Jakarta, 5 April 2017

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

PENDAHULUAN. Peternakan merupakan sektor andalan bagi perekonomian nasional Indonesia.

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING RUMAH POTONG AYAM PT XYZ ABSTRACT

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. permintaan atas penyedia makanan siap saji meningkat, disamping itu faktor

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Daging Ayam Ras Pedaging ( Broiler Tabel 6.

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I. PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, pembangunan. (on farm) mengalami pergeseran ke arah yang lebih terintegrasi dan

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Pemasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri peternakan di Indonesia saat ini sedang mengalami kelesuan. Berbagai

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTEGRASI BISNIS PERUNGGASAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS TRADISIONAL (AYAM BURAS, ITIK DAN PUYUH) Oleh :

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/PK.230/5/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN...

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bentuk dan merek dagang yang berbeda, khususnya ayam olahan di pasaran.

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi ekonomi yang tumbuh semakin pesat merupakan harapan bagi

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN 2007

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

INVESTOR PRESENTATION FY Jakarta, 14 April 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN, PERJANJIAN KINERJA, PENGUKURAN KINERJA, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2016

BOKS 2 ANALISIS SINGKAT FAKTOR PENYEBAB VOLATILITAS HARGA DAGING AYAM RAS DI PROPINSI BANTEN DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

KATA PENGANTAR. Dukungan Data yang akurat dan tepat waktu sangat diperlukan. dan telah dilaksanakan serta merupakan indikator kinerja pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

PENDAHULUAN. ( Populasi Ternak (000) Ekor Diakses Tanggal 3 Oktober 2011.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas ayam broiler merupakan primadona dalam sektor peternakan di Indonesia jika dibandingkan dengan komoditas peternakan lainnya, karena sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980-an oleh pemangku kekuasaan di Indonesia terbukti dapat memberikan keuntungan yang cukup baik bagi peternak dengan masa periode produksinya yang hanya sekitar 30 hari bisa panen. Maksud dari pemangku kekuasaan saat itu adalah memberikan sumber protein hewani yang relatif lebih murah, Kondisi ini menyebabkan banyak peternak yang membudidayakan ayam broiler dan produksi daging ayam broiler meningkat dengan pesat meninggalkan komoditas peternakan penghasil daging lainnya seperti dapat dilihat pada Gambar 1. 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 Unggas Non Broiler Ayam Broiler Daging Babi Kambing & Domba Kerbau & Kuda Daging Sapi Telur 0 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 Keterangan: satuan 000 ton Sumber: Kementerian Pertanian, 2011 Gambar 1. Grafik Produksi Ternak Indonesia 1985 2010 Bisnis ayam broiler merupakan bisnis yang harga outputnya dan harga inputnya sangat sensitif, karena 65 70% komponen produksi ayam broiler merupakan pakan ternak sedangkan pakan ternak yang merupakan komponen biaya terbesar dalam produksi ayam broiler menggunakan sebagian bahan baku, 1

seperti jagung dan bungkil kedelai yang masih tergantung pada impor sehingga harga pakan memiliki ketergantungan terhadap harga komoditas, seperti jagung dan bungkil kedelai internasional. Untuk harga outputnya, yaitu live bird sangat bergantung kepada kondisi permintaan dan penawaran, karena bagi peternak, ayam broiler yang telah memasuki masa panen sekitar 30 hari harus segera dipanen agar ayam berhenti mengkonsumsi pakan yang akan menambah biaya dan mengurangi keuntungan peternak. Efisiensi biaya merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan oleh peternak baik dalam skala yang besar maupun skala yang kecil agar dapat senantiasa meningkatkan pangsa pasarnya. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan efisiensi biaya adalah dengan melakukan integrasi vertikal yang akan meningkatkan nilai tambah serta dapat meningkatkan skala ekonomis. Integrasi vertikal bisnis ayam broiler ini dikenal sebagai V-IPB yaitu vertical integrated poultry business merupakan strategi yang ideal untuk diterapkan dalam bisnis ayam broiler karena memiliki sebuah keterpaduan yang kokoh dalam setiap usaha penciptaan nilai tambah dan kegunaan, baik itu kegunaan bentuk, waktu, tempat, dan kepemilikan dalam suatu sistem komoditas mulai dari input, produksi, pengolahan hasil, dan jasa pemasaran. (Daryanto 2011). PT Sierad Produce Tbk (PT SIPD) merupakan salah satu perusahaan dalam industri ayam broiler yang memilih untuk fokus dalam satu komoditas yaitu ayam broiler dengan strategi integrasi vertikal dimulai dari pembibitan DOC final stock, penetasan DOC final stock, pabrik pembuatan tepung ikan, pakan ternak, peralatan ternak, peternakan produksi live bird internal dan mitra, pemotongan ayam, pengolahan lebih lanjut, sampai kepada ritel dan akan

membangun restoran. Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ini memiliki maksud agar seluruh kegiatan dapat dikoordinasikan dalam sebuah organisasi dengan harapan dapat memperoleh efisiensi dan mencapai skala ekonomis dengan skala operasi yang besar. Rangkaian kegiatan dalam organisasi PT SIPD dibagi menjadi unit bisnis yang terdiri dari unit bisnis unggas dan unit bisnis pangan. Laporan keuangan perusahaan digabungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi setelah terjadi penggabungan laporan keuangan tiap-tiap unit bisnis. Walaupun pada laporan keuangan konsolidasi PT SIPD mencatatkan laba yang positif, ada unit bisnis yang selalu mencatatkan laba yang negative, yaitu Divisi Rumah Potong Ayam (RPA) dan selalu menjadi beban bagi perusahaan secara keseluruhan. 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011* -5-10 -15-20 -25 Tahun Ket: * data sampai dengan kuartal tiga 2011 Gambar 2. Perkembangan Laba Setelah Pajak RPA PT SIPD Tbk 3

RPA merupakan salah satu unit bisnis yang dimiliki oleh PT SIPD, sebuah perusahaan ayam terintegrasi di Indonesia yang telah tercatat di bursa saham Indonesia. RPA PT SIPD diresmikan oleh Menteri Pertanian yang menjabat pada saat itu, yaitu Prof. Dr. Ir. Sjarifudin Baharsjah, pada tanggal 9 September 1993 di desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat merupakan wujud visi perusahaan untuk bergerak dari bisnis unggas terintegrasi kepada bisnis makanan berbasis daging ayam terintegrasi. RPA PT SIPD merupakan RPA modern pertama yang didirikan di Indonesia dengan kapasitas produksi sampai dengan 80.000 ekor per hari dan merupakan RPA dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor. Visi perusahaan untuk bergerak di bidang bisnis makanan berbasis daging ayam terintegrasi adalah karena melihat peluang pasar ekspor daging ayam yang masih terbuka. Sesuai dengan tujuan awal pendirian RPA yang ditujukan untuk melayani kebutuhan pasar ekspor, PT SIPD memasarkan produk daging ayam beku dan produk turunannya seperti nuggets ke beberapa negara tujuan ekspor seperti Jepang, Malaysia, dan Brunei Darussalam dengan harapan bahwa semakin meningkatnya penjualan daging ayam maka akan meningkat pula kebutuhan ayam hidup yang merupakan bahan baku dari daging ayam, sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan para pemangku kepentingan pada bidang peternakan khususnya peternakan ayam ras broiler. Pada tahun 2004 terjadi wabah flu burung yang menyebar dari negara Cina dan secara cepat menular ke negara-negara lain di seluruh dunia bahkan sampai ke Indonesia yang menyebabkan jutaan ekor unggas mati mendadak dan bahkan sampai menular ke manusia sehingga jutaan unggas yang terinfeksi flu birung

terpaksa dimusnahkan dengan cara dibakar agar wabah tidak menyebar lebih luas lagi. Kejadian ini menyebabkan kerugian bagi pengusaha di bidang unggas yang unggasnya terjangkit penyakit flu burung karena unggas merupakan modal kerja yang mereka ternakkan untuk dipanen dalam jangka waktu sekitar 30 hari habis dimusnahkan. Kerugian yang disebabkan oleh mewabahnya penyakit flu burung berpengaruh juga terhadap RPA PT SIPD selain karena banyak unggas yang dimusnahkan, juga pasar ekspor daging ayam yang telah terjalin dengan baik tidak lagi menerima daging ayam dari negara yang belum dinyatakan bebas dari wabah flu burung. Selain itu konsumen daging ayam di Indonesia sempat merasa takut untuk mengkonsumsi daging ayam karena takut tertular wabah flu burung yang ternyata bisa menular kepada manusia. Sebelum tahun 2004 RPA PT SIPD menggantungkan penjualannya kepada pasar ekspor, karena selain pasar ekspor relatif lebih menguntungkan, sebagian besar masyarakat Indonesia belum terbiasa mengkonsumsi daging ayam hasil RPA modern dan lebih terbiasa membeli ayam hidup di pasar tradisional yang disembelih dan dibersihkan di tempat untuk konsumsi sehari-hari. Hal tersebut menyebabkan RPA PT SIPD terpaksa berhenti beroperasi untuk sementara karena selain kondisi pasar sedang tidak bersahabat, mesin-mesin perlu diperbaiki agar dapat berproduksi dengan optimal saat mulai beroperasi lagi. Pada tahun 2005 RPA PT SIPD kembali beroperasi dan melayani pasar lokal yang terdiri dari hotel, restoran, dan katering (horeka), ritel, dan industri pengolahan makanan dengan bahan daging ayam. Selain melayani divisi pangan PT SIPD yang bergerak dalam bidang restoran cepat saji dengan merek dagang 5

Wendy s dan Hart z Chicken Buffet, RPA PT SIPD juga melayani restoran cepat saji seperti McDonald, Kentucky Fried Chicken, A&W, California Fried Chicken, dan Popeye s; melayani ritel seperti Matahari, Hero, dsb; kemudian melayani beberapa industri pengolah seperti San Miguel Food dan Indofood serta katering untuk beberapa perusahaan besar lainnya. Sejak mulai beroperasi kembali pada tahun 2005 sampai tahun 2010, RPA PT SIPD terus mencatatkan laba yang negatif dan ada beberapa peristiwa yang perlu menjadi catatan yaitu penjualan lisensi merek dagang Wendy s serta penutupan restoran cepat saji Hartz Chicken Buffet oleh PT SIPD karena tidak memberikan kontribusi yang positif bagi perusahaan. Pada tahun 2009 PT SIPD melakukan aksi merger dengan mengakuisisi perusahaan pengolah makanan yang kemudian diberi nama Belfood dan memindahkan produksi olahan daging ayam seperti chicken nuggets dari divisi RPA ke Belfood serta menggunakan merk dagang Belfood untuk produk olahan daging ayam beku siap saji, sehingga RPA PT SIPD hanya akan fokus pada pemotongan ayam dan hanya menghasilkan produk daging ayam dalam bentuk karkas, potongan, tanpa tulang, dan marinasi secara curah atau dengan merek dagang Delfarm dan hanya melayani konsumen dalam partai besar. PT SIPD merintis usaha ritel yang fokus pada penjualan produk daging ayam dan bahan pelengkapnya dengan konsep mini market dengan maksud memperluas pangsa pasar yang langsung melayani konsumen akhir. PT SIPD juga merencanakan untuk memperluas pasarnya dengan mengembangkan bisnis ritelnya yang akan terintegrasi dengan tempat makan yang akan diberi merek

dagang Delibell dan merupakan prioritas bagi RPA PT SIPD dalam melakukan kegiatan produksinya. 1.2 Identifikasi Masalah Investasi dan kondisi RPA PT SIPD yang belum pernah mencatatkan laba bersih positif sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 menyebabkan manajemen RPA PT SIPD sebaiknya meningkatkan daya saingnya agar tidak menjadi sebuah investasi yang terbuang percuma dan meningkatnya persaingan dari globalisasi dengan ditandatanganinya perjanjian perdagangan pasar bebas Asean China Free Trade Area (ACFTA) oleh pemerintah Indonesia serta meningkatnya perhatian masyarakat dunia terhadap sustainability dalam menjalankan bisnis, maka penulis dengan menggunakan analisa rantai nilai dan teori-teori manajemen strategi berharap dapat menghasilkan analisis strategi peningkatan daya saing RPA PT SIPD yang akan memberikan garis besar kepada perusahaan untuk meningkatkan daya saing perusahaan sehingga dapat mencatatkan laba bersih yang positif, memberikan kesejahteraan bagi stakeholders-nya, dan menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap seimbang. 1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran aktor aktor dalam rantai nilai daging ayam broiler RPA PT SIPD? 2. Bagaimana harapan stakeholders kunci RPA PT SIPD? 3. Apa faktor faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing RPA PT SIPD? 7

4. Apa tujuan jangka panjang dan sasaran strategik dalam peningkatan daya saing RPA PT SIPD? 5. Apa alternatif dan prioritas strategi peningkatan daya saing RPA PT SIPD? 6. Bagaimana Implikasi Manajerial untuk RPA PT SIPD? 1.4 Tujuan penelitian 1. Menganalisis peran aktor aktor dalam rantai nilai daging ayam broiler RPA PT SIPD 2. Menganalisis harapan stakeholders kunci RPA PT SIPD 3. Menganalisis faktor faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi daya saing RPA PT SIPD 4. Merumuskan tujuan jangka panjang dan sasaran strategis untuk meningkatkan daya saing RPA PT SIPD 5. Merumuskan alternatif strategi dan menganalisis prioritas strategi peningkatan daya saing RPA PT SIPD 6. Merumuskan implikasi manajerial bagi RPA PT SIPD 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian dan mensintesa antara teori dengan praktis mengenai strategi peningkatan daya saing pada Strategic Business Unit (SBU). 2. Menjadi masukan bagi perusahaan untuk membuat kebijakan dalam mengembangkan strategi peningkatan daya saing pada RPA.

3. Menjadi referensi bagi pemerhati manajemen pada umumnya dan manajemen strategi khususnya baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat umum. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah formulasi strategi pada organisasi RPA PT SIPD sehingga faktor faktor di luar RPA PT SIPD dianggap sebagai faktor faktor eksternal dan strategi yang dihasilkan ditujukan kepada RPA PT SIPD; tahapan manajemen strategi yang dilakukan adalah formulasi sehingga implementasi dan evaluasi akan diserahkan kepada perusahaan; rantai nilai daging ayam merupakan rantai nilai daging ayam RPA PT SIPD; definisi operasional daya saing adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan, mempertahankan, dan memperluas pangsa pasar dengan memperhatikan aspek keberlanjutan; definisi operasional keberlanjutan adalah tiga pilar utama. 9

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB